Rektor Unimal Sampaikan Ini Saat Bertemu Bupati Merauke

SHARE:  

Humas Unimal
Rektor Unimal, Dr Herman Fithra Asean Eng (kiri) bersama Bupati Merauke, Frederikus Gebze (kanan) dalam pertemuannya di Merauke, Kamis (17/12/2020). Foto; Bustami Ibrahim

UNIMALNEWS | Merauke - Rektor Universitas Malikussaleh, Dr  Herman Fithra Asean Eng bertemu dengan Bupati Merauke, Frederikus Gebze, di kediamannya, Kamis (17/12/2020). Pertemuan itu juga turut dihadiri oleh Kapolres Merauke, AKBP  Ir Untung Sangaji.

Dalam pertemuan tersebut, Herman menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Bupati Merauke. “Terima kasih telah berkenan menerima kami di sela-sela kesibukan Bapak Bupati,” ujarnya.

Herman mengawali pertemuan tersebut dengan memperkenalkan secara singkat tentang Universitas Malikussaleh kepada Bupati. “Unimal ini adalah kampus yang berdiri pada tahun 1969 dengan mengambil nama besar Raja Kerajaan Samudera Pasai pertama. Awal mula berdiri Unimal bernama Akademi Ilmu Agama jurusan Syariah. Dengan sejarah yang panjang, akhirnya Unimal ditetapkan menjadi perguruan tinggi negeri pada 1 Agustus 2001,” jelasnya.

Pada kesempatan itu Herman juga mengungkapkan bahwa tujuan perjalanannya ke tanah damai Papua adalah untuk mengajak lebih banyak lagi anak-anak Papua menempuh pendidikan tinggi di Unimal. “Kita akan berikan kesempatan kepada anak-anak Papua untuk kuliah pada prodi-prodi unggulan yang ada di Unimal,” ucapnya.

Frederikus, menyambut baik undangan dan tawaran yang disampaikan oleh Rektor Unimal. “Niat Pak Rektor sangat mulia untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di tanah Papua ini,” katanya.

Frederikus menggambarkan Aceh dan Papua sebagai penjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Jika Indonesia itu diibaratkan sebagai tiang bendera yang berdiri kokoh dan merah putih  bisa berkibar dengan gagahnya, maka di tiang bendera itu ada dua tali sebagai pengikat bendera tadi, itulah yang diibaratkan sebagai Aceh dan Papua. Jika salah satunya putus, maka bendera tadi tidak bisa berkibar lagi dengan baik,” jelasnya secara bersemangat.

Terakhir, Frederikus menyebutkan, untuk sisi pendidikan, antara Aceh dan Papua harus ada  kutub ilmu pengetahuan untuk mengembangkan SDM serta bisa saling berbagi dengan menukar anak-anak didik agar bisa  saling mengenal budaya kedua daerah tersebut{tmi/ryn]

 


Kirim Komentar