Gali Potensi Gampong Blang Patra, Mahasiswa KKN 68 Belajar Anyam Tikar dari Limbah

SHARE:  

Humas Unimal
Gali Potensi Gampong Blang Patra, Mahasiswa KKN 68 Belajar Anyam Tikar dari Limbah. Foto: Ist.

UNIMALNEWS | Lhoksukon - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Malikussaleh kelompok 68 yang sedang mengabdi di Gampong Blang Patra, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara, pada Kamis (16/1/2025), berkesempatan mengunjungi kediaman nenek Barinsyah, sosok pengrajin anyaman tikar dari limbah plastic bungkus kopi sasetan.

T Fachrul Zuhri, selaku ketua kelompok menyampaikan bahwa kunjungan mereka itu adalah untuk menggali potensi gampong, salah satunya UMKM yang dimiliki oleh nenek Barinsyah.
 
"Kunjungan ini bertujuan untuk menggali potensi gampong dan menjalin silaturahmi sekaligus belajar dan bertukar pengetahuan dengan masyarakat," ungkapnya melalui rilis yang diterima Unimalnews, Jumat (17/1/2025).

Ia juga menjelaskan bahwa nenek Barinsyah saat ini berusia 57 tahun, telah menggeluti kerajinan anyaman tikar dari limbah sejak 2022. 

"Selama kunjungan, Nenek Barinsyah dengan sabar mengajari mahasiswa cara membuat anyaman tikar dari limbah kopi sachet," terangnya.

Hasil kerajinan ini, kata Fachrul, tidak hanya berguna untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga simbol kreativitas dan keberlanjutan. 

"Nenek Barinsyah telah mampu mengajarkan warga setempat, yang beberapa di antaranya berhasil menjual tikar tersebut ke pasaran," ucapnya.

"Kami sangat terkesan dengan semangat dan kreativitas Nenek Barinsyah dalam mengolah limbah menjadi produk bernilai," tambahnya.

Sementara itu, kerajinan tangan yang dilakukan oleh nenek Barisyah terinspirasi dari produk tikar yang pernah dilihatnya yang terbuat dari bungkus kopi sasetan.

"Awalnya saya sedang menginap di rumah kakak di Lhokseumawe. Ketika tidak bisa tidur, saya melihat tikar yang terbuat dari bungkus kopi sasetan dan berpikir untuk membuatnya di rumah untuk mengisi waktu luang," ujarnya.

"Saya memutuskan untuk mencobanya sebagai kegiatan pengisi waktu setelah bekerja di sawah. Saat ini saya sering mencari bungkus kopi sachet bekas dari warung kopi sekitar, membersihkannya, lalu menganyamnya menjadi tikar," terangnya. 

Namun, meskipun ada tawaran untuk memperluas produksi, nenek Barinsyah enggan menjadikan hobinya sebagai usaha komersial. 

"Prosesnya lama, satu tikar bisa memakan waktu 3-5 bulan. Untuk kegiatan mengayam, saya hanya ingin mengisi waktu luang setelah pulang dari sawah," tutupnya. [fzl]


Berita Lainnya

Kirim Komentar