Melihat Dubai, Sisi Lain Ekonomi Dunia

SHARE:  

Humas Unimal
Dr Damanhur Abbas, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh. Foto: Dok Pribadi.

Perjalanan di Dubai selama dua hari memberikan banyak pelajaran bagi saya. Ditemani seorang staf lokal, Konjen RI di Dubai, Fitri Mutia  putri asal Aceh adik kelas sewaktu belajar di al-Azhar Kairo. Kami pun menyempatkan diri melihat perkembangan perekonomian Dubai sebagai pusat perekonomian dunia.

Dubai menjadi salah satu sentra ekonomi terbaik di dunia. Kota ini mempunyai berbagai kelebihan, selain letak sangat strategis, kebijakan ekonomi yang diterapkan membuat perkembangan perekonomian negara tersebut bertengger pada peringkat satu untuk negara-negara Arab.

Salah satu kebijakan ekonomi itu misalnya kebebasan ekonomi, dimana para investor diberikan kebebasan seperti permanent resident, tidak dikenakan pajak, dan sistem bagi hasil dari proses bisnis itu.

Hal ini menjadi undangan menggiurkan untuk investor berinvestasi di Dubai.Adapun sektor-sektor yang menjadi primadona bagi investor seperti sektor perdagangan grosir dan ritel, transportasi, komunikasi, manufaktur, real estate, konstruksi, dan pariwisata.

Dubai Mall merupakan salah satu pasar yang terbesar, menghabiskan waktu 45 menit berjalan dari destinasi awal hingga akhir. Fasilitas transprotasi membuat wisatawan manja karena mereka bisa mengakses langsung dari airport dengan kereta api (metro) ke Dubai Mall.

Jangan khawatir dengan macet. Karena itu merupakan kejadian langka terjadi di Dubai, karena sistem transportasi yang sangat tertata rapi.

Infrastruktur modern membuat banyak para artis dan olahragawan nyaman berinvestasi di Dubai, salah satu properti yang menjadi idola milyarder adalah Atlantis Palm. Ini adalah laut yang ditambak menjadi hotel berbentuk pohon kurma yang tersohor itu. Di hotel ini ada beberapa kamar yang langsung berada di dalam laut sehingga bisa menikmati sensasi keindahan bawah laut lewat dinding kaca.

Selain itu Port Jebel Ali merupakan terminal penumpang paling sibuk di dunia, menampung 7100 perusahaan beroperasi pada pelabuhan buatan manusia.  Ini menunjukan begitu banyak kunjungan ke kota wisata di tanah Arab itu.

 

Menarik investor

Soal perizinan menjadi kiat utama Dubai “merayu” investor. Kemudahan perizinan menjadi daya pikat kota itu. Bayangkan saja rata-rata dalam satu bulan Departemen Ekonomi Dubai (DED) mengeluarkan izin sebanyak 2.500 izin usaha.

Kuwait merupakan negara yang paling banyak berinvestasi di Dubai, dengan jumlah izin usaha sebanyak 6641 berasal dari perusahaan Kuwait. Lebih 4000 perusahaan emas yang beroperasi di Dubai kendati dubai tidak memiliki tambang emas.

Ini menunjukkan konstelasi kekuatan yang mendukung keberhasilan ekonomi Dubai terus menarik perhatian investor asing.Karena para investor melihat Emirat sebagai hub perdagangan dan keuangan dunia dan sebagai pusat inovasi bagi para wirausahawan.

Kota yang mempekerjakan 200 suku bangsa dari seluruh penjuru dunia itu mampu membangun infrastruktur yang tidak tertandingi dan merupakan tempat berdirinya beberapa gedung pencakar langit, rumah sakit dan jalan raya paling mengesankan di dunia.

Dubai berupaya membuat beberapa ikon infrastruktur yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata, seperti Burj al- Arab yang terkenal dengan pertandingan tenis di atas lapangan helipad yang dikuti oleh peringkat teratas dunia seperti Federer dan Djokovic.

Sedangkan Burj al-Khalifah merupakan bangunan yang tertinggi di dunia yang dihiasi dengan cahaya pada malam hari, pengunjung dapat menikmati makan malam disekitaran Burj dengan menyaksikan symphony air terjun ditambah dengan permaninan cahaya membuat suasana makan malam anda lebih berkesan.

Selain itu terdapat juga Dubai frame bangunan yang menjulang tinggi mirip dengan bingkai foto, lantai atas dilapisi dengan kaca sehingga pengunjung bisa melihat dari atas pemandangan kebawah dengan jelas, bagi wisatawan yang mempunyai trauma ketinggian sangat tidak dianjurkan untuk menikmati Dubai frame.

Warga sangat mencintai Syeik Muhammad Sebagai Raja Dubai, karena kepedulian beliau terhadap warga, kebutuhan hidup bagi warga menjadi prioritas Raja, rakyat tidak terbebabani dengan kebutuhan pokok baik listrik, air, dan minyak, karena harganya sangat terjangkau bagi masyarakat sehingga kecintaan masyarakat terhadap Raja sangat mendalam.

Jika dibandingkan keindahan alam, jauh lebih kaya Aceh, misalnya saja pantai Jumeirah, lautnya biasa saja, namun fasilitas hiburan untuk wisatawan semuanya  tersedia, mulai dari kapal yach, balon udara yang ditarik dengan speedboad, jetsky, dan flyboard. Kalaulah pantai di Sabang atau lampuuk menyediakan fasilitas seperti ini tentu nilai jualnya lebih baik dari pandai Jumeirah.

Semoga kita mempunyai perhatian khusus untuk mengembangkan wisata halal dengan beberapa kelebihan sumberdaya alam yang telah Allah anugrahkan kepada kita, dan menjadikan Aceh sebagai halal destination, gelar halal bukan hanya sekadar diraih dari polling internet, harus ada aksi dibarengi dengan kesadaran pemimpin untuk mensejahterakan masyarakat dengan berkembangnya wisata halal.[]

***

Dr Damanhur Abbas, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Aceh Utara dan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Kota Lhokseumawe, melaporkan dari Dubai

Sumber: Serambi Indonesia


Berita Lainnya

Kirim Komentar