Optimalisasi Sektor Migas di Aceh Melalui Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0

SHARE:  

Humas Unimal
Farid Fahlevi, mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Angkatan 2020. Foto: Dok. Pribadi

Oleh Farid Fahlevi

ACEH memiliki segudang potensi energi bumi yang berlimpah, salah satunya adalah minyak bumi dan gas. Aktivitas pada sektor migas telah tersebar di 12 wilayah kerja di seluruh Aceh. Dari jumlah tersebut, 9 di antaranya menjadi kewenangan Aceh di bawah Badan Pengelolaan Migas Aceh. Sementara tiga lainnya merupakan kewenangan Pemerintah Pusat di bawah pengawasan SKK Migas (Serambinews.com, 2021).

Meskipun begitu, pada 2020 capaian angka pendapatan berdasarkan harga konstan dari sektor migas hanya sebesar Rp5,42 triliun (BPS Aceh, 2021). Capaian tersebut sangatlah kontras jika dibandingkan 10 tahun sebelumnya yaitu sempat menyentuh angka Rp10,74 triliun (BPS Aceh, 2021). Data statistik tersebut sangat jelas menunjukkan adanya penurunan dua kali lipat dalam produksi migas dalam kurun dekade terakhir. Hal ini tentunya disayangkan mengingat bantuan dana Otsus Aceh diperkirakan akan berakhir di tahun 2027 sehingga Pemerintah Aceh harus segera berinisiatif menemukan pasokan dana lainnya untuk pembangunan daerah, salah satu caranya melalui optimalisasi pada sektor migas unggulan ini.

Memasuki era revolusi industri 4.0 ini yang serba mengandalkan Internet of Things (IoT), Industrial Internet of Things (IioT), Big Data, Sistem fisik siber (CPS), artificial intelligence (AI), Cloud System , pabrik pintar, atau sederhananya bermakna transformasi digital harus menjadi terobosan baru dan mampu berkolaborasi pada sektor migas di Aceh  dan menggantikan cara lama yang konvensional agar dapat menghasilkan hasil produksi yang lebih optimal dan efisien bagi  pembangunan daerah.

AI bagi migas
Di sisi lain, pada era revolusi industri 4.0 ternyata juga bergantung dengan pasokan sektor migas sebagai sumber energi atau bahan baku industri maka apabila pasokannya terganggu maka secara tidak langsung perekonomian Aceh akan rentan dengan impor dan disrupsi global. Dengan demikian, optimalisasi sektor migas adalah suatu keharusan yang tak dapat ditunda untuk menunjang kemandirian, kekuatan, dan kesejahteraan perekonomian Aceh.

Baca juga: Budaya Patriarki vs Stigma Negatif Kaum Feminis

Salah satu momok sering dihadapi dalam industri migas terkait dengan dry hole yaitu hasil eksplorasi migas nihil karena tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon atau sumur kering. Sedangkan, biaya dan waktu yang telah dikorbankan untuk eksplorasi terlalu besar dan belum sesuai dengan hasil diharapkan. Dengan kehadiran teknologi artificial intelligence (AI) diharapkan dapat mempercepat eksplorasi, menemukan cadangan baru dan juga meningkatkan produksi di industry migas. AI mampu memberikan akurasi, kualitas dan kecepatan pemrosesan data dan menyajikan data menjadi tampilan 3D sehingga memberikan perspektif yang lebih lengkap dalam menghasilkan keputusan yang efisien. Hal ini akan meningkatkan keberhasilan kegiatan pemboran, manfaat akan sangat dirasakan untuk pemboran eksplorasi.

Selain itu, aktivitas di sektor migas ini pastinya akan melibatkan kumpulan data yang sangat kompleks, mulai dari proses eksplorasi, produksi, pasca produksi hingga sistem tata kelola perusahaan. Saking kompleksnya data-data tersebut sehingga sangat beresiko tinggi akan kegagalan bila tidak terintegrasi dengan baik.

Disinilah peran dari transformasi digital dapat diterapkan untuk menunjang sisi efisiensi dan menekan biaya operasional. Melalui teknologi big data analiyst dan cloud, semua data kompleks tersebut dapat dianalisa dan dikelola lebih terstruktur dan dapat diakses secara real time dari berbagai platform karena datanya telah disimpan melalui teknologi Cloud sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat.

Manfaatnya juga dapat dirasakan pada proses eksplorasi di sektor hulu, melalui analisa hasil data proyek sebelumnya big data dapat memprediksi performa proyek yang akan datang dengan tingkat pemulihan dan produksi minyak yang sudah dioptimalkan dan mempermudah mendapatkan cadangan migas baru.

Sementara di sektor hilir, kehadiran big data dapat digunakan sebagai sistem monitoring kilang untuk mengoptimalkan jadwal pemeliharaan kilang yang bertujuan demi keselamatan kerja di lapangan. Selain itu, big data juga dapat diterapkan untuk mengawasi  secara real time sistem distribusi dan transaksi penjualan di hilir sehingga tidak ada dana yang bocor dan aspek transparansi dapat tercapai.

Investasi besar
Namun, proses transformasi digital di sektor migas tidak semudah yang kita bayangkan. Proses pengadaan teknologi tersebut pastinya membutuhkan modal investasi yang besar. Saat ini Pemerintah Aceh masih kukuh menerapkan skema perhitungan cost recovery bagi investor migas sehingga biaya operasi menjadi tanggungan pemerintah dan proses perizinannya lebih rumit sehingga kurang menggairahkan investor.

Di sisi lain, skema fiskal baru gross split yang dicadangkan kementerian ESDM mungkin bisa dicoba diterapkan Pemerintah Aceh karena dianggap menjadi katalis peningkatan investasi di sektor migas karena proses perizinan biokrasi cepat dan lebih mudah serta dapat lebih efisien karena biaya operasi menjadi tanggungan investor sendiri.

Dengan kehadiran investor juga diharapkan dapat memaksimalkan jumlah produksi migas serta memudahkan proses transfer teknologi melalui berbagai macam pelatihan kepada masyarakat Aceh akan pengolahan migas di masa mendatang, Perkembangan teknologi yang semakin cepat harus juga diimbangi dengan penguatan keterampilan sumber daya manusia ( SDM) pada sektor migas di Aceh.

Jika tidak maka potensi sektor migas akan rentan dieksploitasi oleh pihak-pihak asing karena kita kalah akan penguasaan teknologi. Oleh karena itu, kita harus mampu mewujudkan sumber daya manusia yang berkompeten karena semestinya tanggung jawab pengolahan migas harus menjadi kewajiban kita bersama untuk menunjang kemandirian, kekuatam dan kesejahteraan perekonomian di Aceh[]

***

Farid Fahlevi, mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Angkatan 2020. Artikel ini merupakan juara pertama Lomba Menulis Artikel “Semangat Perubahan Aceh Baru” 2021 yang digelar Universitas Malikussaleh, SKK Migas, dan Premier Oil Andaman Ltd A Harbour Energy Company.

 


Kirim Komentar