Memperkuat Tradisi Kreatif Mahasiswa Ilmu Komunikasi

SHARE:  

Humas Unimal
Sejumlah mahasiswa menampilkan tarian Aceh dalam penutupan Pekan Ilmiah Kreativitas Mahasiswa ke-V di Gedung ACC< Lhokseumawe, Minggu (6/10/2019) malam. Foto: Ahmad Albastin.

 

Pekan Ilmiah Kreativitas Mahasiswa (PIKM) menjadi ajang bagi mahasiswa program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh untuk menguji keterampilan dalam berbagai bidang. Berbagai lomba digelar selama tujuh hari atau lebih dan selalu ditutup dengan Malam Puncak atau pada masa lalu disebut Malam Komunikasi.

Dalam beberapa helatan sebelumnya, beberapa bidang lomba bukan hanya untuk mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Unimal semata, tetapi terbuka untuk semua mahasiwa dari berbagai perguruan tinggi di Aceh, baik negeri maupun swasta. Keterlibatan mahasiswa dari seluruh Aceh—semisal dalam lomba menulis artikel dan fiksi—meningkatkan gengsi perlombaan. Selain itu, momen itu menjadi ajang silaturahim karya para mahasiswa di seluruh Aceh.

Sayangnya, lomba terbuka bagi seluruh mahasiswa Aceh, dalam beberapa even terakhir hanya lomba karya tulis yang berlaku bagi mahasiswa seluruh Aceh. Selebihnya perlombaan yang semakin eksklusif. Jangkauan lomba semakin sempit karena hanya terbuka bagi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

Akibatnya, jumlah peserta semakin berkurang, mengikuti kualitas lomba karena tingkat persaingan yang kian rendah. Gaung perlombaan pun kian terbatas karena hanya bergema di sekelas prodi. Alih-alih bergema sampai ke tingkat nasional, keluar dari program studi pun tidak.  

Namun, perubahan itu bisa dimaklumi jika mahasiswa berhadapan dengan masalah klasik, yakni minimnya anggaran. Karena sudah menjadi kendala klasik, harusnya mahasiswa bisa mempersiapkan sejak awal. Sumber anggaran jangan hanya mengandalkan dari kampus semata yang memang sangat terbatas. Mahasiswa yang menjadi panitia, dengan dukungan prodi dan fakultas, bisa melebarkan sayap untuk mencari anggaran di luar.

Skema penganggaran seperti itu sudah pernah dilakukan sebelumnya. Namanya juga even kreatif, mahasiswa juga harus kreatif menggelar acara ilmiah dengan dana terbatas tetapi memberi dampak luas bagi universitas dalam skala lokal dan nasional.

Dalam PIKM Ke-V yang sudah berlangsung, aneka lomba digelar seperti pidato dalam bahasa Inggris, stand up komedi, tari, film, akustik, bahkan lomba tradisional seperti lomba bakiak dan tarik tambang.

“Lomba olahraga tradisional digelar untuk mengingatkan kembali permainan tradisional yang ada, selain menjalin keakraban di antara mahasiswa,” ujar Ketua Panitia Lomba, Ade Pradana.

***

***

MALAM puncak aneka lomba yang berlangsung selama sepekan tersebut berlangsung di Gedung ACC Uteunkot, Lhokseumawe, Minggu (6/10/2019) malam. Berbagai kegiatan yang mengusung tema “Civilization of Human Communication" berakhir dalam acara penutupan yang dibungkus dengan serangkaian panggung seni serta pengumuman pemenang.

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Kamaruddin Hasan, memberikan apresiasi kepada panitia dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunukasi (Himako) yang sudah bekerja keras menggelar ajang tahunan di Prodi Ilmu Komuniasi.

“Dengan segala keterbatasan yang ada, kegiatan PIKM Ke-V berlangsung sukses. Pekan kreativitas ini harus terus ada untuk mendukung energi kreatif para mahasiswa,” katanya di hadapan pada hadirin yang terdiri dari segenap civitas academica Universitas Malikussaleh.

Ketua Himako Universitas Malikussaleh, Muchsalmina, mengatakan PIKM sudah masuk kalender rutin yang akan digelar setiap tahun. Ia mengharapkan kegiatan tersebut terus mendapatkan dukungan dari rektorat agar bisa digelar dalam skala yang lebih besar.

“Pesertanya bukan saja dari Unimal, tapi seluruh Aceh,” katanya di hadapan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dr Baidawi yang menutup kegiatan tersebut, sebagaimana dilaporkan Ketua Divisi Jurnalistik Himako, Desni Eka Zulfitri.

Nah, acara penutupan pun harusnya digelar lebih kreatif dengan disiplin waktu yang ketat serta mengurangi seremoinal. Dalam beberapa even terdahulu, setidaknya ada lima sambutan yang menyita waktu. Ketua panitia, ketua Himako, ketua prodi, Dekan FISIP, dan terakhir yang mewakili rektor, memberikan sambutan sehingga terlihat seperti lomba pidato.

Syukurlah, panitia kali ini lebih disiplin waktu dan mengurangi sambutan seremonial menjadi tiga saja sehingga acara tak harus berakhir tengah malam. Kedisiplinan juga bagian dari kreativitas.[Ayi Jufridar]

 


Kirim Komentar