Tapak Tilas Merdeka Menuju Rumah Cut Meutia

SHARE:  

Humas Unimal
Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra Asean Eng bersama sejumlah civitas academica melakukan tapak tilas sejauh 15,5 kilometer menuju rumah Cut Meutia di Desa Masjid Pirak Kecamatan Matangkuli, ketika memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-75,Aceh Utara, 17 Agustus 2020. Foto: Bustami Ibrahim.

Setiap langkah memiliki makna ketika sebelum langkah pertama terayun sudah menetapkan tujuan. Panas matahari menjadi pembakar semangat, meski ketika sinarnya semakin garang seiring berjalannya waktu, ia semakin menguras energi dan stamina. Pada saat itulah, sahabat seperjalanan yang membakar semangat untuk terus menapak.

Suasana seperti itulah yang terasa ketika segenap civitas academica Universitas Malikussaleh melakukan tapak tilas sekitar 15,5 kilo meter dari Simpang Ceubrek menuju rumah pahlawan nasional, Cut Meutia, pada peringatan 17 Agustus 2020 lalu. Sejak pukul 06:30 WIB, para peserta berkumpul di Kampus Pascasarjana Lancang Garam, Lhokseumawe. Tidak hanya para peserta tapak tilas, tetapi juga anggota Unimal Touring Club (UTC) yang akan mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di museum sekaligus rumah Cut Meutia di Desa Masjid Pirak Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.

Para peserta diangkut dengan bus dari Lhokseumawe menuju Simpang Ceubrek. Sampai di sana, mereka mendapatkan pembekalan dari Ketua Panitia, Teuku Kemal Fasya, dan prajurit TNI dari Kodim 0103 Aceh Utara yang ikut mendampingi peserta. “Setiap 5 kilometer, peserta istirahat untuk minum. Tepat pukul 10:00, kita berhenti sejenak untuk mengheningkan cipta selama lima menit,” ujar Teuku Kemal Fasya yang disambut peserta dengan semangat. Mengheningkan cipta itu dilakukan tepat pada saat detik-detik proklamasi, diwarnai bunyi sirine.

Matahari masih bersinar dengan lembut. Peserta disarankan segera memulai langkah pertama agar sebelum matahari berubah garang, sudah tiba atau mendekati lokasi. Rombongan dibagi dua pleton, lelaki di depan dan perempuan di belakang. Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra Asean Eng, juga berada dalam rombongan, bahkan berjalan paling depan bersama para prajurit yang berusia sekitar 20-an tahun.

Keberadaan Rektor menambah semangat para peserta. Menurut Teuku Kemal Fasya, peserta tapak tilas HUT Kemerdekaaan RI ke-75 hanya dibatasi 45 orang dan berusia maksimal 45 tahun. Namun, ada juga beberapa dosen yang berusia di atas 45 tahun tetapi masih kuat mengayun langkah di tengah teriknya matahari.

Selain Rektor, apresiasi patut diberikan kepada Dr Azhari, Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama. Meski sudah berusia 54 (bukan 45), ia masih tetap kuat melangkah, tak kalah dengan anak muda. “Kalah kita yang muda,” kata Riyandhi Praza, dosen Fakultas Pertanian yang harus lempar handuk sekitar 5 kilometer menjelang finis. Cuaca panas memaksa Riyan naik motor anggota UTC karena kakinya kram.

Sebelum menghadapi medan sulit, para peserta sudah berlatih selama dua hari di Kampus Bukit indah yang asri dan teduh. Selama dua hari, mereka bukan hanya berjalan, tetapi berlari kecil melintasi beberapa ruas jalan di Kampus Bukit Indah, termasuk jalan yang memiliki tingkat elevasi tinggi.

“Latihan dua hari harus cukup untuk membuat otot tidak terkejut ketika menghadapi medan yang sesungguhnya. Cukup membantu, terutama bagi yang jarang olahraga,” ujar Dwi Fitri sambil tertawa. Bagi dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang sering olahraga, berjalan kaki sejauh 15 kilometer bukan hal yang berat.

