UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) kembali melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan untuk tahun 2019. Kegiatan yang dilaksanakan seama 30 hari efektif ini memilih tempat di Kepulauan Ternate dan Tidore Provinsi Maluku Utara.
Tahun 2019 ini Kemristekdikti mempercayakan Universitas Khairun Ternate bertindak menjadi tuan rumah untuk KKN kebangsaan. Pelaksanaan KKN Kebangsaan ini sudah berlangsung mulai tanggal 18 Juli 2019 dan akan berakhir pada 22 Agustus 2019.
Universitas Malikussaleh (Unimal) juga turut megirimkan peserta dalam KKN Kebangsaan tahun 2019. Sebanyak 5 orang kita kirimkan untuk mengikuti kegiatan KKN Kebangsaan di Ternate dan Tidore ujar Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unimal Dr. Azhari
Mahasiswa Unimal yang menjadi delegasi Unimal dalam KKN Kebangsaan adalah Wahyu Saputra (FEB), Uswatul Hasanah (FP), Andrey Revaldi (FT), Siti Nurul Akla Nuring (FISIP), Evi Listiani (FKIP). Adapun yang menjadi fokus dalam KKN Kebangsaan tahun ini adalah Ekowisata Kepulauan, Konservasi Rempah dan Mitigasi Bencana terang Azhari.
Salah satu Mahasiswa Unimal yang menjadi peserta KKN Kebangsaan Wahyu Saputra dalam keterangan nya kepada unimalnews menyampaikan bahwa Mahasiswa Unimal yang ditempatkan di Ternate sebanyak 2 orang dan 3 orang lainnya ditempatkan di Kepulauan Tidore. Wahyu dan Uswatul berada di Ternate sedangkan Andrey, Akla dan Evi di Kepulauan Tidore teranh Wahyu.
Wahyu dan uswatul yang ditempatkan di Kelurahan Tubo Kecamatan Ternate Utara Kota Ternate ini bersama dengan peserta lainnya sudah melaksanakan survey ke beberapa tempat, salah satunya adalah tempat peristirahatan Sultan Ternate yang sudah terbengkalai selama puluhan tahun akibat terjangan lahar dingin dari erupsi Gunung Berapi Gamalama. Wahyu menyampaikan para peserta KKN di Kelurahan ini diharapkan bisa menjadi duta KKN yang mampu memberikan dampak positif dari pelaksanaan KKN Kebangsaan.
Wahyu menyampaikan bahwa menurut keterangan lurah dan masyarakat setempat kelurahan Tubo ini dapat dijadikan sebagai ekowisata dengan potensi batik Tubo, seni dan budaya dan beberapa objek alam seperti batu Angus. Selain bisa dikembangkan berbagai produk yang dihasilkan dari rempah berupa pala dan cengkeh. [ryn/bas]