PMAET Unimal Kenalkan Teknologi Kultur Jaringan Tanaman Anggrek

SHARE:  

Humas Unimal
PMAET Unimal memperkenalkan budi daya anggrek dengan teknologi kultur jaringan. Foto; Ist

UNIMALNEWS | Takengon – Dosen Program Magister Agroekoteknologi  (PMAET) Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh melatih keterampilan teknologi kultur jaringan tanaman anggrek skala rumah tangga bagi Komunitas Pencinta Anggrek Gayo di Takengon pada hari Sabtu, (28/11/2020). Pelatihan itu dilakukan oleh Dr Ismadi, Dr Nasruddin, dan Dr Selvy Handayani serta dibantu oleh dua orang mahasiswa PMAET yaitu Nasrun Liwanza SP dan Sajadah SP.

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani tentang budi daya dan perbanyakan anggrek secara moderen dengan cara teknik kultur jaringan skala rumah tangga.

“Kegiatan ini merupakan penjabaran dari visi misi Unimal yang menaruh perhatian besar untuk meningkatkan potensi dan sumber daya lokal Aceh. Ada dua bentuk kegiatan utama yang dilakukan dalam pengabdian itu, yakni penyuluhan dan demonstrasi atau praktik perkecambahan biji anggrek teknik kultur jaringan. Metode kegiatan adalah proses persilangan, aklimatisasi, dan kultur jaringan skala rumah tangga,” ucap Dr Ismadi, Ketua Kelompok Pengabdian PMAET.

Dr Selvy Handayani, anggota kelompok pengabdian mengatakan bahwa  kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan persilangan anggrek dengan cara menyerbukkan bunga jantan dan betina dari tanaman yang berbeda, sehingga membentuk buah anggrek. “Keberhasilan kegiatan ini akan meningkatkan keragaman tanaman anggrek melalui perbanyakan biji anggrek hasil persilangan tutur,” ungkapnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Tengah, Puan Ratna; Ketua Dharma Wanita Persatuan Aceh Tengah, Asmawiyah; Asisten II Aceh Tengah,  Harun Monzala MM yang juga sebagai Pembina Komunitas Gayo Pencinta Anggrek; Kepala Dinas Pangan Aceh Tengah, H Juanda SP; dan juga Anggota  Komunitas Gayo Pencinta Anggrek. 

Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah, H Juanda SP, mengungkapkan bahwa Komunitas Gayo Pencinta Anggrek berjumlah 50 orang yang terbentuk sejak tahun 2015. Harapannya, budi daya anggrek dapat dilakukan langsung oleh kelompok tani dengan mengedepankan peningkatan sumber daya manusia. “Sangat perlu kegiatan seperti ini guna melatih dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus dilakukan pada masa-masa yang akan datang,” harapnya.

Sementara itu, Puan Ratna berharap agar anggrek Gayo terus dilestarikan sehingga tidak punah atau dicuri sumber daya plasma nutfahnya oleh pihak lain. “Anggrek itu harus bisa dijual ke pihak luar karena saat ini masih banyak yang didatangkan dari luar sehingga dapat meningkatkan potensi lokal dan ekonomi masyarakat”, pungkasnya.[ryn]


Kirim Komentar