Oleh Dhea Nurul Tama R.Daulay
Apalah arti perkembangan zaman jika tidak bisa dinikmati oleh seluruh masyarakatnya? Begitulah pertanyaan yang selalu dilontarkan hati saya ketika melihat para penyandang disabilitas kurang mendapatkan akses yang baik. Tidak semua dari mereka, bisa mendapatkan akses perkembangan teknologi dan komunikasi yang saat ini sangat meroket.
Siapa yang tidak mengetahui penyandang disabilitas? Mereka adalah orang – orang berkebutuhan khusus dan memiliki keterbatasan dalam alat indra sehingga menghambat komunikasi dengan orang lain. Mungkin dari keterbatasannya kita pernah memandang mereka dengan sebelah mata. Bahkan mungkin kita pernah membeda – bedakannya dan juga mengasingkannya.
Teknologi untuk semua
Teknologi komunikasi sudah sangat berkembang di Indonesia. Semua sudah bisa diakses dan dinikmati dengan mudah. Seseorang yang berada di Sabang bisa dengan mudah berkomunikasi dengan seseorang yang berada di Merauke, karena kecanggihan teknologi saat ini.
Beda dengan zaman dahulu, sangat susah untuk seseorang berkomunikasi dari jarak jauh. Bahkan semakin pesatnya kecanggihan teknologi dan komunikasi ini, membuat minimnya interaksi sosial di dunia nyata. Mungkin, itu berlaku untuk kita sebagai manusia normal. Namun, untuk penyandang disabilitas, dari dulu sudah sangat minim mendapatkan interaksi sosial di lingkungannya.
Penyandang disabilitas juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lainnya. Namun, sering kali keterbatasan yang mereka miliki membuat banyak manusia seolah-olah mengasingkannya. Padahal mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Mereka juga memiliki hak untuk bekerja, untuk menikah, hak-hak lainnya.
Penulis pernah mendapati tukang ojek online penyandang disabilitas. Dia paham teknologi berbasis aplikasi online yang saat ini sedang marak-maraknya di Indonesia. Dengan keterbatasan yang ia miliki, kita sebagai penumpang juga harus mendukung kerja kerasnya dan juga membantunya untuk memudahkan pekerjaannya tersebut.
Dia menuliskan, “Mohon maaf mbak/mas, saya orang dengan disabilitas pendengaran. Saya mohon jangan di-cancel, karena saya juga ingin mencari nafkah. Jika mbak/mas ingin berbelok ke kiri, tepuk pundak kiri saya. Begitupun jika ingin berbelok ke kanan, tepuk pundak kanan saya. Kemudian jika mbak/mas mau berhenti, tepuk keduanya.”
Tulisan itu ditempel di belakang helmnya, dan posisi tulisannya tepat di depan pelanggan. Begitulah cara ia berkomunikasi dengan manusia manusia lain. Bayangkan, jika antara penyandang disabilitas dan orang normal seperti kita bisa saling memahami cara berkomunikasi, interaksi bisa terjadi dalam berbagai bidang dan bisa bekerja sama. Kerja sama ini membuat penyandang disabilitas juga akan mendapatkan hak untuk mengikuti perkembangan zaman dan eksis di berbagai bidang.
Bahasa isyarat
Di zaman ini, mayoritas dari orang di dunia sudah beralih ke new media. Contoh dari new media salah satunya adalah Youtube. Penulis juga pernah mendapati komentar di Youtube dari seorang penyandang disabilitas pendengaran. Kanal tersebut menampilkan drama komedi yang penontonnya sudah mencapai jutaan penonton setiap minggunya.
Dia berkomentar, "Saya orang dengan disabilitas pendengaran. Sedikitnya saya bisa mengikuti gerak mulut dari para pemain. Namun, tidak semua gerak mulut bisa terbaca oleh saya. Alangkah baiknya jika ada penerjemah bahasa isyarat. Mungkin akan lebih mempermudah saya dan teman-teman disabilitas lainnya menikmati drama komedi tersebut."
Betapa menyentuhnya komentar tersebut. Ia seperti mengingatkan para konten kreator untuk mempertimbangkan kemungkinan konten mereka juga ditonton penyandang disabilitas. Di sisi lain, kondisi ini juga memberikan tantangan kreativitas dan peluang tanpa batas yang bisa dinikmati oleh semua.
Wahai teman-teman dan para konten kreator sekalian. Mari sama-sama membuka pikiran kita agar teman-teman disabilitas menikmati perkembangan teknologi dan komunikasi yang saat ini sedang terjadi. Alangkah baiknya jika kita membuat juga penerjemah bahasa isyarat seperti dalam berita di media televisi. Mungkin dengan penerjemah bahasa isyarat itu, mereka juga dengan mudah menikmati konten-konten yang dibuat oleh teman-teman sekalian.
Keterbatasan yang mereka miliki juga sebuah titipan Tuhan. Andai mereka bisa mengeluh, mereka juga tidak akan mau memiliki nasib seperti itu. Kitalah sebagai manusia “normal” yang harus lebih saling mengerti dan saling memahami antarsesama manusia.
Kita sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya menjaga keselarasan dan keadilan di dalam negera ini. Contohnya dengan bertoleransi dan saling merangkul untuk tidak menjatuhkan, Saling menghargai dan membantu sesama dan juga tidak ada saling membeda–bedakan. Mulailah untuk membangun komunikasi yang baik karena dari ucapan akan melahirkan tindakan. Dari tindakan akan melahirkan kebiasaan. Dan dari kebiasaan akan membangun karakter yang baik. Dan dari karakter yang baik, akan menampilkan generasi-generasi pemimpin yang baik pula.[]
***
Dhea Nurul Tama R.Daulay, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.