SISTEM Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa) menjadi salah satu acuan bagi Kemendikbud dan perguruan tinggi dalam kinerja prestasi kemahasiswaan. Bagi Universitas Malikussaleh, Simkatmawa masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dikebut dalam beberapa tahun ke depan untuk memperbaiki peringkat.
Kalau melihat ke belakang, sebenarnya Universitas Malikussaleh mencatat kemajuan berarti dalam tiga tahun terakhir ini. Seperti disampaikan Ketua Pusat Kreativitas Mahasiswa (PKM) Center, Dr M Sayuti, pada 2018 Universitas Malikussaleh berada di peringkat 500-an. Tapi pada 2019 naik ke peringkat 100-an dan pada 2020 naik lagi ke peringkat 90-an.
“Sesuai dengan target yang dibebankan Pak PR III (Dr Baidhawai), pada 2021 mendatang kita targetkan berada di peringkat 50 besar,” ungkap Sayuti ketika menjadi pemateri dalam Pelatihan Dosen Pembimbing Program Kemahasiswaan di Takengon, Aceh Tengah, Kamis (3/12/2020).
Menurut Sayuti, upaya memperbaiki Simkatmawa 2021 sudah tidak bisa lagi karena kinerja sepanjang 2020 akan menjadi penilaian pada 2021. “Yang kita lakukan saat ini adalah memperbaiki peringkat tahun 2022 dalam kinerja 2021 mendatang. Usaha ini membutuhkan perhatian semua civitas academica, terutama dosen dan mahasiswa,” tambah Sayuti.
Tidak salah ketika dosen Fakultas Teknik tersebut menyebutkan dosen termasuk elemen penting dalam Simkatmawa. Dalam diskusi para pembimbing dengan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unimal, Dr Mariyudi, banyak menerima masukan dari dosen yang membimbing mahasiswa untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peringkat Simkatmawa. “Masalahnya terkadang bukan ada pada mahasiswa saja, tetapi dosen juga ikut menjadi masalah,” ujar Mariyudi yang menekankan aspek penulisan proposal yang unik untuk memikat hati dewan juri.
Dukungan dari dosen yang tidak berkaitan dengan ajang lomba kreativitas memang menjadi aspek penting. Dalam banyak kasus, mahasiswa tidak bisa fokus mengikuti perlombaan karena sering bentrok dengan agenda perkuliahan. “Harusnya dosen memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang ikut kegiatan karena mereka mengharumkan kampus kita,” ungkap Pembantu Dekan III Fakultas Hukum, Hadi Iskandar MH, yang menjadi moderator dalam diskusi tersebut.
Akibat bentrok jadwal antara berbagai even pengembangan minat bakat, penalaran, dan kewirausahawan dengan jadwal perkualihan, ada mahasiswa kemudian mundur dari ajang tersebut karena tidak mendapat dispensasi dari dosen bersangkutan.
“Kami mengimbau dosen ikut mendukung prestasi mahasiswa dalam berbagai bidang,” ujar Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unimal, Asri AT, MT yang membuka kegiatan pelatihan tersebut.
Penegasan serupa disampaikan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dr Baidhawi, ketika menutup pelatihan. Menurutnya, peningkatan prestasi mahasiswa dalam kegiatan baik yang berada di bawah pusat prestasi nasional Belmawa maupun kegiatan mandiri, menjadi fokus Unimal ke depan dan menjadi bagian dari visi dan misi sehingga semua civitas academica harus mendukungnya. “Target 50 besar sangat rasional untuk diwujudkan,” ujar Baidhawi.
Dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2020, prestasi Unimal memang tidak terlalu membanggakan karena tidak berhasil membawa satu medali pun. Ketua PKM Center, M Sayuti, tidak ingin menyalahkan situasi pandemi sehingga persiapan tidak maksimal. “Saya minta maaf karena tidak berhasil membawa prestasi. Tapi anak-anak dan seluruh dosen sudah berjuang maksimal,” ungkap Sayuti.
Masalah persiapan memang menjadi sorotan utama Dwi Iramadhani M Psi, dosen Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran. Menurutnya, dibutuhkan waktu panjang untuk persiapan di Pimnas untuk bisa bersaing dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lain. “Kalau di UGM, mereka membuat camp sebelum Pimnas berlangsung. Tidak heran kalau bisa juara umum tiga tahun berturut-turut,” ujar Dwi yang juga menyoroti kelemahan mahasiswa Unimal dalam aspek ilmiah dan kekinian.
Sementara dosen Fakultas Kedokteran lainnya, dr Muhammad Syahriza, mengingatkan kembali perlunya database mahasiswa berprestasi dan portofolio yang selalu dimutakhirkan. “Kadan ada mahasiswa yang mampu dalam perlombaan, tetapi secara portofolio, mereka tidak lengkap dan itu sangat berpengaruh dalam penilaian,” ujar Syahriza.
Juri Pimnas dan reviewer, Sukinah MPd, mengingatkan pentingnya mengangkat tema kekinian dan kearifan lokal dalam proposal. Masalah pandemi Covid-19 dan nilai-nilai lokal di Aceh, misalnya, akan berbeda dan unik kalau diusulkan dalam proposal kegiatan,” ungkap Sukinah yang menyampaikan materi secara daring.
Dari beberapa judul proposal “goal” tingkat nasional yang ditujukkan Mariyudi, memang terlihat adanya aspek lokal dan kekinian yang dibungkus dalam kerja kreativitas mahasiswa dan dosen. Fakta ini mengingatkan kembali betapa kreativitas yang tanpa batas, bisa mengatasi sumber daya yang terbatas. [Ayi Jufridar]