UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Turtle Diving Club Universitas Malikussaleh menggelar penanaman pohon mangrove di seputaran pesisir Pantai Pulau Seumadu, Gampong Batuphat Timur, Lhokseumawe, 30 Maret 2021 lalu.
Dalam kegiatan tersebut, sebanyak 300 batang pohon mangrove jenis Avecennia ditanam di sekitar pantai Pulau Semadu yang disaksikan oleh seluruh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Lhokseumawe serta masyarakat setempat.
Penanaman pohon ini diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Turtle Diving Club Universitas Mailkussaleh (Unimal).
Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra, ASEAN Eng, mengatakan kegiatan penanaman mangrove bertujuan untuk mengurangi potensi abrasi pada daerah pesisir pantai.
“Selain itu juga untuk melestarikan lingkungan di sekitar pesisir serta memberikan dampak positif bagi masyarakat,” ujar Herman sebelum prosesi penanaman dimulai.
Menurut Herman, program penanaman pohon secara langsung di lokasi abrasi diharapkan dapat memupuk rasa cinta terhadap lingkungan serta terbangun kepedulian dan kemampuan kerja sama yang baik dalam mendukung kelestarian lingkungan wilayah pesisir yang terpapar abrasi.
Komandan Lanal Lhokseumawe, Kolonel Laut (P) Dimmi Oumry SE, mengapresiasi kegiatan untuk kelestarian lingkungan tersebut. Menurut Dimmi, penanaman mangrove sangat bermanfaat guna mencegah pemanasan global serta berfungsi untuk memperbaiki lahan dan wilayah kawasan pesisir yang rusak agar hijau dan menghutan kembali.
“Kegiatan ini tidak hanya sampai di sini, tetapi harus terus dikembangkan agar dapat memberikan contoh kepada masyarakat pentingnya pohon mangrove di pesisir pantai. Kami juga akan memantau perkembangan pertumbuhannya,” tutur Dimmi Oumry.
Sementara Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Turtle Diving Club, M Fauzan MT, mengharapkan masyarakat juga ikut terlibat dalam merawat pertumbuhan mangrove yang sudah ditanam sampai besar nanti. Menurutnya, peran masyarakat, terutama di sekitar kawasan pesisir pantai, sangat penting untuk membangun kembali hutan mangrove yang hilang.
“Masyarakat sekitar bisa setiap hari menjaga bibit mangrove yang baru selesai ditanam. Ketika alam lestari, masyarakat sekitar yang pertama kali merasakan manfaatnya. Demikian juga kalau alam rusak, masyarakat juga yang pertama kali menanggung akibatnya,” tutur Fauzan.[bas]