UNIMALNEWS | Toba - Keberadaan eceng gondok di sungai atau danau kerap menimbulkan masalah, mulai dari potensi penumpukan sampah hingga merusak ekosistem air. Butuh penanggulangan khusus supaya tanaman jenis gulma ini tidak dapat menyebar.
Berangkat dari keresahan masyarakat terhadap keberadaan eceng gondok yang menyebabkan saluran air menyumbat dan merusak ekosistem air. Indri Agrivani, Mahasiswi Kuliah Kerja Nyata Balik kampung (KKN-BK) Universitas Malikussaleh yang mengabdi di Desa Pangombusan, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara membuat terobosan pengolahan eceng gondok menjadi pupuk kompos organik.
"Proses pembuatannya pertama limbah eceng gondok diambil dari sungai atau danau kemudian di cacah dan di fermentasi dengan mol atau EM4 untuk membantu proses pelapukan. Setelah itu di tutup dan difermentasi selama 2-3 minggu. Dan di bolak balik selama 3 hari sekali," kata Indri kepada Unimalnews, Selasa (15/5/2020).
Indri mengatakan, setelah pupuk kompos organik eceng gondok masak, maka dapat digunakan sebagai pupuk untuk pekarangan maupun sistem pertanian di lingkungan sekitar.
"Kegiatan saya juga dibantu oleh ibu-ibu yang ada di desa itu" tutur mahasiswi Prodi Agroekoteknologi.
Sementara Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Mutammimul Ula MCs berharap pemanfaatan eceng gondok ini mendapat menyelamatkan ekosistem air dan membantu masyarakat dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia.
"Kita harapkan apa yang di praktekan mahasiswa disana bisa bermanfaat bagi masyarakat," tutupnya.[tmi]