Bupati Aceh Utara: Kita Harus Membuat Investor Nyaman

SHARE:  

Humas Unimal
Bupati H Muhammad Thaib alias Cek Mad menegaskan dukungannya kepada investor migas di Aceh dalam wawancara khusus dengan tim peneliti Universitas Malikussaleh di Pendopo Bupati Aceh Utara, Senin (7/9/2020). Foto: Bustami Ibrahim.

UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Bupati Aceh Utara, H Muhammad Thaib, menyambut positif masuknya investasi minyak dan gas, termasuk perusahaan migas asal Inggris, Premier Oil. Dia mengingatkan budaya mengambil fee bisa menganggu investasi sehingga yang paling penting dilakukan adalah membuat investor nyaman.

 “Ada paradigma yang harus diubah. Selama ini kalau bisa soal investasi, selalu bicara fee. Kepentingannya yang pertama bukan persen yang diberikan itu berapa, yang penting investasi masuk. Makanya,saya sebagai Bupati sangat bersyukur investor masuk ke Aceh Utara, apakah itu Zaratex atau Premier Oil, kami sangat menerima,” ungkap Muhammad Thaib alias Cek Mad dalam wawancara eksklusif tim peneliti dari Universitas Malikussaleh tentang masuknya investasi perusahaan migas ke Aceh, termasuk Aceh Utara, di Pendopo Bupati, Senin (7/9/2020).

Cek Mad menyebutkan, investor harus diberikan kenyamanan dulu agar betah dalam bekerja. “Jangan begitu datang, sudah ngomong 10 persen untuk ini-itu. Makanya dengan saya, jangan coba-coba main premium fee,” tambah Cek Mad di hadapan Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Ir Risawan Bentara MT dan Kepala Dinas Penanaman Modal, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja, Halidi S Sos, MM.

Dari investasi Premier Oil, Cek Mad mengharapkan perusahaan tersebut bisa membangun perkantoran di Aceh Utara atau di Lhokseumawe. “Kalau mereka berkantor di luar, itu tandanya ada yang salah dengan perlakuan kita terhadap investor.”

Menurutnya, dampak dari investasi terhadap Aceh Utara dan Aceh secara keseluruhan jauh lebih penting daripada menuntut fee yang tidak jelas dasarnya. Dia menyontohkan, dari investasi yang dilakukan Premier Oil Ltd di Blok Andaman II, bisa berdampak terhadap ekonomi dan menekan angka pengangguran.

“Tidak usah muluk-muluk, ketika investor datang, mereka butuh makan, butuh minum, butuh pekerja mulai dari buruh sampai tenaga kerja terampil. Kita sudah siap menyuplai semua kebutuhan itu. Buat saya, jika ada 10 tenaga kerja yang dibutuhkan empat di antaranya dari Aceh, itu sudah bagus sekali,” jelasnya.

Cek Mad mengakui, kualitas tenaga kerja di Aceh Utara harus ditingkatkan, terutama dalam bidang migas yang sangat spesifik. Makanya, ia mengharapkan lembaga pendidikan seperti Universitas Malikussaleh, Politeknik Negeri Lhokseumawe, dan sebagainya, dilibatkan dalam memperbaiki kualitas SDM. “Kalau begitu datang, langsung tes dan wawancara, mungkin SDM kita akan kalah bersaing. SDM kita harus kita training terlebih dahulu. Itu tidak butuh waktu lama,” ujar Cek Mad lagi.

Dalam mendukung lembaga pendidikan, Cek Mad mengaku total. Ia menyontohkan dalam peningkatan akreditasi perguruan tinggi di Lhokseumawe dan keterlibatan lembaga tersebut dalam rekrutmen tenaga kerja.  

Ia juga mengaku dalam merumuskan kebijakannya sangat pro terhadap investasi sekaligus memperhatikan kepentingan lokal. Karena itulah, dia membentuk Dinas Penanaman Modal dan menempatkan orang yang tepat di sana. “Saya selalu perintah, segala perizinan jangan dipersulit,” tegasnya.

Disinggung mengenaik Corporate Social Responsibility (CSR), Cek Mad mengatakan tidak bisa untuk kepentingan jangka pendek. “Saya tidak setuju kalau CSR itu hanya kasih kambing atau lembu, atau kasih sumbangan. Itu tidak membuat masyarakat mandiri. Harusnya lebih kepada program jangka panjang sesuai dengan potensi masyarakat lokal,” jelas Cek Mad seraya menyontohkan program pemberdayaan UMKM di sejumlah titik di Aceh Utara yang sudah berhasil.

Mengenai kondisi perpolitikan di Aceh masa depan, Cek Mad akan tetap stabil dan aman bagi investasi. MoU Helsinki, katanya, sudah menegaskan bahwa segala bentuk kejahatan masuk wilayah kriminal sehingga menjadi tanggung jawab aparat keamanan.

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Partai Aceh di Aceh Utara, Cek Mad mengharapkan semua orang Aceh bisa menjadi angggota Partai Aceh. Dalam pilkada ke depan, ia mengharapkan Partai Aceh bisa berkolaborasi dengan kader partai lokal lainnya. “Partai Aceh ini milik semua orang Aceh. Orang yang punya SDM bagus harus diberi tempat dalam Partai Aceh, entah sebagai caleg atau kepala daerah,” pungkas Cek Mad. [ayi]

Baca jugaIni Hasil Rapat Preliminary Report Tim Survei Unimal dengan Premier Oil      

 


Kirim Komentar