UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Wakil Rektor I Universitas Malikussaleh, Dr Azhari, Dr Azhari, menyebutkan Aceh memiliki potensi energi terbarukan yang luas dan lengkap, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, dibutuhkan riset berkesinambungan untuk optimalisasi potensi energi terbarukan, terutama dari sisi bahan baku biomassa.
Jika dilihat dari sumber daya alam, kata Azhari, maka pengembangan energi terbarukan di Aceh cukup prospektif dimulai dari sisi bahan baku biomassa. Untuk sumber-sumber energi matahari, angin, air, itu juga punya potensi besar, tetapi dari segi investasinya perlu melibatkan banyak pihak dan biaya besar.
Hal itu dijelaskan Azhari ketika menjadi salah satu pemateri dalam Edukasi Jurnalis tentang Isu Transisi Migas di Hotel Lido Graha, Lhokseumawe, Sabtu, 25 Mei 2024. Kegiatan yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe tersebut, diikuti sejumlah wartawan dari berbagai organisasi dan pegiat pers mahasiswa.
Azhari memaparkan, bahan baku energi terbarukan yang paling murah berasal dari sumber energi biomassa dan juga minyak limbah yang dihasilkan oleh usaha-usaha mikro. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi untuk menyimpan minyak-minyak hasil penggorengan makanan ringan.
“Jadi, ada nilai ekonomi di situ bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk biodiesel. Jangan dibuang ke badan air, karena akan merusak lingkungan," jelas Azhari yang juga pakar dalam bidang energi terbarukan.
Menurutnya, untuk optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan, diperlukan kerja sama antara pihak kampus dengan pemerintah maupun unsur terkait lainnya yang mempunyai concern terhadap energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil.
"Karena, meskipun diketahui energi fosil itu masih tetap eksis namun tidak dapat diperbaharui. Dari sisi kuantitasnya juga terus berkurang. Ini perlu diantisipasi, dan ada istilah transisi energi juga harus ada energi alternatif. Dalam hal ini energi alternatif adalah energi terbarukan,” ungkap Azhari.
Ia menyebut Universitas Malikussaleh sedang menginisiasi berdirinya sebuah pusat unggulan inovasi. “Dan ini memang tidak bisa kalau kampus sendiri yang mengembangkan. Perlu berkolaborasi atau kerja sama dengan industri maupun pemerintah serta mitra-mitra lainnya,” jelasnya.
Selain Azhari, narasumber lainnya dalam edukasi tersebut adalah Koordinator Formalitas dan Komunikasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut, Muhammad Rochaddy; HSSE Superintendent Pertamina Hulu Enerfy NSO, Danie Mustafa; dan mantan Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan Aceh sekaligus jurbalis Hr Kompas, Zulkarnaini Masry.
Ketua panitia kegiatan, Jafaruddin, mengatakan edukasi jurnalis tersebut merupakan kegiatan pra-Konferensi Kota (Konferta) VIII AJI Lhokseumawe. Konferta VIII untuk memilih Ketua dan Sekretaris AJI Lhokseumawe tahun 2024-2027 yang berlangsung pada Ahad, 26 Mei 2024. “Kita mengadakan edukasi isu transisi energi ini untuk menambah pemahaman para jurnalis," ucapnya.
Jafaruddin menambahkan, tuntutan global kini mengedepankan energi yang lebih ramah terhadap lingkungan sehingga energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan. Oleh karena itu, transisi energi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan menjadi tantangan tersendiri bagi industri hulu minyak dan gas bumi. [bas]