Tapi tidak bagi yang tak pernah berjalan kaki sejauh itu di bawah sinar matahari meranggas, apalagi menjelang rumah Cut Meutia. Namun, dengan semangat ‘45, akhirnya sampai juga di lokasi. Hamparan persawahan hijau di sekitar dan embusan angin yang membelai permukaan kulit yang banjir keringat, seolah lenyap ditelan lelah yang mendera. Hanya beberapa peserta yang bisa melangkah dengan senyum sampai akhir.

Suara meriam bersahutan ketika rombongan pertama tiba di areal persawahan. Suara meriam itu bukan berasal dari musuh, tetapi dari meriam mainan anak-anak setempat. Suasananya menjadi sangat Agustusan. Anak-anak itu seolah tahu akan kedatangan tamu yang melakukan tapak tilas sejauh 15 Km lebih.

Anggota UTC lebih dulu tiba di lokasi. Ketua UTC, Dr Dahlan Abdullah, dan seluruh anggota UTC sudah memarkirkan motor dengan rapi di depan kompleks rumah Cut Meutia. Ketika Dr Azhari yang ditemani Teuku Muzaffarsyah dan seorang anggota resimen mahasiswa muncul, seluruh peserta memberikan tepuk tangan, memberikan apresiasi semangat Azhari yang tetap menyala sampai finis. Bahkan, Rektor Unimal dan Teuku Kemal Fasya langsung menabek Azhari begitu sampai di depan gerbang rumah Cut Meutia. 

Azhari mengungkapkan, semangatlah yang membuat fisik menjadi kuat. Ia berharap, kegiatan seperti ini bisa digelar dalam momen yang berbeda dengan keterlibatan peserta muda yang lebih banyak. “Kami yang tua ini hanya meramaikan saja, membagi semangat dengan yang muda-muda,” ungkap Azhari ketika beristirahat di tangga rumah Cut Meutia, masih ditemani Teuku Muzaffarsyah yang duduk di sisi kanannya. Entah karena setia atau hanya modus karena kelelahan,  Sekretaris Prodi Ilmu Politik itu terlihat mendampingi Azhari sejak kilometer pertama. 

Ketua Panitia, Teuku Kemal Fasya, kemudian memberikan penghargaan khusus untuk Azhari sebagai peserta tertua. Sedangkan untuk peserta termuda, penghargaan diberikan kepada Raihanah Az Zahra, putri Rektor Unimal yang masih berusia 13 tahun dan punya semangat baja melahap lintasan demi lintasan seperti pebalap MotoGP.

Selain tapak tilas, di rumah Cut Meutia juga digelar upacara pengibaran bendera dengan Rektor sebagai pembina upacara. Bukan hanya civitas academica Universitas Malikussaleh dan anggota Kodim 0103 Aceh Utara yang mengikuti upacara, tetapi juga masyarakat setempat.

Di lokasi juga digelar wirid bagi Cut Meutia dan semua pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Seluruh civitas academica Unimal berbaur dengan anggota TNI dan masyarakat memanjatkan doa bagi para arwah pahlawan.

Sesuai dengan tema “Heroisme Lingkungan Tanpa Batas, Bangsa Merdeka”,  kegiatan menjaga lingkungan juga dilakukan dengan menanam pohon di komplek rumah Cut Meutia. “Upaya melestarikan lingkungan juga bagian dari sikap patriotik,” ujar Teuku Kemal Fasya yang sering berang ketika melihat penebangan pohon masif dilakukan dengan alasan apa pun.

Kegiatan yang didukung Premier Oil Ltd dan Mubadala Petroleum itu ditutup dengan makan siang bersama dengan masyarakat setempat. Unimal juga menyerahkan bantuan kepada masyarakat kurang mampu di Desa Masjid Pirak. Semangat memperingati momen merdeka juga berarti memperkuat kebersamaan sesama elemen bangsa. [Ayi Jufridar]

Baca juga: Sudah Sampai Hari, Tapi Belum Berhenti: Webometrics 2020   


Kirim Komentar