Corona dan Kuliah Daring

SHARE:  

Humas Unimal
Cindy Selia, mahasiswi Program Studi Teknik Sipil Universitas Malikussaleh. FOTO: IST.

Oleh Cindy Selya

Wabah Covid-19 telah mengubah berbagai hal dalam kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Semua pihak yang berkepentingan harus menyesuaikan diri dengan cara baru. Tentu saja ini tidak mudah.

Selain memiliki dampak besar terhadap banyaknya kasus kematian, Corona virus juga sangat berdampak terhadap dunia pendidikan, salah satunya yang terjadi terhadap mahasiswa di Universitas Malikussaleh.

Berdasarkan survei yang telah saya lakukan melalui laman https://docs.google.com/forms sebanyak 175 mahasiswa Unimal telah mengisi kuisioner tersebut.

Kuisioner ini diikuti oleh beberapa program studi di antaranya Teknik Sipil sebanyak 89 orang, Prodi Manajemen 9 mahasiswa, Prodi Teknik Industri (5), Prodi  Teknik Mesin (3), Prodi  Teknik Informatika (11), Prodi llmu Hukum (4) , Prodi  Kedokteran (2), Prodi Psikologi (5), Prodi Arsitektur (2), Prodi  Agroekoteknologi (6) , Prodi Ekonomi Syariah (3), Prodi Teknik Kimia (12), Prodi Sistem Informasi (5), Prodi Ilmu komunikasi (6), Prodi Ilmu kelautan (1), Prodi Pendidikan Matematika (2), Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (2), Administrasi Publik (2), Ekonomi Pembangunan (1), Prodi Agribisnis (1), dan Prodi Akuntansi 2 orang.

Bagaimana tanggapan mereka mengetahui perkuliahan diliburkan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19?

Sebanyak 34,7 persen atau 61 orang siswa mengungkapkan rasa kecewa karena perkuliahan yang tiba-tiba diliburkan hal ini berkaitan dengan pembayaran uang kuliah tunggal yang dirasa sia-sia karena perkuliahan yang dianggap sangat tidak produktif. Merasa dirugikan karena harus dipulangkan dari tempat magang, menghambat penelitian bagi mahasiswa akhir dan proses konsultasi skripsi yang dianggap tidak efektif.

Memutus rantai penyebaran

Namun ada beberapa mahasiwa yang mengungkapkan rasa senang karena kuliah diliburkan salah satu alasannya yaitu dengan adanya libur perkuliahan ini mereka dapat bertemu dengan keluarga. Salah seorang mahasiwa mengungkapkan bahwa hal ini juga dapat berdampak baik karena dapat memutus rantai penyebaran Covid-19. Pertemuan mahasiswa di kelas bisa meningkatkan risiko penularan sehingga banyak kampus, tidak hanya Unimal, yang kemudian tidak menggantikan kuliah tatap muka di kelas dengan perkualiaran daring.  

Tidak hanya mengungkapkan rasa kecewa, rasa senang  dari diliburkannya perkuliahan di Universitas Malikussaleh, sebanyak 30,7 persen atau 54 orang bahkan mengganggap ini biasa saja. Artinya, tidak merasa kecewa ataupun tidak merasa senang akan adanya libur panjang karena Covid-19 ini.

Perubahan suasana dan kuota

Dengan adanya libur panjang akibat dari wabah virus Corona, maka Universitas Malikussaleh menerapkan sistem pembelajaran online atau daring. Menanggapi hal ini, sebanyak 69.5  persen atau sebanyak mhasiswa mengganggap hal ini membuat mereka tidak memahami pelajaran selama perkuliahan karena tidak sesuai dengan suasana kelas yang biasanya. Terbatasnya waktu dan terkadang terjadi hal yang tidak kondusif selama pelajaran berlangsung tentu saja hal ini tak lepas dari jaringan internet.

Kendati demikian tak sedikit juga mahasiswa yang merasa setuju dengan adanya perkuliahan online sebanyak 4 persen  atau 7 orang mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka baik-baik saja dengan perkuliahan online karena mereka dapat melakukan perkuliahan dengan santai dirumah.

