Gagal Menjadi Peternak, Kini Merajut Mimpi Bersama Petro Pomade

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Akmaluddin, mengembangkan usaha minyak rambut dengan brand Petro Pomade. Foto: Dok Pribadi.

TERINSPIRASI dari banyaknya teman yang bisa dijadikan mitra sekaligus peluang mempromosikan  produk, Akmaluddin ingin mengubah mimpi besarnya. Mahasiwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh itu mencoba peruntungan memproduksi pomade. Minyak rambut khas pria tersebut kemudian diberi brand “Petro Pomade”.

Bukan sekadar penobatan nama, tetapi merek produknya lebih dilatarbekalangi sejarah kejayaan Lhokseumawe masa lalu yang sempat digelar sebagai daerah “Petro Dollar”.

Sebelum memproduksi pomade, Akmal sudah jatuh bangun dan babak belur dalam beragam usaha. Ia bahkan pernah berada pada titik terendah alias ‘gulung tikar’. Pada 2017 silam, owner Petro Pomade ini pernah menjajaki usaha di bidang peternakan. Bukan tanpa alasan dia bergelut  dalam usaha tersebut. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit memaksa dirinya berjuang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah di tengah kesibukan kuliahnya di Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Bakat bisnisnya muncul secara alami, semua dilakukan dengan tekad dan kemauan keras. Dengan modal pribadi, pada semester dua kuliah, dia memulai usaha ayam potong. Sempat bertahan sampai lima kali panen, sampai akhirnya semua ayam-ayamnya terserang penyakit dan usahanya pun tamat. 

Tidak berhenti di situ, kemudian Akmal mencoba peruntungan dengan memelihara sekitar 200 ekor bebek. Kali ini dia punya keyakinan bahwa usahanya akan maju dan mendapat untung yang lumayan besar. Setidaknya bisa sedikit membantu keuangan keluarga, minimal keperluan kuliah bisa teratasi dari hasil usahanya. Namun nasib apes kembali mendera, hasil usaha berternak bebek malah lebih buruk dari usaha memelihara ayam potong.

Meski demikian, semangat baja untuk membantu ekonomi keluarga, Akmaluddin terus berusaha menggeluti bisnis. Kali ini dengan modal Rp8,4 juta, dia memberanikan diri membeli seekor sapi untuk dipeliharanya. Memelihara sapi lebih gampang pikirnya, konon lagi pakan cukup tersedia karena banyak rumput-rumput liar dan ilalang yang tumbuh di daerah tempat tinggalnya.

Namun spekulasinya meleset seratus persen, karena sapinya harus segera disembelih akibat terserang penyakit. “Kali ketiga ini saya rugi Rp5,4 juta karena setelah kita potong hanya laku tiga juta. Saya sempat drop, sampai seminggu tidak masuk kuliah,” ungkap pemuda jangkung kelahiran, Cot Jabe, Bandar Baru, Aceh Utara, 1 Januari 1998 kepada Unimal Magazine, awal Januari lalu. 

Anak kedua dari pasangan M Dahlan dan Rohana ini tidak membiarkan dirinya down terlalu lama. Dia bangkit kembali. Terinspirasi dari banyaknya teman dan mendapat informasi di Instagram, akhirnya dia menemukan ide untuk merancang produk pomade. Dia pun mulai mencari informasi tentang cara meracik produk secara otodidak dari Youtube.

Usaha yang dilakukan inipun sempat gagal sampai tujuh kali. Tidak putus asa, dia tetap semangat dan punya keinginan kuat untuk memproduksi sendiri pomade. Beruntung awal 2019 melalui program mahasiswa wirausaha, dirinya berhasil mendapatkan dana bantuan sebesar delapan juta. Ini modal awal yang sangat mengesankan menurutnya. Betapa tidak, saat itu dia dapat merintis usaha dan bisa sedikit berbenah memperbaiki tempat usahanya.

