Mahasiswa Perlu Perkuat Pengetahuan Sebagai Basis Pergerakan

SHARE:  

Humas Unimal
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Malikussaleh menggelar diskusi publik tentang di Aula Cut Meutia Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe, Senin (28/10/2019). FOTO: IST.

UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Kualitas pemikiran mahasiswa merupakan basis sosial gerakan perubahan yang digerakkan mahasiswa. Kalau mahasiswa tidak berhasil memperkuat basis pengetahuan maka mereka akan kehilangan basis sosial.

Demikian antara lain materi yang disampaikan M Rizwan Haji Ali, dosen Ilmu  Politik FISIP Universitas Malikussaleh pada diskusi publik Badan Eksekutif (BEM) FISIP Universitas Malikussaleh di Aula Cut Meutia, Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe, Senin (28/10/2019).

Penulis seperti Jack Newfield, kata Rizwan, menyebut gerakan mahasiswa sebagai “a prophetic minority”, yaitu sebuah kelompok minoritas tapi memainkan peranan profetik yang mampu melihat kesalahan-kesalahan dalam masyarakat, melihat jauh ke depan, memikirkan hal-hal yang belum dipikirkan masyarakat secara umum.

“Mahasiswa menginginkan perubahan. Menginginkan transformasi yang fundamental,” kata Rizwan di hadapan para mahasiswa. 

Rizwan menilai gerakan mahasiswa saat ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, apakah gerakan itu merupakan fenomena generasi kelas menengah yang mengkritisi negara dalam rangka memperkuat posisi tawar mereka sendiri dalam ranah civil society vis a vis negara. 

Kalau perspektif dipakai untuk melihat gerakan mahasiswa, maka gerakan ini hanya sebuah kecenderungan alami (natural inclination) kelas menengah terpelajar terhadap kekuasaan. Tipikal ini ada gerakan mahasiswa pasca Reformasi 98 sampai sekarang. 

Kedua, sebagai kekuatan oposisi terhadap kekuasaan. Gerakan mahasiswa 1998 merupakan tipikal dari sikap oposan terhadap kekuasaan. “Gerakan mereka tidak berhenti sampai rezim Soeharto tumbang,” kata Presiden Mahasiswa BEM STAIN Malikussaleh tahun 1998-2000 ini. 

Ditanya salah satu peserta tentang kondisi politik nasional saat ini, ia menjelaskan Indonesia sedang pada kondisi pancaroba pasca Pilpres 2019. Kalau menggunakan model pemikiran politik Islam, misalnya pemikiran Abu Nashr Alfarabi, menurutnya, Indonesia sedang berada di fase al-madinah al-mutabaddilah, yaitu fase transisional menuju situasi baru.

“Hanya saja kita belum bisa membaca bentuk situasi baru tersebut,” tambah Rizwan yang juga pernah menjabat anggota Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Aceh Utara, 2013 – 2018 lalu. 

Diskusi publik BEM FISIP Universitas Malikussaleh menghadirkan sejumlah pemateri para aktivis dan mantan aktivis gerakan mahasiswa yang dibuka oleh Pembantu Dekan II FISIP, Muhammad Fazil. [bas]

 


Berita Lainnya

Kirim Komentar