UNIMALNEWS | Jungka Gajah – Mahasiswa KKN Kelompok 33 Universitas Malikussaleh di Desa Meunasah Masjid Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, memanfaatkan limbah plastik untuk membuat celengan sekaligus mendorong anak-anak untuk gemar menabung.
Sedangkan Kelompok 97 di Desa Pulo Iboh Kecamatan Kuta Makmur, juga membangun budaya menabung di kalangan anak-anak dengan memanfaatkan kardus bekas.
Humas Kelompok 33, Dwi Agita Syahyanti, mengungkapkan setidaknya ada tujuan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang program membuat celengan dari limbah plastik. Pertama, memanfaatkan limbah plastik yang ada karena Indonesia termasuk negara penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia.
Kedua, mengajak anak-anak memanfaatkan limbah plastik tersebut menjadi tabungan yang bisa dipasarkan di kota kecamatan bahkan daerah lain di Aceh Utara. “Terakhir, kami ingin membangun budaya menabung di kalangan anak-anak,” ungkap Agita, beberapa waktu lalu.
Kegiatan pelatihan dimulai dengan mengajak anak-anak mengumpulkan botol bekas di lingkungan mereka. Kemudian anak-anak membersihkan botol, mewarnai, dan memberikan ornamen unik yang juga terbuat dari botol dan barang bekas.
Ide ini dicetuskan Dedy Arfiansyah dan Khairina, anggota kelompok 33 dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mereka mengajak anak-anak desa memanfaatkan plastik bekas dan menyulapnya menjadi celengan unik.
“Selain untuk mengurangi limbah plastik, untuk jangka panjang ini juga membudayakan kebiasaan menabung sejak dini,” ujar Dedy.
Dengan tujuan sama, Kelompok KKN 97 di Pulo Iboh memanfaatkan kardus bekas untuk membuat celengan berbentuk unik. Pekerjaan membuat celengan kardus tersebut dilakukan di bawah meunasah. Mereka terlihat membentuk kardus menjadi celengan bulat dan membungkusnya dengan kertas kado yang unik dan memikat.
“Kami mengajak anak-anak ikut terlibat dalam pembuatan tabungan dari kardus bekas. Tabungan ini kami bagikan untuk anak-anak agar mereka membiasakan diri menabung uang,” ujar Yola Tasya Marini, Humas KKN Kelompok 97.
Anggota Kelompok 97, Miftahul Jannah, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengatakan tingkat konsumtif anak-anak sangat tinggi karena mereka terbiasa jajan di sekolah dan sepulang sekolah. “Kami membagikan tabungan ini kepada anak-anak untuk membiasakan mereka menyisihkan uang jajan untuk ditabung,” katanya.[ayi]