UNIMALNEWS | Washington DC – Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal, Teuku Kemal Fasya MHum dan Pembantu Rektor Universitas Malikussaleh IV Dr Azhari menghadiri rapat daring dengan KBRI untuk Amerika Serikat dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) pada Selasa (28/7/2020).
Pertemuan dihadiri oleh 44 PTN yang ikut dalam kerja sama P to P (People to People) dengan para diaspora Indonesia di Amerika Serikat. Dalam sambutannya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI USA, Prof. Popy Rufaidah menyatakan bahwa kerja sama ini adalah upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan penelitian perguruan tinggi di Indonesia. Saat ini sudah ada komitmen dari 32 diaspora Indonesia di Amerika Serikat yang bersedia melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia.
Kerja sama itu bisa dilakukan dalam bentuk memberikan public lecture dengan perguruan tinggi di Indonesia. Kerja sama ini bisa saja melibat satu perguruan tinggi, tapi melibatkan mahasiswa dari PTN lainnya yang memiliki bidang kepakaran yang sama. Fasilitas lain yang bisa digunakan adalah juga riset kolaboratif antara diaspora di USA dan Indonesia, termasuk juga mengakses upaya untuk tembus di jurnal bereputasi internasional, sehingga bisa memperbaiki kualitas penelitian dan penerbitan di Indonesia.
Ketua Umum MRPTNI, Prof Jamal Wiwoho, yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret, menyatakan bahwa kerja sama ini adalah bagian untuk mengoneksikan kemungkinan pengembangan mutu pendidikan, apalagi ketika media daring menjadi semakin utama dalam proses pembelajaran dan penelitian. Saat ini setiap person in charge (PIC) yang ditetapkan di masing-masing perguruan tinggi adalah pihak yang harus bersikat proaktif dalam melakukan kerja sama dengan diaspora di Amerika Serikat. “Para PIC bukan bertanggungjawab ke rektor bersangkutan, tapi kepada MRPTNI sebagai penyedia kerja sama ini, dengan diaspora. Ini bukan saja bagaimana mengambil best practice dari perguruan tinggi dari USA dan Kanada, tapi juga bagaimana pendidikan jarak jauh ini memberikan pengetahuan yang lebih baik bagi para diaspora”, ungkap Prof. Jamal.
Salah seorang diaspora Amerika Serikat, Prof Taifo Mahmud, dari Oregon State University, menyatakan bahwa proses kerja sama ini jangan mengharapkan ekspektasi terlalu tinggi, karena ada banyak hal yang memang harus dipersiapkan setahap demi setahap. “Bagi perguruan tinggi di AS, setiap kerja sama dengan pihak luar biasanya dipersiapkan satu tahun sebelumnya, sehingga setiap kerja sama bisa dilaksanakan dengan jadwal yang telah tersistematisasi”, lanjut Prof Taifo.
Terkait kerja sama ini, bidang kepakaran disesuaikan dengan andalan dan ketersediaan pakar di kampus masing-masing. Untuk bidang kepakaran Unimal difokuskan pada kajian Antropologi dengan Teuku Kemal Fasya sebagai PIC. Tahap kerja sama ini dimulai dari level P (People) to P (People) Agreement, tapi pelan-pelan akan meningkat menjadi U (University) to U (University) Agreement. [ryn]