Memperkuat Eksistensi Kopi Gayo di Pasar Global

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Dr H Mohd Heikal, memaparkan sejumlah strategi kepada petani kopi agar mampu menembus pasar global dalam bimbingan teknis yang berlangsung di Takengon, Aceh Tengah, Jumat (26/11/2021). Foto: Ist.

SEJUMLAH 200 petani kopi dan ketua kelompok pemberdayaan petani kopi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, mendapatkan bimbingan teknis untuk bisa bersaing di pasar global dari dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh. Dengan bimbingan teknis tersebut, petani bisa memaksilmalkan hasil panen melalui pengolahan (hilirisasi) dan pemasaran hasil perkebunan.

Dalam kegiatan bimbingan tersebut,  dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh Dr H Mohd Heikal menyampaikan materi terkait bagaimana bersaing di pasar global.

Menurutnya, kopi sebagai komoditas unggulan Indonesia saat ini telah menembus pasar ekspor baik Amerika maupun Eropa. Kopi Arabika Gayo adalah salah satu kopi dengan keunikan yang tidak dimiliki oleh penghasil kopi dari negara lain karena kopi dari Gayo dikenal sebagai produk organik.

Heikal melihat erang dagang beberapa negara di dunia ikut berdampak terhadap pemasaran kopi arabika Gayo yang harus dilawan oleh seluruh stakeholder. Ia memandang perlu ada satu organisasi yang bergerak di bidang advokasi terkait dengan produk kopi arabika Gayo sehingga komoditas yang sejak tahun 2010 in telah mendapatkan Indikasi Geografis (IG) dari Kemenkumham ini tidak lantas menjadi korban perang dagang internasional.

Di dunia saat ini lebih dari 2 miliar cangkir kopi diminum setiap hari. Ini menunjukkan bahwa kopi adalah produk yang memiliki pangsa pasar sangat baik secara global. Indonesia adalah negara keempat penghasil kopi arabika terbesar di dunia setelah Brasil, Kolumbia, dan Guatemala.

“Namun, secara perluasan lahan menghadapi persoalan serius sehingga seluruh komponen harus memberikan perhatian yang khusus untuk masalah ini,” ujar Heikal dalam acara yang digelar di salah satu hotel bintang di Takengon, Aceh Tengah, Jumat (26/11/2021).

Ia menambahkan, walaupun kopi Gayo yang telah lama masuk ke pasar global, tidak boleh abai terhadap kondisi pasar global  yang semakin kompetitif. Untuk itu, dibutuhkan beberapa hal yang harus dilakukan petani kopi Gayo sehingga produk mereka tetap bisa bersaing di pasar ekspor.

Petani kopi harus mengetahui apa keinginan pasar ekspor produk kopi, jadi terkait dengan “what the global market wants” (apa yang diinginkan oleh pasar global) menjadi informasi penting agar produk kopi dari Gayo bisa diterima pasar ekspor.

Maka berdasarkan informasi tersebut beberapa hal yang harus diperhatikan terkait kualitas, konsistensi, budaya serta kolaborasi.

Heikal menyarankan para petani Gayo perlu menerapkan cara bertani yang baik atau good practices agriculture sebagaimana yang diarahkan oleh FAO. Kebun kopi yang bersih dan memiliki pohon pelindung sehingga 60 persen sinar matahari masuk ke kebun kopi, di samping untuk meningkatkan produktivitas kebun, juga bisa dijadikan untuk kegiatan wisata kebun kopi yang secara berkelanjutan akan memberikan pendapatan tambahan bagi petani.

“Hal lain yang harus diperhatikan adalah menghindari penggunaan bahan kimia sehingga keunikan kopi arabika Gayo yang organik bisa dipertahankan,” ujar Heikal mengingatkan dalam bimbingan teknis yang merupakan atensi dari anggota Komisi IV DPR RI Muslim dari Partai Demokrat.

Beberapa tips yang disarankan Heikal adalah menggunakan teknologi informasi untuk mengakses pasar seperti memiliki website, menggunakan media sosial menjadi penting di era disrupsi sekarang ini. Menurutnya, petani kopi harus melek teknologi digital sehingga infomasi terkait harga dan informasi lainnya bisa didapat petani dengan cepat sehingga tidak menjadi korban dan mereka tidak menikmati margin dari produk yang mereka miliki.

Selain itu, Heikal mengingatkan para petani agar mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pameran, pertemuan di tingkat nasional maupun internasional. Ia mengakui hal ini tidak mungkin dilakukan secara individu oleh masing-masing petani.

“Maka perlu kolaborasi dan kemitraan baik melalui kelompok seperti koperasi atau juga pola bapak angkat lewat BUMN yang efektif untuk menghadapi persaingan. Namun di era pandemi Covid-19 belum berakhir, maka mengoptimalkan pasar lokal dan dalam negeri menjadi strategi penting bagi petani kopi,” lanjut dosen Fakultas Ekonomi yang juga mengampu mata kuliah Pemasaran Terpadu dalam Ekonomi Kreatif.

Ia juga memandang perlu dibuat bentuk komunikasi seperti storytelling (bercerita) sebab dalam setiap cangkir kopi ada cerita unik dan kisah-kisah yang memiliki elemen penting di dalamnya. Kopi arabika Gayo tidak hanya sebuah komoditas, tapi juga sebuah peradaban,” tutup Heikal. [Ayi Jufridar]

 

 


Kirim Komentar