Peran Adnan Ganto yang tak Tergantikan

SHARE:  

Humas Unimal
Adnan Ganto. Foto: Dok.Ist.

Di Aula Gedung ACC Uteunkot Universitas Malikussaleh, 12 Septmber 2017, Nezar Patria menceritakan beberapa kisah penting Adnan Ganto. Salah satu kisah yang ia nukilkan adalah ditahannya Adnan Ganto di perbatasan Belgia – Perancis pada musim gugur 1972. Gaya bercerita Nezar begitu memikat untuk mempertahankan perhatian hadirin, termasuk mengungkap bagian-bagian detail dari kegelisahan pemuda Adnan yang ditahan polisi perbatasan sampai dua jam.

“Setelah menghubungi seorang petugas KBRI, Sutaryo, akhirnya Pak Adnan dilepaskan. Ternyata nama Pak Adnan sama dengan anggota Black September, sayap militer PLO yang terlibat penyerangan atlet Israel di Munich, Adnan Al-Ghasey. Tahun kelahirannya juga sama,” ungkap Nezar Patria yang menulis buku Keputusan Sulit Adnan Ganto bersama Rusdi Mathari, pegiat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang kini sudah almarhum.

Aula yang penuh hadirin itu seperti kuburan karena setiap orang mendengar sambutan Nezar Patria dengan khidmat. Kisah-kisah lain juga ia ceritakan dengan memikat. Dengan awal itulah, acara bedah buku Keputusan Sulit Adnan Ganto dimulai dengan menghadirkan sejumlah tokoh Aceh sebagai pembedah.

Bagi Universitas Malikussaleh (Unimal), Adnan Ganto adalah salah satu tokoh asing. Bukan saja karena ia menjadi anggota Dewan Penyantun Universitas Malikussaleh, tetapi setiap momen penting perkembangan Unimal, tak bisa dipisahkan dari peran Adnan Ganto di belakangnya, baik secara langsung maupun tidak.

Hal itu disampaikan Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fihtra ASEAN Eng, sesaat setelah mendengar wafatnya Adnan Ganto di RSCM Kencana, Jakarta Pusat, 23 Maret 2021. Saat itu, Rektor sedang dalam perjalanan dari Sigli menuju Lhokseumawe seusai menandatangani berita cara penyerahan pengelolaan Akper Pidie kepada Unimal.

Rektor mengisahkan beberapa peran penting Adnan Ganto untuk kemajuan Unimal. Lobi-lobi penting Adnan Ganto bersama tokoh Aceh lainnya seperti Ahmad Farhan Hamid kepada pemerintah pusat, mengubah Unimal menjadi seperti sekarang.

“Bahkan ketika tidak menyangkut dengan kapasitasnya sebagai penasihat Menteri Pertahanan, Pak Wa juga menggunakan pengaruhnya untuk membantu Unimal,” ungkap Herman.

Pak Wa adalah panggilan akrab sejumlah dosen di Universitas Malikussaleh kepada Adnan Ganto. Panggilan ini menegaskan keakraban Universitas Malikussaleh kepada Adnan Ganto.

Ketika mendapatkan berita duka itu, Herman langsung mengubah rencana yang semula akan menghadiri sebuah acara di Medan, Sumatera Utara. Masih lelah menempuh perjalanan Lhokseumawe – Pidie tanpa istirahat, Rektor Unimal langsung melanjutkan perjalanan darat menuju Medan dan keesokannya menghadiri pemakaman Adnan Ganto di Pemakaman Islam Al Azhar Memorial Garden, Karawang, Jawa Barat. Tanpa menginap di Jakarta, Rektor Unimal langsung kembali ke Medan hari itu juga untuk menghadiri kegiatan lain.

Rektor Unimal dan segenap civitas academica menggelar tahlilan bagi almarhum Adnan Ganto di Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe, Senin 29 Maret 2021. Foto: Bustami Ibrahim.

