SEJAK Maret 2020, lembaga pendidikan mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi, menghentikan kegiatan belajar tatap muka untuk menghindari penularan virus Covid-19 yang ketika itu belum ditemukan kasusnya di Aceh. Sebagai gantinya, kegiatan belajar-mengajar berlangsung secara daring atau online.
Namun, sistem belajar online tidak berjalan efektif. Orang tua di rumah banyak yang mengeluh karena harus menjalankan fungsi ganda sebagai orang tua sekaligus sebagai guru. Belum lagi masih ada orang tua yang tidak mampu mengoperasikan gadget dengan lancar.
Bagi mahasiswa teknik dan sejumlah program studi lain yang mengharuskan mereka praktek dan berada dalam laboratorium, tentu tidak bisa dilakukan secara daring. “Ada beberapa MK (mata kuliah) yang tidak bisa dilaksanakan secara daring. Harusnya bisa dikombinasikan antara perkuliahan daring dengan tatap muka,” ujar Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas Malikussaleh, Lis Ayu Widari MT, merespon gelar wicara Ngobrol Santai atau Ngobras di RRI Pro 1 Lhokseumawe, Sabtu (29/8/2020).
Lis berharap ada solusi yang tepat agar mahasiswa bisa kuliah secara tatap muka dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Kombinasi antara kuliah daring dengan pertemuan tatap muka untuk praktek dipandang sebagai solusi tepat dalam situasi pandemi korona seperti sekarang.
Hal senada disampaikan Dr Zulnazri, Ketua Prodi Teknik Material Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh. Menurutnya, praktikum tidak bisa digantikan dengan kuliah daring karena berhubungan dengan alat dan bahan praktek. “Apalagi kalau di Teknik Kimia tentu ada banyak bahan kimia untuk direaksikan langsung dalam tabung maupun dengan cara ekstraksi, destilasi, dan lain-lain,” ujar Zulnazri.
Ia mengusulkan untuk penerimaan materi disampaikan secara daring dan dikuatkan dalam praktek di laboratorium dengan dibuat grup dan shift sehingga mahasiswa tidak hadir dalam jumlah banyak. “Paling banyak 10 orang dalam satu kali praktikum,” tambah Zulnazri.
Menurutnya, jadwal praktek mahasiswa di bengkel atau di laboratorium bisa dibagi agar jumlah mahasiswa terbatas sehingga lebih mudah menerapkan protokol kesehatan. Penerapan protokol kesehatan di bengkel dan laboratorium dinilai lebih mudah karena kondisi ruang sudah sangat mendukung. “Tanpa pandemi Covid-19 pun, di bengkel dan lab mahasiswa memakai jas tebal, lengan panjang, jaraknya terjaga, dan menggunakan sarung tangan,” tandas Zulnazri.
Kesulitan yang dialami orang tua, sangat dipahami Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kota Lhokseumawe. Ketua Dewan Pakar MPD Kota Lhokseumawe, H Muzakir Ibrahim MH, menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah skenario agar sekolah bisa dilaksanakan secara tatap muka dalam jumlah terbatas.
“Kami sudah menyampaikan presentasi bagaimana sekolah tatap muka bisa dilakukan dengan peran sekolah, orang tua, PGRI, Komite Sekolah, dan Dinas Pendidikan. Intinya, belajar tatap muka bisa dilakukan,” ujar Muzakir ketika menjadi narasumber di Ngobras bersama Direktur Politeknik Negeri Lhokseumawe, Rizal Syahyadi MT.
Muzakir merincikan, sekolah tatap muka tidak bisa bisa dilaksanakan secara normal. Jumlah pelajar yang hadir hanya 50 persen, dan jadwal belajar menjadi lebih pendek. Anak-anak disarankan membawa bekal dari rumah dan tidak ada masa jeda.
“Penerapan protokol kesehatan harus dilakukan secara ketat. Sekolah juga membentuk Satgas sendiri yang berkordinasi dengan Satgas Kota. Kalau ada pelajar yang sakit, misalnya flu atau penyakit ringan lainnya, dilarang masuk sekolah,” jelasnya.
Mengenai surat pernyataan dari orang tua murid, Muzakir tidak setuju dengan poin yang menyerahkan risiko sepenuhnya kepada orang tua. Menurutnya, risiko tidak boleh dikembalikan kepada orang tua. Semua risiko harus diperhitungkan dengan matang dan ada standar operasional yang bisa dilaksanakan.
`w
Rizal Syahyadi yang akrab disapa Didi, mengakuinya sebagian besar jurusan di Politeknik Negeri Lhokseumawe tidak bisa digelar secara online, kecuali mata kuliah tertentu di Jurusan Tata Niaga. “Jadi, kami menyesuaikan saja agar pendidikan tetap berjalan meski tidak secara maksimal,” ungkap Didi dalam gelar wicara yang dipandu Ayi Jufridar dari Universitas Malikussaleh.
Biasanya, perkuliahan di Politeknik Negeri Lhokseumawe tetap berjalan normal selama Ramadan. Namun karena Covid-19, Ramadan lalu perkuliahan libur satu bulan penuh. “Tapi setelah Idul Fitri, secara terbatas ada pertemuan tatap muka di kampus untuk penyelesaian tugas akhir atau berkoordinasi dengan dosen pembimbing,” ujar Didi yang tercatat sebagai direktur Politeknik termuda di Indonesia.
Mulai 7 September mendatang, Politeknik Negeri Lhokseumawe akan menggelar Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) secara tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara terbatas dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Kami sudah berkoordinasi dengan semua pihak agar bisa terlaksana dengan lancar,” ujar Didi lagi.
Di tengah keterbatasan tersebut, Politeknik Negeri Lhokseumawe masih mampu menorehkan prestasi di bidang Program Kreatif Mahasiswa (PKM) karena bertengger di urutan tiga nasional dengan 15 penelitian, di bawah Politeknik Negeri Surabaya dan Politeknik Negeri Semarang. “Ini sebagai bukti, Covid-19 meski membatasi gerak kita, tetapi bukan alasan untuk tidak berprestasi,” ujar Didi.
Disinggung dengan banyaknya mahasiswa dari daerah zona merah yang menjadi mahasiswa Politeknik, Didi mengatakan untuk tahun ini jumlahnya menurun. Bahkan, mahasiswa yang sudah dinyatakan lulus, sedang berusaha pindah ke Politeknik di kotanya karena kondisi pandemi.
Pandemi korona memang memukul segala lini, termasuk dunia pendidikan. Namun, selalu ada cara untuk menyiasati situasi agar pendidikan tetap berjalan, meski tertatih. [Ayi Jufridar]