Ketika Mahasiswa Mengaku Sebagai Kedelai yang Dibesarkan Seperti anak Sendiri: Stand up Comedy

SHARE:  

Humas Unimal
Lia Junita, mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Malikussaleh ketika tampil dalam lomba Stan-up Comedy Dies Natalis ke-53 Universitas Malikusssaleh di Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe, Sabtu (11/6/2022). Foto: Bustami Ibrahim.

Lia Junita belum mengatakan sepatah kata pun ketika penonton sudah berteriak dan bertepuk tangan saat melihat gaya mahasiswa itu di panggung. Setelah mengucap salam, Lia langsung memanggil seorang penonton untuk berdiri di depan panggung.

“Abang yang pakai baju hitam, majuan sedikit. Biar orang tahu jodohku sudah di depan mata!” ujar Lia keras yang disambut tawa para penonton yang memadati pelataran parkir Kampus Bukit Indah, Blang Pulo, Lhokseumawe, Sabtu (11/6/2022) lalu.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tersebut memiliki improvisasi yang bagus ketika tampil di Stand Up Comedy dalam rangka Dies Natalis ke-53 Universitas Malikussaleh yang berlangsung 6-12 Juni 2022.

***

***

Cara Lia memperkenalkan diri juga sudah membuat gerrr berkepanjangan. Meski nama lengkapnya Lia Junita, ia akrab dipanggil Malika. “Kenapa Malika? Karena aku adalah kedelai hitam yang dibesarkan seperti anak sendiri…” sambung Lia yang memang berkulit gelap.

Ketika Lia terlupa dengan materi stand up, gayanya juga masih jenaka tanpa terkesan dibuat-buat. Mahasiswa yang mengaku tidak pernah sekolah TK itu memiliki spontanitas alami untuk menjadi komika. Ketika panitia mengingatkan waktunya sudah habis, Lia menatap panitia dengan wajah polos; “Serius?” ia bertanya sebelum mengucapkan salam penutup.

Itu pun sudah membuat penonton tertawa. Selain sempat terlupa dengan materi dan kelebihan waktu sehingga terkesan kurang piawai dalam memenej penampilan, tidak ada kekurangan yang ada pada diri Lia Junita. Tiga juri memberikan nilai 995 buat Lia dan menjadi juara ketiga.

Lia memang kalah dengan Sinta Dewi Saragih dari Prodi Teknik Kimia yang menjadi juara kedua dan Rivansyah dari Prodi Ilmu Komunikasi yang menjadi juara pertama. Namun, Lia memiliki karakter khas yang membuat penonton terkesan.

“Dia memiliki gaya yang menarik dalam menyampaikan materi. Bahkan ketika ia kehilangan fokus, itu pun terlihat lucu,” ungkap Kepala UPT Bahasa, Kehumasan, dan Penerbitan Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya.

Rivansyah yang terbilang sudah berpengalaman sebagai komedian tunggal, memang tampil stabil sekitar 6 menit. Dari awal sampai akhir, di menguasai panggung tanpa sedikit pun “lubang”. Rivan mampu membangun premis dengan sistematis, bukti ia menguasai materi dengan baik, selain kemampuan roasting yang membuat siapa pun yang terlihat di matanya bisa menjadi sasaran, termasuk dewan juri dan kameramen.

Kelebihan sama ditunjukkan Sinta Dewi Saragih. Selain bisa menjaga intensitas lawakannya yang membuat setiap menit berisi dengan tawa, Sinta juga menyampaikan kritik sosial mengenai anggapan yang mengakar di tengah masyarakat bahwa perempuan tidak perlu memiliki pendidikan tinggi.

Lomba Stand Up Comedy perayaan Dies Natalis ke-53 Universitas Malikussaleh diikuti 10 peserta. Selain ketiga peserta di atas yang menjadi juara, ada juga Reskana Kamal, Chandra Kirana, dan Adetia (Prodi Ilmu Komunikasi). Kemudian ada Rensa Dedi (Prodi Pendidikan Vokasional Teknik Mesin), Yudha Pranata (Prodi Agribisnis, Nahrul Hayawan Dradisa dari Prodi Teknik Arsitektur, serta Martunis dari Prodi Ekonomi Syariah.

Para peserta tampil dengan gayanya sendiri seperti Martunis yang sengaja menonjolkan logat Aceh serta gaya bingungnya untuk memancing tawa penonton. Demikian juga dengan peserta lainnya yang berusaha tampil maksimal di tengah persiapan minim.

Begitu menariknya momen stand up comedy sampai ada dua mahasiswa di luar peserta tampil untuk mengisi acara. Mereka tidak sempat mendaftar sebagai peserta karena terlambat mengetahui adanya perlombaan tersebut.

Waktu yang sempit membuat banyak peserta tidak menyiapkan diri dengan baik. Ada juga peserta yang menyampaikan materi yang sudah sering disampaikan komika lain dan masih bisa ditonton di kanal YouTube. Namun, para penonton mengapresiasi keberanian mereka untuk tampil.

Melihat animo mahasiswa yang tinggi, Teuku Kemal Fasya mengatakan terbuka kemungkinan menggelar lomba serupa ke depan. “Ini untuk menampung energi kreatif para mahasiswa di bidang stand up comedy,” katanya. [Ayi Jufridar]

***


Berita Lainnya

Kirim Komentar