Antologi Pemikiran Generasi Milenial ProPerubahan

SHARE:  

Humas Unimal
Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal, Teuku Kemal Fasya, sedang membagikan hadiah untuk kategori pemenang siswa SMA. Foto : Bustami Ibrahim

Lomba menulis artikel yang mengambil tema “Harapan Perubahan Aceh” sukses digelar oleh Universitas Malikussaleh beberapa waktu lalu. Kegiatan yang didukung Mubadala Petroleum, Premier Oil, dan SKK Migas tersebut berhasil mengilustrasikan beragam pikiran generasi milenial terhadap perubahan. Di sisi lain, bakat dan talenta yang luar biasa dalam menulis ditunjukkan oleh generasi muda Aceh, yang ternyata sangat pro terhadap perubahan. Ilustrasi berbentuk narasi yang mendeskripsikan tentang harapan perubahan digambarkan   begitu detail dalam tulisan. Ini semakin menguatkan pandangan bahwa sesungguhnya generasi muda kita juga tidak pernah diam memikirkan perbaikan masa depan Aceh. Konon lagi setelah Aceh kembali dinobatkan sebagai daerah termiskin di Sumatera.

Keterwakilan pikiran perubahan tergambar jelas dalam beberapa tulisan yang berhasil memenangkan kategori lomba. Salah satu tulisan dengan gaya bahasa spesifik mengulas kekhususan Aceh dengan dana otonomi khususnya, ditulis oleh Fitri Hardiyanti, mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Artikel yang berjudul “Dana Otsus untuk Kemandirian Listrik” memberi gambaran bahwa Aceh sebenarnya punya kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri secara mandiri dengan adanya kucuran dana yang begitu besar. Ulasan yang diuraikan dalam artikel inipun seharusnya bisa mengetuk kesadaran pemerintah daerah untuk menggali berbagai potensi yang ada di daerah. Salah satunya adalah potensi listrik yang berpeluang besar bisa direalisasikan dengan penggunaan dana otsus. Banyak cadangan sumber energi listrik yang belum tergarap di Aceh, misalnya hydro power dan geothermal. Cadangan dua sumber energi ini sangat besar. Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, potensi listrik hydro power sebanyak 2.862, 8 MW tersebar di beberapa daerah. Untuk geothermal Aceh memiliki cadangan sebesar 1.115 MW. Bila kedua energi tersebut digarap, maka kemandiran listrik akan tercapai di Aceh, (baca UnimalNews edisi 19 Februari 2021).

Ilustrasi pikiran Fitri Hardiyanti di atas jelas mensinergikan konteks berpikir generasi milenial yang universal atau mengedepankan pandangan global tentang totalitas perubahan, sehingga bisa bergerak cepat untuk mengejar ketertinggalan. Era digitalisasi telah mengubah pandangan dan memaksa manusia harus menanggalkan pola-pola berpikir lama, semisal dokrin berupa nasehat santun yang pernah familiar di generasi sebelumnya, yaitu “biar lambat asal selamat”.  Sekarang semua serba cepat dan instan. Berpikir cepat merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh semua kita. Era 4.0 atau era keemasan gawai pintar semua perubahan dalam hitungan detik. Tidak dapat dipungkiri muncul berbagai generasi baru dalam dinamika sosial masyarakat sekarang, seperti tulisan Cut Syifa Humaira, siswi SMAS Sukma Bangsa Lhokseumawe, yang menulis artikel tentang “Manuver Generasi Z Bangun Tanah lokal di Era Ekonomi Digital” (baca UnimalNews,15 Februari 2021).

Cara berpikir cerdas yang diutarakan Cut Syifa dalam artikelnya merupakan dinamika baru yang gencar dilakukan oleh generasi Z (sebutannya) atau generasi influencer yang dari lahir hingga dewasa, generasi ini telah terpapar internet, jaringan sosial, dan sistem seluler. Hidup di tengah maraknya perkembangan teknologi yang bersinergi dengan pesatnya perkembangan jaringan  internet.  Menurut Cut Syifa, dunia digital dalam kehidupan para generasi Z adalah sebuah poros untuk bertindak. Bagi generasi Z, dunia digital adalah teman dalam hidupnya. Dianalogikan layaknya oksigen, itulah yang saat ini terjadi pada generasi Z yang berteman baik dengan teknologi. Perkembangan dunia digital menjadi langkah awal untuk para generasi Z agar berinovasi dengan segala keahlian yang dimiliki untuk membuktikan bahwa dunia yang hadir di tengah-tengah insan cendikia ini dapat meraup nilai komersial yang tinggi. Era digital yang terus bereformasi membuat semua kalangan turut serta mengikuti euforia perkembangannya.

Antara menggali potensi dan bereuforia dengan perkembangan teknologi akan terbangun suatu konsep masyarakat multikultural yang akan melahirkan pembaharuan. Pembaharuan pro perubahan inilah cara berpikir generasi muda sekarang yang sangat luar biasa. Jika merujuk kepada pola pikir generasi milenial, maka perubahan harus dilakukan secara cepat dengan berbagai eksploitasi potensi yang ada. Bukan hanya sumber daya alam, sumber daya manusia pun harus mengisi dari setiap konsep atau wacana perubahan. [Dedi Fariadi]


Berita Lainnya

Kirim Komentar