Dosen FKIP Unimal Lolos sebagai Pemakalah pada Kongres Bahasa Indonesia Ke-12

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen FKIP Unimal, Muhammad Iqbal. Foto : Ist

UNIMALNEWS | Jakarta - Dosen FKIP Universitas Malikussaleh, Muhammad Iqbal, dinyatakan lolos seleksi makalah untuk dipresentasikan dalam Kongres Bahasa Indonesia Ke-12 (KBI XII), yang akan dilaksanakan di Jakarta, 26-29 Oktober 2023 di Jakarta. Makalah yang diajukan oleh Iqbal berjudul "Revitalisasi Bahasa Gayo: Inventarisasi Kosakata Arkais dalam Bahasa Gayo".

Iqbal adalah salah seorang pemakalah yang lolos untuk diseminarkan pada Kongres Bahasa Indonesia ke-12 untuk sub tema Revitalisasi Bahasa dan Sastra Daerah. Pengumuman itu dituangkan di dalam Surat Keputusan Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi No. 1283/13/HM.01.00/2023 yang ditandatangani Dr M Abdul Khak, MHUm selaku Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemdikbudristek RI, tertanggal 31 Mei 2023.

Muhammad Iqbal telah melakukan riset yang penting dalam bidang bahasa Gayo. Melalui makalahnya, ia menawarkan untuk melakukan inventarisasi kosakata arkais dalam bahasa Gayo dan menentukan model revitalisasi yang diperlukan untuk melestarikan bahasa tersebut. Fakta menunjukkan bahwa dalam 30 tahun terakhir, 200 bahasa daerah di dunia telah punah, dan di Indonesia sendiri terdapat sekitar 718 bahasa daerah yang kondisinya terancam punah dan kritis. Salah sataunya adalah bahasa Gayo.

Hasil riset Iqbal menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 60 kosakata dalam bahasa Gayo yang tergolong dalam arkais, termasuk kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata keterangan. Seiring berjalannya waktu, beberapa kosakata arkais ini telah digantikan oleh kosakata modern yang lebih umum digunakan saat ini. Hilangnya kosakata-kosakata ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti modernisasi, perubahan kebudayaan, dan perubahan kehidupan masyarakat. Selain itu, bahasa Gayo juga telah mengalami neologisme, namun terdapat pula kosakata yang sudah tidak digunakan lagi dalam masyarakat. Oleh karena itu, revitalisasi bahasa Gayo menjadi penting melalui pelatihan dan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan kembali kosakata arkais, serta melestarikannya melalui kegiatan-kegiatan budaya yang melibatkan penggunaan bahasa Gayo yang telah diinventaris.

Ia berharap bahwa hasil risetnya dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya melestarikan bahasa Gayo dan mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga keragaman bahasa daerah di Indonesia. "Bahasa Gayo adalah bahasa lokal terbesar kedua di Aceh, tapi tak berarti tanpa krisis. Jika tidak ada strategi pengembangan terfokus, bahasa ini juga lambat lain akan punah," tutupnya [tkf]


Kirim Komentar