Kelompok 155 Berkolaborasi dengan Ibu-Ibu PKK

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa Kelompok 155 bekerjasama dengan ibu-ibu PKK di Desa Pulo Kiton Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, membuat sabu cuci piring, Selasa (19/5/2020). Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Bireuen – Mengikuti langkah sukses kelompok lain, mahasiswa KKN Kelompok 155 di bawah bimbingan Prof Dr H Apridar ikut memproduksi sabun cuci piring di Desa Pulo Kiton Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Mereka berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK setempat.

Tidak hanya ibu-ibu PKK, perangkat gampong dan warga Pulo Kiton ikut membantu kegiatan mahasiswa dari Kelompok 155. “Mahasiswa kelompok kami tidak ada dari Teknik Kimia. Makanya kami minta bantuan anggota kelompok lain yang telah sukses membuat sabun cuci piring di Cot Batee,” ungkap Ketua Kelompok 155, Ferdyan Hadi Pratama, Rabu (20/5/2020).

Anggota Kelompok 155 memang tidak ada yang berasal dari Teknik Kimia, sedangkan untuk membuat sabun cuci piring, dibutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan bahan-bahan kimia. Ferdyan yang menjadi ketua kelompok, berasal dari Prodi Ilmu Hukum.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, Kelompok 155 meminta bantuan mahasiswa Teknik Kimia, Muhammad Ichsan, yang sedang melaksanakan KKN di Desa Cot Batee Kecamatan Kota Juang, Bireuen. “Alhandulillah, dengan bantuan kawan, akhirnya kami juga bisa memproduksi sabun cair cuci piring,” tambah Ferdyan.

Selain Ferdyan, di Kelompok 155 juga ada Oka Nadya, Ninda Nidya Mumtaz, Khairunnisak, dan Aris Munandar (Teknik Sipil). “Meski tidak ada yang berlatar Teknik Kimia, kami sepakat membuat sabun cuci piring karena sangat dibutuhkan ibu rumah tangga. Kebetulan ibu-ibu PKK sangat membantu,” tambah Ninda Nidya Mumtaz.  

Kepala Desa Pulo Kiton, M Dahlan, menyebutkan sabun cuci piring karya kolaborasi mahasiswa dan ibu-ibu PKK rencananya akan dibagikan kepada warga dengan harga murah. “Warga juga bisa memproduksi sendiri karena prosesnya sangat mudah,” katanya.

Menurut Ferdyan, mereka hanya mengeluarkan modal sekitar Rp90 ribu untuk membeli tsxaphon, SSL, dan NaCl yang dicampur dengan air. Dengan modal sebesar itu, mahasiswa bisa memproduksi sekitar 75 paket sabun cuci piring yang mereka beri merek Sabon Rah Pingan.

Dikatakan Ferdyan, pembuatan sabun cuci piring merupakan program terakhir dari kegiatan KKN yang mereka laksanakan. Sebelumnya mereka telah melaksanakan sosialisasi tentang pencegahan Covid-19, membagikan masker kepada masyarakat, gotong royong membersihkan lingkungan meunasah, dan berbagi takjil.

Setelah diproduksi dengan proses sederhana, mereka langsung mendemonstrasikan kualitas Sabon Rah Pingan di hadapan ibu-ibu PKK. “Hasilnya tidak beda dengan menggunakan sabun di pasaran. Aromanya juga harum,” ujar seorang warga. [ayi]

 

 


Kirim Komentar