Jurnalisme Warga juga Perlu Tegakkan Etika

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen Universitas Malikussaleh, Ayi Jufrdair, menjadi narasumber dalam perlatihan jurnalistik yang digelar Persatuan Pewarta Warga indonesia (PPWI) Kota Lhokseumawe yang berlangsung di Aulau SMK Negeri 3 Lhokseumawe, Selasa (12/1/2021). Foto: Dok.PPWI.

UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Jurnalisme warga atau citizen journalism yang berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan media sosial, juga perlu menegakkan etika dalam menyajikan informasi.  Berita-berita tendensius dan foto vulgar jangan sampai beredar di ruang publik karena bisa merugikan pihak lain dan tidak mendidik.

Selain masalah etika, pegiat jurnalisme warga juga perlu memerhatikan dampak hukum dari sebuah pemberitaan. Meskipun berupa jurnalisme warga, informasi yang disiarkan melalui berbagai platform tetap harus akurat, faktual, dan berimbang agar tidak bermasalah secara hukum.

“Kalau bisa menyajikan informasi yang mampu meningkatkan benefit kepada pembaca, itu lebih baik lagi,” kata dosen Universitas Malikussaleh, Ayi Jufridar, dalam pelatihan yang digelar Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Kota Lhokseumawe di Aula SMK Negeri 3 Lhokseumawe, Selasa (12/1/2021).

Menurut pengajar jurnalistik di Prodi Ilmu Komunikasi tersebut, jurnalisme warga yang menjalankan etika dan kualitas informasi yang setara dengan berita media profesional, akan mendapat tempat di hati konsumen dan bisa menjadi referensi alternatif.

“Dengan kemajuan teknologi, sekarang ini siapa pun bisa menjadi pemberi kabar. Orang tidak mau lagi hanya sekadar menjadi konsumen pasif, tetapi ingin mengambil peran lebih seperti mengoreksi berita media mainstream, mengomentari, atau membagi berita tersebut di media sosial,” papar Ayi.

Pada bagian lain, Ayi Jufridar menjelaskan kemajuan teknologi digital juga mendisrupsi kerja wartawan seperti dengan adanya sibernetik newsroom yang dipraktekkan di sejumlah media massa di negara maju. “Kemajuan teknologi digital tidak perlu ditakuti. Justru itu harus mempermudah kerja wartawan. Untuk itu, wartawan harus bisa menguasai teknologi,” kata penulis sejumlah buku fiksi tersebut.

Ketua PPWI Kota Lhokseumawe, Desriadi Hidayat, mengatakan pelatihan tersebut diikuti sekitar 20 peserta baik yang menjadi anggota PPWI maupun bukan. Menurutnya, pelatihan itu merupakan bagian dari kegiatan Sekolah Jurnalistik dan akan digelar setiap bulan dengan tema pelatihan berbeda. “Harapannya, peserta bisa menulis lebih berkualitas, profesional, dan memiliki wawasan luas tentang jurnalistik,” ujar wartawan media online tersebut.

Selain diskusi, peserta juga diwajibkan menulis berita dan dibedah dari sisi pemilihan angle, bahasa jurnalistik, nilai, dan kelengkapan unsur berita. Para peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan tersebut.

Salah satu peserta, Miftahul Rizky, mempertanyakan keberadaan bot dalam dunia jurnalistik yang bisa mengancam kesejahteraan wartawan. Dia juga bertanya tentang agenda liputan sehingga wartawan tidak bingung meliput setiap hari. “Soal investigasi saya juga bingung, bagaimana membuat liputan berita investigasi,” tanya Rizky.

Ayi mengingatkan wartawan harusnya memiliki agenda liputan yang jelas sehingga tidak hanya mengandalkan “berita yang jatuh dari langit”. Meski terkadang ada penugasan dari redaksi untuk meliput isu tertentu, kata Ayi, wartawan juga harus memiliki agenda liputan yang jelas sehingga tidak bingung mau menulis berita apa setiap hari.    

Pelatihan itu dibuka Ketua Umum PPWI Pusat, Wilson Lalengke secara daring. Wilson mengharapkan pelatihan itu bisa meningkatkan kualitas karya para peserta. “Kegiatan seperti ni diharapkan bisa diikuti PPWI di daerah lain,” katanya.

Sementara Sekjen PPWI Pusat, Fachrur Razi, yang juga memberi sambutan secara daring antara lain mengingatkan wartawan jangan sampai menjadi korban dari kemajuan teknologi digital, sebaliknya harus bisa mengambil peran melalui pengembangan jurnalisme warga. Ia menilai jurnalisme warga merupakan salah satu jawaban terhadap keseragaman berita yang disajikan media mainstream.

“Keberadaan jurnalisme warga merupakan bagian dari pengembangan demokrasi di Indonesia dalam melakukan kontrol sosial dan kontrol kekuasaan. Untuk itu, pelaku jurnalisme warga juga harus profesional dan berkualitas,” papar Fachrul Razi yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Aceh. [tmi]  


Kirim Komentar