Kasus Perundungan Anak Tinggi, Kelompok 135 Gelar Sosialisasi

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa KKN dari Kelompok 135 memberikan edukasi tentang perundungan bagi murid SD Neger 8 Kecamatan Juli, Bireuen, beberapa waktu lalu. Foto: Ist.

PERUNDUNGAN atau bullying bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di rumah dan sekolah yang merupakan dua tempat yang harusnya paling nyaman bagi pelajar. Kasus perundungan bagi pelajar di rumah sendiri dan dilakukan orang terdekat, sudah sering terjadi. Demikian juga dengan kasus-kasus di sekolah yang berakibat fatal.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan kasus perundungan terhadap anak-anak paling banyak didominasi oleh siswa Sekolah Dasar (SD). Diketahui, ada 25 kasus atau 67 persen yang tercatat oleh KPAI dan yang disampaikan melalui pengaduan langsung maupun online sepanjang Januari sampai April 2019.

Kondisi itulah yang menginspirasi mahasiswa Universitas Malikussaleh untuk mengedukasi tentang perundungan bagi murid SD Negeri 8 Juli di Kabupaten Bireuen, Aceh. Para mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata, memberikan edukasi tentang perundungan kepada murid untuk menekan terjadinya kasus tak terpuji tersebut di lingkungan sekolah.

Adalah mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) Kelompok 135 di Juli Seutuy, Bireuen, yang berinisiatif melakukan sosialisasi perundungan terhadap murid SD.

Ketua Kelompok 135, Muhammad Ihsan, mengatakan edukasi tentang perundungan menjadi salah satu program mereka selama kegiatan KKN yang berlangsung selama satu bulan. “Anak-anak pun senang mendapatkan materi tentang bully. Ternyata begitu banyak hal sehari-hari yang tanpa sadar sudah masuk dalam jenis bully,” ujar Muhammad Ihsan, belum lama ini.

Ihsan menambahkan, perilaku bullying sebenarnya sudah sangat meluas di dunia pendidikan tanpa disadari bentuk dan akibatnya. Bullying adalah perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang atau lebih kepada orang lainnya. Perbuatan tidak baik yang dimaksud bisa berupa hal-hal yang menyakiti secara fisik, seperti memukul, mendorong, dan lain-lain.

“Bisa juga menyakiti secara verbal, misalnya mengejek penampilan, menghina kemampuan, dan masih banyak lagi. Tindakan menjauhi dan mengucilkan seseorang juga termasuk tindakan bullying,” tambah mahasiswa Teknik Sipil tersebut.

Kegiatan dilakukan dalam dua sesi. Untuk sesi pertama sosialisasi diberikan kepada murid kelas 1-3. Kemudian sesi kedua sosialisasi diikuti murid kelas 4-6.  “Kami mengawali sosialisasi dengan menjelaskan pengertian dari bullying, pembagian bullying, faktor-faktor bullying, dan dampak dari bullying,” tambah anggota Kelompok 135, Ocha Mareta, yang menyebutkan pemilihan kegiatan di SD Negeri 8 Juli merupakan inisiatif sendiri karena berharap dengan sosialisasi dapat mengurangi perilaku perundungan.

Murid SD Negeri 8 Juli terlihat sangat antusias mendengarkan dan memahami materi tentang perundungan. Salah seorang siswa kelas 6, Afiq (12 tahun) mengajukan pertanyaan, "Kak, kalau kita bully kawan pengaruhnya apa?"

Pertanyaan tersebut dijawab oleh salah satu anggota KKN Kelompok 135 dengan memberikan pemahaman lebih lanjut akan pengaruh buruk dari tindak perundungan.

Menurut Ihsan, kegiatan sosialisasi ini juga memiliki tujuan lain, yaitu menumbuhkan rasa berani dan percaya diri pada anak dari usia dini. Ihsan dkk memberikan apresiasi bagi murid SD yang berani mengajukan pertanyaan dan berani menjawab. Mahasiswa memberikan hadiah berupa buku tulis dan pensil. “Hal ini diharapkan dapat menjadi penyemangat dan sebagai motivasi bagi anak-anak agar tumbuh menjadi anak yang berani,” katanya.

Kehadiran mahasiswa KKN Universitas Malikussaleh Kelompok 135 untuk memberikan pemahaman tentang perundungan (bullying) bagi murid SD disambut baik oleh kepala sekolah dan guru-guru di SD Negeri 8 Juli. Kepala sekolah dan guru di sana mendukung kegiatan KKN mahasiswa di sekolah.

Berada di bawah bimbingan dosen Jufridar MSM, Kelompok 135 terdiri dari  Muhammad Ihsan, Sultan Syahril, Nasrullah, Summia Mayelas, dari Program Studi Teknik Sipil. Kemudian Putri Purnama Desky, Marika, Ocha Mareta, dan Rauzatul Jannah dari Program Studi Sosiologi. [Ayi Jufridar]

 


Kirim Komentar