BUDAYA meneliti merupakan inti sari dari pelaksanaan pendidikan tinggi yang peka terhadap berbagai fenomena dan perubahan lingkungan. Untuk itu, seorang tenaga pendidik harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan diperkuat dengan semangat untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat agar keberadaan kaum terdidik menjadi rahmatanlil’alamin.
Demikian antara lain substansi dari pelaksanaan Workshop Metodologi Riset di Sabang, Aceh, 4 – 6 Desember 2020, yang diikuti puluhan dosen muda dan beberapa dosen senior dari Universitas Malikussaleh. Tiga pembicara yang hadir bersinergi menyampaikan materi yang saling mendukung. Ibarat sebuah buku, materi yang mereka sampaikan ada bab-bab yang saling berkesinambungan sehingga ada lubang besar jika tidak mendengar penjelasan dari satu pemateri. Kalau diibaratkan puzzle, ada lubang kosong jika mengabaikan salah satu penjelasan narasumber.
Dr Nandi Haerudin, misalnya. Dosen Universitas Lampung tersebut tampil di sesi pertama, lebih banyak memaparkan secara filosofis tentang peneliti dan tujuan meneliti. Tidak hanya melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya menjadikan Universitas Malikussaleh menjadi kampus unggul serta memberikan solusi terhadap permasalahan di tengah masyarakat.
Nandi yang mengambil program doktoral di Universitas Gadjah Mada menyampaikan materi yang sejalan dengan tujuan tema pelatihan dan tujuan Universitas Malikussaleh menjadi kampus unggul berbasis potensi lokal. Menurutnya, untuk menjadi unggul harus memiliki sumber daya unggul, manajemen unggul, dan produknya juga unggul.
“Seorang peneliti itu, sesuai namanya, harus teliti. Mampu membedakan opini dan fakta, memiliki rasa ingin tahu, dan peduli terhadap permasalahan lingkungan dan masyarakat,” papar Nandi dalam pelatihan yang dipandu Dr Khalsiah.
Sementara, Prof Dr Husni Husin dari Universitas Syiah Kuala lebih banyak menyampaikan materi tentang trik dan tips agar proposal penelitian bisa gol. Prof Husni mengingatkan para peserta agar tidak menunda-nunda dalam menyiapkan proposal.
“Ketika ada ide, langsung tulis, cari referensi, buat road map penelitian, dan simpan dalam folder khusus. Ketika waktu mengajukan proposal sudah tiba, kita tidak lagi terburu-buru,” jelas Husni yang mengkritisi kebiasaan menyiapkan proposal menjelang berakhirnya tenggat.
Sementara itu, Dr Dahlan Abdullah yang tampil di sesi terakhir, melengkapi materi yang disampaikan Dr Nandi dan Prof Husni. Ketua Program Magister Teknologi Informasi Universitas Malikussaleh tersebut menjelaskan tentang teknik publikasi hasil riset di jurnal terindeks Scopus. Bukan hanya itu, Dahlan menjelaskan teknis-teknis praktis menggunakan berbagai aplikasi.
“Dosen muda minimal punya akun Scopus, meski belum ada jurnal. Tapi memiliki akun menjadi langkah awal,” ujar dosen yang memiliki 926 sitasi dan 15 h-index tersebut. Dahlan juga berbagi pengalaman bagaimana jurnalnya dikutip banyak peneliti lain yang ikut mendorong gengsi universitas.
Motivasi Dahlan Abdullah membakar semangat dosen muda, termasuk para dosen tetap non-PNS yang baru menghadiri kegiatan tersebut. “Saya pikir ini merupakan langkah maju, bentuk kaderisasi dan inklusivitas untuk melahirkan periset dari berbagai disiplin ilmu. Ini menjadi esensi dalam mewujudkan Unimal Hebat,” ungkap Armia MH, dosen Fakultas Hukum.
Ia dan kawan-kawannya mendapatkan suntikan semangat baru untuk meneliti karena sebelumnya tidak mendapatkan kesempatan seperti ini. Armia mengharapkan bimbingan dari dosen-dosen senior agar tahun depan bisa meloloskan proposal penelitian.
Harapan serupa disampaikan Syarifah Rita Zahara MPd, dosen Prodi Pendidikan Fisika. Ia menilai workshop ini menjadi tempat menambah wawasan dan motivasi tentang riset dan publikasi, serta trik memenangkan hibah. “Pematerinya berkompenten dan mampu menginspirasi peserta untuk melakukan riset,” jelas Syarifah.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr Hendra Raza, juga menilai ketiga pemateri sangat berkompeten. Ketiganya bersinergi menyampaikan materi dengan gaya yang mudah dicerna. “Bahkan peserta yang memiliki keterbatasan pengalaman dalam proposal dan jurnal pun, bisa memahami dengan mudah,” ujar Hendra yang juga pemegang sabuk hitam karate tersebut.
Senada dengan Hendra Raza, Dekan Fakultas Pertanian Dr Mawardati menilai kegiatan pelatihan metodologi riset tersebut sangat berbeda dengan sebelumnya karena sebagian besar diikuti dosen tetap non-PNS. “Tingginya semangat peserta karena materi yang disampaikan sangat berguna bagi mereka,” ujar Mawardati.
Ia mengharapkan dari pelatihan tersebut dosen muda di Unimal mampu mendapatkan hibah penelitian baik nasional bahkan internasional. “Tentunya, mereka harus diberi kesempatan sama seperti dosen PNS karena ada keinginan memajukan Unimal melalui Tri Darma Perguruan Tinggi,” pungkas Mawardati.
Tentunya tidak semua yang hadir adalah dosen muda. Ada juga dosen senior seperti Dr Marbawi, ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen, Dekan FISIP Dr Muhammad Nazaruddin, Dr Elidar Sari dan Arif Rahman MH dari Fakultas Hukum, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Asri AT MT, dr Muhammad Sayuti Sp B (K) BD dan drg Anita dari Fakultas Kedokteran, Fasdarsyah MT dari Fakultas Teknik, serta beberapa lainnya. Kehadiran sejumlah dokter membuat peserta lebih patuh terhadap penegakan protokol kesehatan. Drg Anita yang juga kepala Klinik Unimal kerap berteriak kepada peserta untuk mengenakan masker dan menjaga jarak.
Hadir juga Pembantu Rektor IV Bidang Kerja Sama, Dr Azhari yang mewakili Rektor Dr Herman Fithra Asean Eng yang berhalangan hadir. Selain itu, juga hadir tim Project Management Unit (PMU) AKSI ADB Project Bidang Soft Program yang diketuai Prof Aan Komariah.
Sekretaris Pengelola Hibah Luar Negeri (PHLN) Universitas Malikussaleh, Deassy Siska MSc, menyebutkan kegiatan workshop tersebut merupakan bagian dari kerja Project Implementation Unit Advanced Knowledge and Skills for Sustainable Growth Project (PIU AKSI) dalam bidang peningkatan kapasitas dosen.
Secara terpisah, Manager Project PIU AKSI ADB Universitas Malikussaleh, Dr Ing Sofyan, menyebutkan ada sejumlah program yang dilaksanakan lembaga tersebut. selain peningkatan kapasitas dosen dan tendik, juga ada pembangunan infrastruktur dan pengadaan berbagai kebutuhan kegiatan pendidikan. “Dengan pelatihan metodologi penelitian secara kualitatif dan kuantitatif, dosen semakin kreatif meriset di tengah berbagai keterbatasan akibat Covid-19,” kata Sofyan. [Ayi Jufridar]