UNIMALNEWS | Kisaran – Wabah Covid-19 yang melanda bukan alasan malas beraktivitas. Masih banyak kegiatan produktif yang bisa dilakukan meski berada di rumah. Salah satunya adalah memanfaatkan lahan kosong untuk menanam tanaman obat keluarga alias Toga seperti yang diperkenalkan mahasiswa KKN Universitas Malikussaleh dari Kelompok 28 di Desa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Tanaman obat berkhasiat bagi kesehatan terutama untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa Covid-19. Jenis tanaman obat khas Indonesia yang ditanam mahasiswa Kelompok 28 antara lain kunyit, serai, jahe, temulawak, dan lengkuas.
“Tidak perlu lahan luas untuk menanam Toga. Halaman depan dan samping rumah juga bisa digunakan untuk lahan Toga,” ungkap Ketua Kelompok 28, Putri Octapia Saragih, Kamis (14/5/2020).
Menurut mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi tersebut, bibit tanaman obat keluarga bisa diperoleh dengan mudah dan murah. Meski belakangan, sejak wabah Corona melanda, untuk jenis tanaman tertentu seperti jahe merah, sudah naik beberapa kali lipat.
Membudayakan tanaman obat keluarga sudah menjadi tradisi kegiatan KKN mahasiswa Universitas Malikussaleh selama ini. Kegiatan tersebut menjadi sangat relevan sangat ini, ketika wabah Corona melanda dan tanaman obat sangat dibutuhkan untuk bahan baku membuat obat herbal.
“Memang ketika panen nanti, kita tidak pernah tahu wabah Covid-19 masih ada atau sudah berlalu. Tapi bagaimana pun kondisi ke depan, tanaman herbal ini tetap dibutuhkan,” tambah anggota Kelompok 28, Aditya Pratama Hasibuan dari Prodi Agribisnis.
Selain Putri Octapia dan Aditya Pratama, dalam Kelompok 28 juga terdapat Syahnia Rezkia Rangkuti (Teknik Industri) dan Devi Sari Dewi (Akuakultur). Mereka di bawah bimbingan Deassy Siska MSc yang terus memantau kegiatan Kelompok 28 di Asahan. Dalam catatan Deassy, Kelompok 28 terbilang produktif dalam melakukan berbagai kegiatan.
“Dalam sepekan, mereka bisa melakukan enam kegiatan. Artinya, setiap hari mereka memiliki kegiatan,” ujar Deassy yang dihubungi terpisah. Ia berharap produktivitas dan program tepat sasaran yang dilakukan Kelompok 28 bisa menginspirasi kelompok lain dalam merancang kegiatan di lokasi KKN.
Anggota Kelompok 28 lainnya, Syahnia, menyebutkan tanaman obat keluarga mempunyai manfaat sebagai obat-obatan herbal tradisional. Apalagi di saat pandemi seperti ini ketika obat-obatan kimia mahal bahkan langka, penggunaan obat-obat tradisional yang murah dan mudah diperoleh, bisa menjadi pilihan.
“Sebenarnya menanam tanaman obat keluarga sangat sederhana, yaitu dengan memanfaatkan tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai obat dalam kehidupan misalnya, kunyit, jahe, daun sirih, brotowali yang bisa dijadikan sebagai obat herbal atau minuman sehat. Setiap tumbuhan tersebut secara klinis sudah terbukti mempunyai manfaat tersendiri untuk mengobati penyakit tertentu,” papar Syahnia.
Deassy menilai kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa KKN Kelompok 28 Unimal untuk mendorong masyarakat memanfaatkan tanaman-tanaman obat yang ada di sekitar untuk mencegah atau mengobati penyakit-penyakit tertentu. Sebelumnya, Kelompok 28 juga mengajak masyarakat memanfaatkan ramuan kunyit dan temulawak sebagai obat herbal.
Deassy berharap, masyarakat Desa Air Genting bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam berbagai jenis tanaman herbal. “Kalaupun belum bisa dijadikan sumber ekonomi, minimal bisa dikonsumsi sendiri,” pungkas Deassy. [ayi]