Kasus sebuah media massa yang digugat keluarga korban kekerasan anak, menjadi salah satu bahan diskusi peserta pelatihan jurnalistik dasar dari SMA Modal Bangsa Arun, Lhokseumawe, 8 – 10 Maret 2021 lalu. Kasus tersebut lumayan pelik dan sering menjadi pertanyaan dalam uji kompetensi jurnalis profesional. Tak disangka, ada juga peserta yang menjawab dengan benar dan memiliki pandangan luas tentang jurnalisme peduli anak.
“Meski topi klub bisbol itu bukan identitas si anak, media harusnya tidak menggunakan topi itu sebagai foto pendukung berita, sebab kawan-kawannya dan tetangga tahu ia sangat menyukai klub bisbol tersebut,” papar Aifa Meisi Putri Aulia, salah seorang peserta pelatihan jurnalistik di SMA Modal Bangsa Arun, Lhokseumawe.
Siswa Kelas XI IPA 4 tersebut terlibat perdebatan dengan beberapa peserta lainnya yang tidak sependapat. Bukan saja wawasan anak-anak itu yang mengagumkan, cara mereka menyampaikan pendapat pun patut mendapatkan acungan jempol. Mereka terlihat seperti wartawan profesional meski tetap terlihat dengan gaya remaja yang terkadang banyak bercandanya.
Tidak heran kalau Meisi—panggilan akrab Aifa Meisi Putri Aulia—bisa beradu argumen dengan lancar dan memiliki wawasan jurnalistik. Gadis itu memiliki kemampuan dalam kecakapan komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam lomba penulisan artikel bagi mahasiswa dan siswa se-Aceh yang digelar Universitas Malikussaleh, Meisi menjadi salah satu juara favorit.
Gadis itu juga menjadi moderator dalam diskusi sastra tentang penulisan cerpen yang disampaikan Ayi Jufridar, dosen Universitas Malikussaleh di halaman SMA Modal Bangsa Arun, Rabu (1/3/2021) malam. Gayanya ketika memandu diskusi, tak beda dengan moderator berpengalaman.
Selain Meisi, sejumlah peserta lain juga memiliki pengetahuan tentang jurnalistik. Misalnya, Fahasyara Al Deesa dari kelas X IPA 1 yang mempertanyakan kewajiban wartawan melakukan konfirmasi untuk akurasi dan keberimbangan berita. Sedangkan Hafsa Yuswita dari kelas X IPA 1 mengkritisi banyaknya judul berita sekarang yang tidak sesuai dengan isinya.
Pelatihan jurnalistik tersebut menghadirkan Ayi Jufridar dari Universitas Malikussaleh dan fotografer LKBN Antara, Rahmad Yd, sebagai pemateri. Selama tiga hari, sebanyak 32 peserta mendapatkan materi dan praktik jurnalistik dan fotografi.
“Anak-anak tidak hanya belajar teori, tetapi sekaligus praktek meliput dan menulis berita. Mereka juga mencari foto standar jurnalistik dengan menggunakan HP,” ungkap Mulyo SPd, guru di SMA Modal Bangsa Arun.
Menurutnya, pelatihan jurnalistik tersebut dilakukan untuk membekali siswa dalam mengelola portal pemberitaan sekolah. “Sekaligus mengasah keterampilan menulis,” tambah Mulyo yang mengajar bahasa Indonesia.
Kepala SMAN Modal Bangsa Arun, Drs Muhammad, mengharapkan pelatihan tersebut bisa melahirkan jurnalis berkualitas di masa mendatang. “Mereka memiliki bakat dan minat. Hanya tinggal diarahkan saja. Kami menyediakan tempat mereka untuk mengembangkan potensi dengan membuat portal berita,” ungkap Muhammad yang akrab disapa Papi.
Ia menyebutkan, banyak prestasi siswa Modal Bangsa Arun baik di tingkat provinsi dan nasional yang selama ini luput dari pemberitaan. “Barangkali karena kami jarang mengirim rilis kepada media,” tambah Papi yang mengharapkan hubungan wartawan dengan SMA Modal Bangsa Arun terbangun dengan baik.
Ayi Jufridar dan Rahmad Yd mengakui para peserta memiliki potensi dalam bidang jurnalistik dan fotografi. “Mereka bisa memahami nilai berita, bisa memilih angle yang kuat, serta menulisnya dengan baik. Hanya diedit kurang dari 10 persen, sudah layak tayang,” ungkap Ayi Jufridar yang mengajar jurnalistik di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh.
Hal senada diakui Rahmad Yd yang mewajibkan peserta mencari foto pendukung berita. Menurutnya, para peserta memiliki potensi di bidang fotografi. “Dengan menggunakan HP, mereka bisa mendapatkan foto-foto yang berstandar jurnalistik,” puji Rahmad yang juga ketua Jurnalis Pase Football Club (JPFC).
Ketua panitia pelatihan, Syahrul Hamdi SPd, menyebutkan para peserta nantinya menjadi pengelola portal berita internal di SMA Modal Bangsa Arun. “Jadi, pelatihan ini berkelanjutan dan anak-anak memiliki media internal untuk melatih kemampuan menulis dan jurnalistik,” ungkap Syahrul yang didampingi panitia lainnya, Nanta Es.
Teknologi internet memang memberikan peluang lebih luas bagi siswa SMA untuk lebih mendalami dunia jurnalistik. Sekolah bisa membangun media internal untuk memberitakan prestasi mereka sekaligus mendidik siswa dalam bidang tulis-menulis. [Kurniawati]