Dosen Antropologi Unimal Jadi Pemateri di Universitas Lambung Mangkurat

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen Antropologi Unimal Jadi Pemateri di Universitas Lambung Mangkurat. Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Kalimantan Selatan - Dosen Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh, Dr Abdullah Akhyar Nasution menjadi pemateri dalam kuliah tamu di Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Acara tersebut berlangsung di Aula Supardi 1 Lantai 2, Faperta ULM, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (20/9/2024). 

Kuliah tamu tersebut bertemakan “Memahami Peternakan Dari Sudut Budaya dengan Etnozoologi: Kasus Pada Kerbau Gayo di Gayo Lues” dan dimoderatori oleh Prof M Rizal, dosen senior di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian ULM. 

Kegiatan kuliah tamu dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian, Dr Ika Sumantri. Dalam sambutannya, Ika Sumantri menekankan bahwa pengembangan peternakan tidak bisa berjalan sendiri. 

"Kita harus menyadari bahwa peternakan sebenarnya harus bersentuhan juga dengan ilmu-ilmu lain di luar ilmu peternakan itu sendiri, agar perbaikan peternakan ke depan dapat terus berlanjut," ungkapnya.

Melalui rilis yang diterima Unimalnews, Jumat (20/9/2024), Abdullah Akhyar menjelaskan bahwa kuliah tamu ini bersamaan dengan kunjungannya ke Kalimantan Selatan dalam agenda Kolaborasi Penelitian Strategis (KATALIS) tahun 2024 dengan tema Kerbau Untuk Indonesia yang diperolehnya bersama tim yang melibatkan 3 PTN, yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Gajah Madha dan Universitas Lambung Mangkurat.

"Di hadapan ratusan mahasiswa pertanian yang didominasi mahasiswa dari Program Studi Peternakan, saya menyampaikan arti penting etnosains terutama etnozoologi dalam mendukung peternakan termasuk peternakan kerbau," terang Akhyar.

Akhyar juga mengisahkan bagaiaman dilema yang terjadi pada sistem peternakan kerbau Gayo di Kabupaten Gayo Lues. 

"Secara kultural kerbau setidaknya memiliki empat nilai bagi orang gayo, yaitu sebagai hewan ternak (sumber daging), sebagai hewan budaya, sebagai hewan sosial dan sebagai hewan dengan nilai ekonomi," sebutnya. 

"Dengan nilai yang demikian erat tersebut saja, dipaparkan bahwa nasib kerbau gayo terancam. Untuk itu diperlukan upaya menggali nilai dan pengetahuan masyarakat gayo tentang peternakan  kerbau guna menemukan titik masuk untuk melakukan intervensi," tambahnya.

Lanjut Akhyar, lingkup etnozoologi sendiri mencakup beberapa hal termasuk pengetahuan tentang nilai apa saja dari ternak, pole perlakukan terhadap ternak, etnotaksonomi ternak kerbau berdasarkan tanduk, warna kulit dan usia ternak. 

"Dengan menggali hal-hal tersebut, bisa dipastikan jenis ternak bagaimana yang dianggap masyarakat sebagai ternak dengan kriteria terbaik atau ideal. Dengan diketahui kondisi tersbut, maka strategi pengembangan ternak kerbau akan bisa diarahkan pada  upaya mengembangbiakkan jenis kerbau yang memenuhi kriteria yang diinginkan tersebut," terangnya.

Kata Akhyar, hal ini juga termasuk memanfaatkan sistem jejaring dan prinsip yang ada pada peternakan tradisional untuk mengembangkan usaha peternakan rakyat secara lebih teknis.  

"Dengan menggali pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, maka akan bisa diketahui titik-titik intervensi yang mungkin bisa dijadikan celah untuk menginsert pendekatan peternakan secara lebih baik," ujar Akhyar. 

Di akhir pertemuan, Akhyar mengimbau mahasiswa peternakan untuk memahami dinamika dalam industri peternakan. Ia berpendapat bahwa hanya dengan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan, generasi muda dapat berinovasi dalam mengembangkan peternakan kerbau secara kreatif.

"Peningkatan permintaan daging kerbau yang terus terjadi dari waktu ke waktu, ditambah dengan melimpahnya populasi kerbau lokal, merupakan peluang yang menjanjikan bagi peternakan kerbau sebagai prospek bisnis di masa depan," pungkasnya.

Di saat memasuki sesi diskusi terlihat mahasiswa antusias menanyakan beberapa hal terutama terkait cara operasional pemahaman budaya jika dipakai dalam peternakan. [fzl]


Berita Lainnya

Kirim Komentar