Curhat Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi

SHARE:  

Humas Unimal
Salah satu kuliah daring di Universitas Malikussaleh selama pandemi Covid-19. Foto: Ayi Jufridar.

PANDEMI Corona telah mengubah semua sendi kehidupan. Semua aktivitas dilakukan secara online, karena adanya larangan keluar rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus yang telah menelan banyak korban. Konsep pendidikan juga berubah, tadinya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sekarang menggunakan berbagai aplikasi jejaring sosial.

Hal ini ternyata sangat membosankan dirasakan sebagian besar mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal). Hal tersebut terungkap dalam curhatan mahasiswa belajar daring, Jumat (15/5/2020).

Banyak mahasiswa mulai mengeluhkan proses perkulihan dilakukan secara daring. Mulai adanya kebosanan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen, dan  adanya kerinduan untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan kuliah tatap muka yang menurut mereka sangat membantu dalam memahami ilmu secara efektif.  

“Saya kebingungan apabila mendapat tugas dari dosen, karena semua dosen kasih tugas dan tugasnya itu sangat banyak, ada dosen yang kasih tugas menggambar, ada yang suruh meringkas buku, ada juga dosen yang menyuruh kita membuat karangan sendiri,” keluh Muhammad Abrar, Mahasiswa Teknik Sipil Unimal.

Tambahnya, yang lebih membingungkan lagi, kadang-kadang tugas diberikan sudah melebihi kapasitas. “Belum siap tugas yang satu, saya sudah mendapatkan tugas yang lain, itu belum lagi tugas saya di rumah. Di rumah saya harus disiplin membagi waktu antara membuat tugas perkuliahan dan membantu pekerjaan orang tua di rumah,” tandasnya.

Berbeda dengan teman sekelasnya, Cut Fika Listya malah mengeluhkan sinyal internet yang tidak stabil ketika sedang mengikuti perkuliahan secara daring, sehingga banyak materi yang tidak dipahaminya akibat terputusnya jaringan internet.

“Tempat saya agak susah sinyal, makanya banyak meteri kadang-kadang tidak jelas, tambah lagi saya harus menyediakan kuota tiap harinya, kadang saya membeli kuota tiap minggu, kadang  juga tiap hari, karena kuliah online itu memakan kuota lumayan banyak dan kami mahasiswa harus meminta uang kepada orang tua. Tapi Alhamdulillah, Unimal sudah memberikan kami kuota 4GB,” ujarnya.

Sementara, Evi Dyah Lestasi, mahasiswa Teknik Arsitektur  mengatakan kuliah daring ada kalanya sangat menyenangkan dan kadang sangat membosankan. Namun karena kuliah online tidak mengharuskan bertatap muka secara langsung membuatnya sedikit lebih rileks dalam belajar.

“Saya tidak perlu mengenakan baju yang rapi dan duduk tegak mendengarkan materi yang dosen berikan. Namun yang kurang menyenangkan yaitu terkadang dalam kemudahan belajar online terasa sulit dikarenakan susah mengakses e-learning yang disebabkan susahnya jaringan dan servernya yang down. Tugas juga terasa lebih banyak diberikan sehingga saya sedikit repot mengerjakannya,” ungkapnya.

Sedangkan Auliya Endah Prigita, mahasiswa Teknik Kimia, Unimal, mengungkapkan bahwa selama pandemi Covid-19, dirinya merasa perkuliahan daring kurang efektif dilakukan. Banyak jadwal kuliah yang tidak sesuai, bahkan hari libur juga dirinya harus mengikuti perkuliahan yang dilakukan oleh sebagian dosen.

 “Sudah dua bulan perkuliahan daring ini berjalan, tapi saya merasa hal ini justru membuat kami para mahasiswa merasa tertekan. Tugas yang terus dikasih dosen, tetapi dalam pembelajarannya hanya sedikit yang dapat kami ketahui, sehingga ketika mengerjakan tugas kami cukup kesulitan menyelesaikannya,” keluh Auliya.

Tidak hanya itu banyak problem lain, terutama dari segi kuota internet. Perkuliahan daring memanfaatkan beberapa via aplikasi yang menurutnya membutuhkan begitu banyak kuota bahkan untuk sekali meeting di Zoom bisa menghabiskan 1,5 GB lebih untuk satu mata kuliah.

“Bayangkan jika dalam satu minggu semua mata kuliah melakukan meeting pasti sangat sangatlah boros pemakaian kuota internet. Harapan saya semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan kami dapat kembali melakukan perkuliahan tatap muka yang lebih eketif dan efesien,” tandas Auliya.

Dalam beberapa diskusi, banyak pemerhati pendidikan menyebutkan kuliah daring memang tidak efektif, selain membutuhkan biaya banyak bagi mahasiswa. Namun, di tengah pandemi Covid-19 yang menghentikan kuliah tatap muka sementara waktu, pil pahit ini harus ditelan bersama. Tak hanya bagi mahasiswa, dosen pun tidak punya banyak pilihan. [Dedi Fariadi]

Baca juga: Pasar Dunia Lesu, Perkuat Perdagangan Dalam Negeri: Covid-19

 


Kirim Komentar