Nostalgia “Layar Tancap” Abang Expo 2022

SHARE:  

Humas Unimal
Suasana menonton "layar tancap" pada kegiatan Abang Expo Komunikasi 2022. Foto : Muchlis Gur Dhum

Muchlis Gur Dhum

Ajang Abang Expo 2022  merupakan salah satu  sarana presentasi kemampuan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh dalam menyalurkan potensi yang dimiliki sesuai dengan keilmuan yang diperolehnya.

Kegiatan yang digelar di Museum Lhokseumawe selama tiga hari, sejak 24 hingga 26 Januari tersebut begitu menarik perhatian dan atusiasme mahasiswa dan juga masyarakat. Karena selain menampilkan hasil jepretan mahasiswa komunikasi dengan berbagai objek menarik, juga melakukan pemutaran film yang juga merupakan hasil karya mahasiswa Ilmu Komunikasi Unimal.

Menariknya, khusus pemutaran film hasil karya mahasiswa itu dilakukan pada malam hari di lapangan terbuka tepatnya di depan Museum Lhokseumawe. Pemutaran film pendek tersebut juga dilakukan dengan menggunakan  proyektor portable yang ditembakkan ke arah layar putih. Penonton yang duduk di depan layar pun dapat menikmatinya dengan jelas. Suara juga disambungkan dengan pengeras suara yang memadai dan dapat menikmati berbagai adegan dengan terang.

Seperti terlihat, para mahasiswa dan juga masyarakat yang melihat pemutaran film seperti layar tancap ini, duduk dengan rapinya di atas rumput dengan alas tikar seadanya. Sesekali sambil berbicara dengan sesamanya, tangan mereka menunjuk ke arah layar. Terlihat mereka sangat menikmatinya.

Suasana dan nuansa ala layar tancap begitu membekas bagi generasi remaja pada era tahun 80-90an seolah bangkit kembali. Kenangan tentang pemutaran film di desa-desa tempo doeloe kembali menghangat melalui kegiatan yang dilaksanakan di di lapangan terbuka. Hiburan murah meriah ini pun menjadi kesan mendalam bagi para pengunjung.

Seperti yang diungkapkan oleh Kamaruddin M. Si, salah seorang dosen Ilmu Komunikasi yang juga ikut menikmati pemutaran film melalui layar lebar ditengah lapangan tersebut mengatakan, bahwa suasana ini persis pengalaman masa kecilnya.

“Suasana seperti ini mengingatkan kita pada masa-masa dulu. Pada tahun 70an hingga 90an, pemutaran film di layar tancap selalu ditunggu oleh anak-anak, terutama di rumah yang tidak memiliki televisi,” ungkap pria dengan sering dipanggil “Prof Kuya” ini.

Tambahnya lagi, menonton layar tancap saat ini sudah menjadi hal yang langka di tengah serbuan video digital dan bioskop-bioskop modern perlahan-lahan mulai menggeser keberadaannya.

“Namun dengan adanya pemutaran film hasil karya mahasiswa dengan layar tancap seperti ini, seperti reinkarnasi kembali gairah dan suasana hiburan masa lalu dalam menikmati film,” ungkapnya sembari menyereput kopi.

Sementara itu, Salsabila salah seorang mahasiswa yang ikut menonton film mengatakan, dirinya merasa senang dengan suasana lapangan terbuka. Hal itu tersebut memberikan suasana interaktif dan sosialisasi dengan sesama rekan sejawat.

“ Senang bisa menonton dengan suasana seperti ini. Benar-benar berbeda dengan pengalaman menonton melalui handphone,” ucap mahasiswi semester 3 Ilmu Komunikasi ini.

Seiring waktu berlalu, malam pun semakin temaram. Beberapa film pendek dengan berbagai judul dan cerita memberikan percakapan ringan di antara sesama penonton. Akhirnya panitia membunyikan microphone dan mengumumkan bahwa acara telah selesai. Tak terasa, waktu 2,5 jam terasa begitu cepat berlalu.


Berita Lainnya

Kirim Komentar