SUMBER daya terbatas, kreativitas tidak terbatas. Kalimat penuh motivasi itu tertulis besar di sebuah pabrik alat elektronik di Korea Selatan. Entah kalimat pernah direkam mahasiswa dari sumber berbeda atau tidak, yang jelas mereka benar-benar mengoptimalkan kreativitas selama melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata.
Kreativitas itulah yang dibuktikan mahasiswa Kelompok 92 yang mengambil lokasi di Kelurahan Mayang, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Rizky Fauzi dkk membuat topeng anti-Covid-19 atau face shield mask dari bahan-bahan yang mudah didapat di pasaran.
“Topeng anti-Corona itu kami bagikan kepada seluruh panitia zakat di Bosar Maligas,” ujar mahasiswa Agribisnis tersebut, belum lama ini.
Di bawah bimbingan Dr Zulnazri, Kelompok 92 yang terdiri dari Rizky Fauzi (ketua) dan anggota Guntoro (Teknik Kimia), Dea Ananda Fristy (Agribisnis), dan Dwi Devi A Saragih (Pendidikan Matematika) sebelumnya sudah melakukan beberapa kegiatan berkaitan dengan Covid-19.
“Topeng anti-Corona itu termasuk karya mereka yang berbeda dengan yang lain. Sangat kreatif dan manfaatnya luar biasa,” ujar Zulnazri, Senin (18/5/2020).
Topeng tersebut tahan air sehingga ketika terjadi percikan ludah atau droplet dari seseorang maka akan tertahan sehingga dapat mencegah penularan Covid-19 saat pembayaran dan pendistribusian zakat fitrah. “Panitia zakat fitrah melakukan kontak fisik dengan banyak orang. Dengan adanya topeng ini, mereka akan lebih nyaman,” tambah Rizky yang menjadi Ketua Kelompok 92.
Bantuan ini merupakan salah satu program kerja mahasiswa KKN Universitas Malikussaleh sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di tengah pandemi Covid-19 sehingga mereka bergerak untuk memberikan hal yang sederhana tetapi berdampak besar untuk pencegahan virus.
Pangulu Kelurahan Mayang Kecamatan Bosar Maligas, Ahmadi, terjun langsung membagikan topeng anti-Covid-19 ini kepada panitia zakat fitrah bersama mahasiswa. “Pak Ahmadi sangat antusias membantu kami karena menurut beliau bantuan ini, meski sederhana, tapi tidak terpikirkan oleh pemerintah, apalagi masa-masa pembayaran zakat fitrah saat ini sedang dimulai,” ungkap Rizky.
Anggota Kelompok 92, Guntoro, mengatakan proses pembayaran zakat fitrah ini saat rentan terhadap penyebaran virus apalagi pada saat proses pembayaran di mana terjadi kontak langsung antara panitia dengan warga sehingga perlu pencegahan.
Mahasiswa memproduksi topeng ini dengan menggunakan dana mandiri hasil patungan para anggota. Proses pembuatannya menggunakan bahan-bahan yang tersedia di pasaran. Dengan bantuan ini mahasiswa berharap dapat mencegah penyebaran Covid-19 sehingga pembayaran zakat pun masih bisa dilaksanakan kendati harus tetap sesuai dengan protokol kesehatan.
Menurut Guntoro, pembayaran zakat fitrah di Bosar Maligas ini belum bisa untuk membayar secara online sehingga harus dilakukan secara langsung, sehingga rentan terjadi penyebaran Covid-19. “Karena itulah kami ciptakan topeng anti-Corona dari bahan yang mudah didapat kemudian kami bagikan ke seluruh panitia zakat,” jelas Guntoro.
Ahmadi yang ikut bersama mahasiswa membagikan topeng anti-Corona menyebutkan bantuan itu besar sekali manfaatnya bagi masyarakat. Bahkan, menggunakan topeng yang merupakan alat pelindung diri tersebut belum terpikirkan oleh panitia zakat sebelumnya. “Padahal, banyak panitia zakat usianya sudah lanjut dan rentan tertular,” kata Ahmadi.
Ia memuji kreativitas mahasiswa sekaligus mengingatkan panitia zakat agar memakai topeng tersebut ketika menerima dan menyalurkan zakat agar lebih aman dari virus. “Semoga bantuan mahasiswa ini bisa diikuti pemerintah yang bisa membagikan alat pelindung bagi panitia zakat di tempat lain,” pungkas Ahmadi. [Ayi Jufridar]