UNIMALNEWS | Lhokseumawe - Mahasiswa Prodi Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Malikussaleh gelar kuliah tamu, hadirkan Dr Panji Suroso, Ketua Jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Medan, Sabtu (21/9/2024).
Kegiatan yang bertemakan "Jawa Deli (Jadel) Kajian Etnisitas dan Kontestasi Sosial Budaya di Sumut" itu berlangsung via Zoom Meeting, dihadiri oleh 54 partisipan.
Acara ini dibuka oleh Dekan Fisipol, Teuku Zulkarnain PhD. Dalam sambutannya ia menekankan bahwa sejarah Indonesia sangat perlu dikaji oleh para generasi muda saat ini.
"Kuliah ini memberi manfaat besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang sejarah dan etnisitas," ungkapnya.
"Penting untuk meninjau kembali perjalanan sejarah kelahiran Indonesia, termasuk oleh para pemangku kepentingan, agar identitas etnis masyarakat tidak memudar. Sebagai contoh, komunitas Jawa yang bertransmigrasi ke Sumatera Utara mampu beradaptasi dan mengisi berbagai aspek kehidupan di daerah tersebut," tambahnya.
Kuliah ini dimoderatori oleh Dr Ibrahim Chalid, selaku koordinator mata kuliah Agama, Etnisitas dan Nasionalisme di Prodi Magister Sosiologi Unimal.
Dalam memulai acara, Ibrahim menjelaskan sejarah singkat transmigrasi etnis Jawa ke pulau Sumatera.
Dr Panji Suroso dalam materinya menjelaskan kondisi di wilayah Medan. Ia menyampaikan bahwa etnisitas sebagai identitas kolektif berdasarkan kesamaan asal-usul, budaya, dan sejarah.
"Identitas etnis Jawa di Medan telah mampu mengadaptasi budaya lokal dan nasional," terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Medan sebagai ruang multikultural yang terdiri dari etnis Melayu, Batak, Karo, Nias, Simalungun, Mandailing dan etnis pendatang Tionghoa, Minang, Jawa dan lainnya.
"Terdapat beberapa bentuk kontestasi yang muncul, seperti kontestasi ekonomi, ruang fisik, dan simbolik antara etnis di Medan. Hal ini mendorong terjadinya transformasi identitas Jawa menjadi "Jawa Medan" melalui proses akulturasi budaya," jelasnya.
Tambahnya, kontetasi sosial budaya antar etnis bukan hanya berpotensi menciptakan konflik, namun kita harus jadikan ruang terbuka untuk berdialog antar sesama untuk menguatkan pluralisme di Indonesia.
"Medan sebagai kota yang penuh keragaman menjadi Medan persaingan antar etnis, seperti Jawa dan Deli, namun tetap mampu mempertahankan identitas etnis kelompoknya," pungkasnya. [fzl]