Ruang Sterilisasi ala Kelompok 118

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa KKN Kelompok 118 membangun ruang sterilisasi di masjid Desa Blang Rakal Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Jumat (15/5/2020). Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Redelong – Setelah mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk tanaman produktif, mahasiswa KKN Kelompok 118 membangun sebuah ruang sterilisasi di masjid Blang Rakal Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

Sepintas tampak sederhana, tetapi ruang dari plastik tersebut memberikan rasa nyaman warga  ketika hendak melaksanakan salat berjamaah di masjid. “Covid-19 bisa menyebar melalui sentuhan dan dapat menempel di benda dan pakaian. Kalau benda tersebut tersentuh, maka virus akan menyebar,” ungkap Ketua Kelompok 118, Tri Waluyo, Jumat (15/5/2020).

Menurut mahasiswa Teknik Mesin tersebut, pembuatan ruang sterilisasi yang banyak terdapat di masjid-masjid megah di Jawa, menjadi program utama Kelompok 118. “Kami berharap ruang yang sederhana ini memberikan rasa nyaman kepada jamaah masjid. Mereka tidak ragu-ragu untuk melaksanakan salat berjamaah,” tambah Tri Waluyo.

Kelompok 118 di bawah bimbingan Jufridar MSM, terdiri dari enam mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Bener Meriah. Selain Tri Waluyo, juga ada Sugiman (Prodi  Sistem Informasi),  Ridawati, Sindi Jahariani, Lisa Yuhana, dan Diana Murni (Teknik Sipil).

Waluyo menjelaskan, ruang sterilisasi tersebut dibangun selama seminggu dan mendapat dukungan sepenuhnya dari pengurus masjid. Fasilitas tersebut langsung digunakan ketika salat Jumat dan banyak jamaah yang mencobanya.

“Ruang tersebut menggunakan cairan yang aman untuk tubuh serta menjamin kesucian pakaian,” tambah Waluyo yang diamini anggota kelompok lainnya.  

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kelompok 118, Jufridar, mengharapkan hasil kerja Kelompok 118 tersebut bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi warga, tidak hanya terbatas pada manfaat yang hanya bisa dinikmati masyarakat sampai KKN berakhir.

“Kalau bisa, ruang sterilisasi tersebut bisa dibangun permanen dengan biaya dari pemerintah setempat, tentunya kalau fasilitas semacam itu memenuhi standar kesehatan WHO,” pungkas Jufridar. [kur]


Berita Lainnya

Kirim Komentar