Sebanyak 41,6 persen atau 72 orang mahasiswa mengungkapkan perkuliahan online kurang sesuai dengan ekpspektasi mereka bahkan sebanyak 38,7 persen atau sebanyak 67 mahasiswa mengungkapkan hal ini sangat “tidak sesuai”, lalu apa saja yang menjadi kendala mahasiswa dengan adanya sistem perkuliahan online ini?

Sebanyak 76 siswa menyebutkan bahwa jaringan internet yang tidak stabil menyebabkan terjadinya kendala dalam perkuliahan online ini, dan 118 mahasiswa juga setuju salah satu hal yang menjadi kendala adalah kuota internet. Salah satu dari mereka menyebutkan “jaringan, kuota internet, biaya pembelian kuota internet tidak cukup untuk waktu lama,misalnya untuk seminggu atau dua minggu cukup beli kuota,minggu berikutnya tidak tau bisa beli kuota internet cukup atau tidaknya terkendala biaya”.

Namun tak banyak yang bisa dilakukan, mahasiwa hanya dapat mengikuti peraturan yang ada demi kebaikan bersama meskipun banyak kesulitan yang harus di hadapi selama perkuliahan online. Sebanyak 118 mahasiswa juga setuju jika perkuliahan online ini dilakukan sesuai dengan jadwal KRS biasaya.

Persoalan biaya untuk membeli kuota internet bisa dilihat secara berbeda dengan kualitas jaringan buruk di daerah tertentu. Jika dibandingkan dengan kuliah pertemuan tatap muka, biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa bisa jadi lebih tinggi, antara lain untuk transportasi, makan, dan ikutan lain yang tidak ada dalam perkuliahan secara daring.

Apa dampak lain yang dirasakan mahasiwa dengan adanya Covid-19 ini?

Karena sistem perkuliahan yang dilakukan secara online maka tentunya ada tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa. Sebanyak 50 persen atau 85 mahasiswa mengungkapkan tugas yang diberikan sangat banyak dan sebanyak 33 orang mengungkapkan mereka tidak mengetahui hal ini karena sudah mahasiswa akhir dan tidak adanya lagi mata kuliah.

Seorang mahasiswa mengungkapkan bahwa dirinya merasa tugas-tugas yang diberikan padanya tidak terlalu banyak hanya saja kuis atau ujian tengah semester (midterm) tidak efektif bila dilakukan secara online.

Covid-19 juga sangat berdampak pada mahasiswa yang akan melangsungkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL), Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa yang sedang magang, dan mahasiswa yang akan melangsungkan yudisium dan wisuda.

Sebanyak 31,5 persen atau 53 orang mengungkapkan sangat kecewa dan 42,9 persen atau 72 orang mengungkapkan kecewa karena tertundanya hal-hal ini dan perubahan sistem KKN dan PKL yang tidak sesuai dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya wabah Corona virus.

Namun ada juga mahasiswa yang melihat dari sisi berbeda. Menurutnya, perubahan format KKN dan PKL merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko penyebaran. “Tidak apa-apa, karena Covid-19 tidak bisa dianggap remeh. Itu semua ditunda demi kebaikan bersama, mencegah suatu hal yang tidak kita inginkan,” begitu argumen mahasiswa.

Hal apa yang diharapkan ketika wabah Covid-19 ini berakhir?

Sebanyak 117 mahasiswa mengungkapkan bahwa setelah wabah berakhir maka akan melanjutkan kegiatan perkuliahan atau bimbingan skripsi bagi mahasiswa akhir, bertemu teman-teman dan bersantai di kantin melanjutkan kegiatan organisasi. Dengan miris, dengan menyebutkan  “setelah wabah berakhir maka waktunya untuk membayar UKT”.[]

Cindy Selya, mahasiswi Program Studi Teknik Sipil Universitas Malikussaleh.

Baca juga: Cukup Sudah Kematian Covid-19

 

 


Kirim Komentar