Dana dari Unimal tersebut memacu semangatnya untuk menghasilkan produk pomade yang berkualitas dan berkelas. Saat memulai produksi pada 7 Januari 2019, dia hanya mampu memproduksi sekitar 20 pomade. Pelanggan pertamanya adalah Rahmad, seorang pemuda warga Krueng Mane, Aceh Utara yang mengorder dan minta diantar produknya sekitar pukul 12.00 tengah malam. “Sungguh ini pengalaman yang luar biasanya,” kenanganya.

Aktif di media Instagram, telah membuka peluang untuk mempromosikan Petro Pomade miliknya. Dia yakin memanfaatkan media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp merupakan cara tercepat untuk memperkenalkan produk miliknya kepada orang banyak. Secara pribadi juga dilakukan, misalnya memberi secara gratis kepada atlet PON dan pemain bola seperti Martunis Ronaldo dan Wahyudi (kiper Badak Lampung).

Saat ini Akmal telah memproduksi minyak rambut khusus pria itu dengan dua branding, yang bisa digunakan in door dan out door dengan target pasar bisa merambah sampai kepada semua kalangan.

Hanya saja kendala besar yang dihadapinya sekarang adalah belum keluarnya izin BPOM dan sertifikat halal. Sehingga sangat menyulitkannya dalam mencari pasar yang lebih luas. Padahal kalau bisa menyematkan BPOM dan sertifikat halal di produknya, dia punya mimpi besar untuk memasarkan Petro Pomade ke seluruh antero Nusantara dan bisa mengikuti berbagai ajang dan pameran tingkat nasional.

Di daerah banyak ajang yang sudah diikutinya. Menjadi finalis dan juara dengan Petro Pemade hasil karyanya. Di antaranya meraih juara I pada ajang “Kreasi Karya Pemuda Aceh 2019 di Banda Aceh, Finalis “Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia di Batam (akhir 2019), dan dinobatkan menjadi salah satu UMKM naik kelas Provinsi Aceh 2019. Petro Pomade juga pernah mengikuti ajang lomba “Parade Cinta Tanah Air di Banda Aceh, Agustus 2019 lalu. 

Dengan motto “Bangga Menjadi Kepercayaan Anak Negeri”, Akmal mengaku belum puas dengan pencapaiannya saat ini, karena masih banyak mimpi yang belum terwujud. Banyak tawaran kerja sama, namun semua ditolaknya dengan alasan ingin menguatkan usaha dengan modal sendiri. Bahkan beberapa perbankan pernah menawarkan kredit, juga ditolaknya dengan alasan yang sama; “Tidak ingin melakukan pinjaman sebelum usaha membesar dan kokoh,” kata Akmal.     

Pernah sekali waktu di awal pandemi korona, saat dirinya mengorder bahan baku, Akmal ditipu. Orderan barang saat itu diterima namun bahan bakunya tidak pernah sampai. Uang kirimannya pun sebesar lima juta raib. Sempat bingung dengan kondisi tersebut, namun dia teringat ada satu hal yang selalu diajarkan orang tuanya yakni keikhlasan.

Dukungan keluarga yang begitu besar, sampai bola matanya berkaca-kaca dia menceritakan, akhirnya Akmal mencoba bangkit dengan sisa bahan baku yang ada lalu memproduksi kembali usaha Petro Pomadenya. Alhasil dalam hitungan bulan usahanya melejit dan kebanjiran orderan.

Saat ini ada tiga kabupaten yang menjadi pasar produktif Petro Pomade, yaitu Bireuen, Lhokseumawe, dan Kutacane, Aceh Tenggara. “Sedangkan luar Aceh, kita sudah kirim ke Batam dan Makasar. Pasar nasional mimpi besar saya,” ungkap Akmal. [Dedi Fariadi]

Baca juga: Mencetak Pengusaha Muda Melalui Be_Entrepreneur

 


Berita Lainnya

Kirim Komentar