Menunggu Hasil Nyata Program Kampus Merdeka

SHARE:  

Humas Unimal
Dirjen Dikti, Prof Nizam (tengah) hadir dalam sosialisasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Gedung D Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Foto: Ayi Jufridar.

EMPAT program kuliah luar kampus bagi mahasiswa dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mendapatkan hasil evaluasi positif, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen. Tingkat kepuasan keempat program tersebut ada yang mencapai 95 persen, meski harus diakui masih banyak yang perlu diperbaiki, baik di Kementerian maupun dari perguruan tinggi yang terlibat dalam keempat program.  

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof Nizam, mengakui masih banyak yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan program MBKM, mulai dari anggaran sampai pelaksanaan, termasuk dalam masalah anggaran. Dalam program Modul Nusantara, misalnya, sampai memasuki pekan kedua Januari 2022, masih ada dosen pengasuh yang belum mendapatkan honor.

“Semester pertama ini memang masih banyak kendala, termasuk dalam penganggaran yang masih dari dua sumber. Tahun depan akan diperbaiki. Pendanaan dari satu kementerian,” ungkap Prof Nizam saat merespons curahan hati dosen Modul Nusantara dari Universitas Malikussaleh dalam Sosialiasi MBKM di Gedung D Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (6/1/2022) lalu.

Dalam sosialisasi MBKM tersebut, Prof Nizam juga menyinggung sejumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang seolah mengabaikan keempat program MBKM. Ia menyontohkan ada dosen yang tetap memberikan tugas kuliah kepada mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar—misalnya—sehingga mahasiswa bersangkutan tidak mampu memenuhi minimal 20 SKS.  

“Sedihnya, masih ada penolakan dari beberapa kampus yang tidak mengizinkan mahasiswa mengikuti (kegiatan secara) penuh. Padahal, inilah bagian dari kompetensi penting dari mahasiswa kita,” ujar Nizam di hadapan sejumlah dosen program MBKM serta kepala kehumasan sejumlah perguruan tinggi, termasuk Universitas Malikussaleh.

Menurut Nizam, dalam setahun terakhir sekitar 80.000 mahasiswa terlibat di berbagai program. Dari pertemuan dengan mahasiswa magang, ia mendengar pengakuan mahasiswa yang mendapatkan pengalaman yang belum pernah mereka dapatkan di ruang kuliah, laboratorium, atau perpustakaan. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang sangat membumi dan menjadi bekal untuk mengarungi samudra kehidupan seperti yang sering ditamsilkan Mas Menteri Nadiem Makarim.

“Ada yang cerita, mahasiswa yang tadi introvert, tapi kemudian mendapatkan mentoring dengan baik, akhirnya menjadi lebih terbuka dan malah diterima bekerja karena mendapatkan passion-nya. Di luar negeri, program seperti ini baru dilakukan di kampus elit. Tapi kita sudah melakukan secara merata. Memang ada protes di sana-sini, ada grasa-grusu. Tapi untuk maju memang harus berubah dan harus meninggalkan zona nyaman kita.  Tidak ada sesuatu yang langsung sempurna,” papar Nizam.

Masalah tempat magang yang tidak relevan dengan latar belakang pendidikan, Nizam menyebutkan peluang kerja sekarang ini sangat terbuka di berbagai bidang. Menurutnya, profesi itu sangat bebas, tidak sempit. “Belajar fisika, harus harus ahli fisika, tapi bisa bekerja di mana saja,” pungkas Nizam.

Sebelumnya, Ketua Project Majagement Office MBKM, Erwin Tobing, menjelaskan empat program MBKM yang sudah dijalankan sejak 2021 adalah Magang dan Studi Independen (MSIB), Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA), Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), serta Kampus Mengajar. Erwin menyontohkan, Kemendikbudristek bermitra dengan 120 perusahaan yang diseleksi secara ketat untuk menerima mahasiswa magang. “Ada 60 ribu mahasiswa yang mendaftar. Tapi yang bisa diterima hanya 12.000 mahasiswa,” ungkap Erwin.

Sementara untuk Program ISWA, sekitar 900 mahasiswa sudah diberangkatkan ke luar negeri. Sedangkan dalam PMM mendorong mahasiswa lebih menghargaai kebinekaan dan memiliki toleransi melalui Program Modul Nusantara yang tahun ini akan digelar secara luar jaringan.

“Yang keempat, Kampus Mengajar. Tahun 2021 ada 20.000 mahasiswa yang ikut. Hasil evaluasi, sebagian besar mahasiswa puas dengan semua program,” ujar Erwin.

Hasil evaluasi tersebut diharapkan membuat keempat program MBKM menjadi lebih baik pada tahun 2022 ini dan tahun-tahun mendatang. Dan waktu akan menjawab apakah generasi Kampus Merdeka akan menjadi bagian dari generasi emas Indonesia.  [Ayi Jufridar]

 


Kirim Komentar