Fakultas Hukum Unimal Gelar MICoLLS 2024 Bahas Tentang Isu Kemanusiaan dan Solusi Perdamaian

SHARE:  

Humas Unimal
Fakultas Hukum Gelar ICoLLS 2024 dengan topik Solusi Inovatif untuk Perdamaian Berkelanjutan: Menangani Konflik dan Isu Kemanusiaan dalam Dunia yang Berubah. Foto Bustami Ibrahim

UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh menggelar The Fourth Malikussaleh International Conference on Law, Legal Studies & Social Sciences (MICoLLS) 2024 dengan mengusung tema “Innovative Solutions for Sustainable Peace: Addressing Conflict and Humanitarian Issues in a Changing World” yang berlangsung di Aula fakultas setempat, Kampus Bukit Indah Lhokseumawe, Kamis (10/10/2024).

Pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Hyun Young Chae dari Senior Protection Officer di UNHCR Indonesia dengan topik yang akan dibahas terkait Pengelolaan Pengungsi di Aceh di Masa Depan: Peluang dan Tantangan. Kemudian Professor Melissa Crouch dari University of New South Wales, Australia yang membahas tentang Konstitusionalisme di Era Otoritarianisme di Asia.

Selanjutnya, Charles Dorman'O Gowan dari ICRC Bangkok, dengan topiknya  100 Langkah Menuju Perdamaian: Agama, HHI dan Pembangunan Perdamaian. Yang terakhir pembicara dari Universitas Bielefeld Jerman yaitu Profesor Antje Missbach juga akan mengupas tentang Konflik, Pengungsi dan Hak Penyelamatan di Laut.

Ketua Panitia sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr Malahayati LL.M menyampaikan, kegiatan ini akan diisi oleh empat pembicara utama yaitu ada dari perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia, ada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dari Bangkok, dari University of New South Wales – Australia, dan  dari Universitas Bielefeld – Jerman. 

MICoLLS ini  akan berlangsung dua hari (10-11/10/2024). Para pemateri akan berbagi wawasan tentang tantangan kritis dan peluang yang kita hadapi saat ini. Mereka juga akan memberikan pemahaman bagi kita tentang resolusi konflik, isu-isu kemanusiaan, dan perdamaian berkelanjutan,” kata Mala.

Lanjutnya, pada MICoLLS 2024 topik yang akan dibahas adalah Strategi dan Inovasi Pencegahan Konflik, Kemajuan Teknologi dalam Respon Kemanusiaan, Inisiatif Pendidikan dan Pembangunan Perdamaian, Kolaborasi Lintas Sektor untuk Resolusi Konflik, Keadilan, Rekonsiliasi, dan Pembangunan Pasca-Konflik, Perspektif Gender dalam Studi Perdamaian dan Konflik, Manajemen Krisis Kemanusiaan dan Respon Cepat, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Resolusi Konflik, serta Transformasi Global mengenai Pengungsi.

“MICoLLS ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting terhadap upaya global dalam menangani konflik dan krisis kemanusiaan, serta menginspirasi kolaborasi baru di antara berbagai pihak. Dengan melibatkan para akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor, MICoLLS 2024 menjadi platform untuk pertukaran gagasan dan pengetahuan yang dapat menciptakan solusi yang inovatif dan berkelanjutan,” ungkap Mala.


Dekan Fakultas Hukum, Dr Faisal menyampaikan, di tengah dinamika global yang terus berkembang, konflik dan isu kemanusiaan tetap menjadi tantangan besar bagi komunitas internasional. Tidak hanya melibatkan negara, tetapi juga kelompok etnis dan komunitas lokal, menjadikan perspektif hukum sangat penting untuk menemukan solusi yang adil dan manusiawi. Dalam seminar ini, hukum Islam dan hukum adat sebagai dua sistem yang telah lama ada, dikaji lebih mendalam untuk memperkaya pemahaman tentang manajemen konflik.

“Seminar ini juga menyoroti bagaimana hukum Islam dan hukum adat dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti situasi konflik bersenjata atau krisis pengungsi. Para peserta akan mengeksplorasi peran lembaga internasional dan lokal dalam mendukung penerapan sistem hukum tersebut, dengan harapan menciptakan paradigma baru dalam resolusi konflik yang lebih inklusif, adil, dan berlandaskan kemanusiaan,” jelas Faisal.

Sementara, Wakil Rektor Bidang Akademik Unimal, Dr Azhari saat membuka acara tersebut mengatakan bahwa MICoLLS yang dilaksanakan oleh Fakultas Hukum' ini akan memberikan dampak Indikator Kinerja Utama (IKU), terutama pada even konferensi internasional. "Para pembicara yang diundang, termasuk dari Jerman dan Australia telah dikenal sebagai pengkaji masalah-masalah Indonesia, sehingga wacana yang dihasilkan bisa dialektis dengan para akademia dari Indonesia," tutupnya.[]


Berita Lainnya

Kirim Komentar