PROGRAM kerja kreatif dilakukan mahasiswa KKN Universitas Malikussaleh dari Kelompok 103. Bersama masyarakat, mereka membuat pupuk kompos berbahan dasar eceng gondok (eichhornia crassipes) di Kampung Hakim Bale Bujang Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah.
Menurut Ketua Kelompok 103, Yudhi Ramadhan (Agroekoteknologi), mereka tertarik memanfaatkan eceng gondok karena melihat banyak tanaman yang dianggap sebagai hama tersebut di Danau Lut Tawar dan sekitarnya. “Selain bisa untuk mebel, dengan pengolahan yang relatif sederhana, eceng gondok bisa menjadi pupuk alami,” ungkapnya, Jumat (13/11/2020).
Pemanfaatan eceng gondok sebagai pupuk alami memberikan keuntungan berganda. Selain mengurangi tanaman hama eceng gondok dan membuat Danau Lut Tawar menjadi lebih indah, juga mendukung program ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah, apalagi di tengah pandemi Covid-19 bisa mengurangi biaya masyarakat membeli pupuk kimia.
“Pupuk kompos dari eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk menanam sayuran, buah-buahan maupun tanaman obat-obatan di pekarangan rumah. Dengan adanya pupuk kompos ini tanaman akan tumbuh subur. Harapannya dapat mengurangi ketergantungan masyarakat selama ini terhadap pupuk kimia,” tambah Yudi sedikit berpromosi.
Ia mengharapkan, pupuk kompos dari eceng gondok tersebut bisa menjadi industri rumah tangga masyarakat. Untuk pengembangan lebih jauh, pupuk olahan tersebut bisa diteliti lebih jauh di laboratorium kampus.
Mahasiswa Kelompok 103 mengambil skema KKN Pencegahan Covid-19 terdiri dari tujuh mahasiswa yang berasal dari Fakultas Pertanian dan Teknik yaitu Yudi Ramadhan, Miftahul Rezki, Khairun Nisa, Rita Simahate, Siti Rahmah Dani (Agroekoteknologi), Sapriandi (Teknik Sipil), dan Supriatin (Teknik Industri).
Masyarakat Kampung Hakim Bale Bujang menyambut baik program kerja Kelompok 103. Ketika mahasiswa mengumpulkan eceng gondok, warga ikut membantu dan ingin tahu proses mengolah eceng gondok menjadi kompos. “Eceng gondok di sini cukup banyak, ada di pinggiran sungai tidak termanfaatkan. Saya baru tahu juga kalau eceng gondok ini bisa dijadikan pupuk seperti yang dibuat adik-adik mahasiswa KKN,” ujar Siti Nafisah, istri dari Reje (kepala desa) Hakim Bale Bujang.
Dosen pembimbing lapangan Kelompok 103, Dr Ir Muliana, mengatakan pupuk kompos tersebut bisa dikembangkan lebih luas agar menjadi industri rumah tangga. Ia mengingatkan mahasiswa untuk mendokumentasikan setiap tahapan kegiatan. “Jangan lupa untuk melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan,” ujar Muliana.
Kelompok 103 mengolah pupuk kompos dengan cara sederhana dan masih tergolong pengolahan tradisional dengan bahan dasar yang digunakan hanya tumbuhan eceng gondok yang mereka dapatkan dari pinggir sungai Kampung Hakim Bale Bujang. Tanaman itu mereka olah menjadi pupuk kompos dengan cara menginjak-injak dan kemudian dijemur di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air selama 60 menit.
Kemudian eceng gondok difermentasi dengan EM4 dan larutan gula merah dan diakuk sampai merata. Setelah itu dikemas dalam plastik dilapisi goni, disimpan dalam tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari. “Dalam 15 hari, pupuk kompos siap digunakan untuk berbagai jenis tanaman,” ujar Rita Simahate, salah satu anggota Kelompok 103. [Ayi Jufridar]