***

Mantan Rektor Universitas Malikussaleh, Prof Dr Apridar, melihat sosok Adnan sebagai seorang pekerja keras yang berhati lembut. “Pantang bagi beliau melihat saudara muslimnya terkendala kebutuhan hidup. Beliau selalu mengulurkan bantuan dengan ikhlas tanpa membuat perhitungan. Dia juga paling tak mau terutang budi pada orang lain,” ungkap Apridar seperti disampaikannya dalam catatan in memoriam di Serambi, Rabu 24 Maret 2021.

Menurut Apridar, Adnan juga memegang peranan penting ketika pengalihan Komplek Perumahan ExxonMobil di Bukit Indah yang kini menjadi Kampus Bukit Indah. “Beliau konsen terhadap pembangunan anak bangsa, terutama melalui lembaga pendidikan,” tambah Apridar.

Bagi Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Malikussaleh, Dr Muhammad Daud, Adnan Ganto juga dikenal sebagai pecinta seni tari Aceh, seudati. Setiap ada acara di Universitas Malikussaleh, panitia selalu menghadirkan seudati kalau hadir dalam acara tersebut.

“Beberapa kali, Pak Adnan membagikan uang dalam jumlah besar kepada penari seudati,” ungkap Daud yang akrab disapa Syeh Daud karena juga mantan penari seudati. Hal itu disampaikan Daud awal Maret lalu atau jauh sebelum mendapat kabar kepergian Adnan Ganto.

Mantan Rektor Unimal, Prof A Hadi Arifin, juga memiliki kedekatan dengan Adnan Ganto. Dalam bedah buku di Kampus Uteunkot, Prof Hadi menulis puisi untuk Adnan Ganto yang menggambarkan perjalanan Adnan dengan sepeda dari Buloh Blang Ara ke Lhokseumawe. “Pak Adnan adalah tokoh inspiratif,” sebut Prof Hadi.

Bagi Pembantu Rektor I Bidang Akademik, Jullimursyida PhD, Adnan Ganto kebanggaan para keponakannya. “Beliau seorang pekerja keras, penuh dengan ide-ide konstruktif, humoris,  dan seorang motivator bagi kami keponakannya,” ungkap Jullimursyida, Senin, 29 Maret 2021. Jullimursyida merupakan salah satu keponakan Adnan Ganto.

Julli mengenang, ketika ia kecil, Adnan pulang dari Belanda bersama keluarga. “Terbersit di kepala, saya ingin seperti beliau suatu hari nanti. Keinginan tersebut karena aktivitas beliau yang bekerja di luar negeri dan berpindah dari satu negara ke negara lain. Beliau bagaikan ayah kedua bagi saya,” lanjut Julli ketika menghadiri tahlilan untuk Adnan Ganto di Kampus Bukit Indah, Senin 29 Maret 2021.

Ia mengaku banyak hal yang diajarkan Adnan. Di matanya, Adnan sosok yang sangat hormat dan patuh terhadap orang tua, pendidikan merupakan hal penting, kejujuran adalah pesan yang selalu dipesankan kepada sanak saudaranya.

“Beliau sangat detail, cermat, dan teliti. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik mungkin. Pernah suatu kesempatan, saya diminta untuk mengerjakan pidato beliau, beliau periksa sampe titik koma dari pidato tersebut. Typing error juga menjadi perhatian beliau, padahal pidato tersebut hanya untuk beliau bacakan bukan untuk dibagikan. Tapi beliau minta saya untuk memperbaikinya,” tutur Julli.

Sosok Adnan Ganto juga sangat menginspirasi pimpinan Dayah Qari Hafiz (Qaha), Tgk Jamal. Ia mengaku tidak terlalu dekat dengan Adnan Ganto, tapi Dayah Qaha beberapa kali mendapat bantuan dari Adnan Ganto.

“Bahkan ketika Pak Adnan dirawat di rumah sakit di Singapura, beliau mengirim pesan, minta didoakan agar sembuh,” ungkap Tgk Jamal yang juga alumni Universitas Malikussaleh.

Kini Adnan Ganto sudah pergi. Tapi jasanya akan selalu dikenang, baik bagi Aceh maupun bagi Universitas Malikussaleh.[Ayi Jufridar]


Kirim Komentar