UNIMALNEWS | Reuleut – Rektor Universitas Malikussaleh, Dr Herman Fithra Asean Eng mengimbau agar seluruh dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan kampus tersebut melakukan pemeriksaan Covid-19 menggunakan GeNose. Pemeriksaan itu mulai dilakukan sejak Jum’at (7/5/2021) di Klinik Kesehatan Unimal, Reuleut, Aceh Utara.
Imbauan tersebut dilakukan menyusul adanya peningkatan kasus terpapar Covid-19 di Provinsi Aceh beberapa hari terakhir. “Kita harapkan sebelum libur Idul Fitri 1442 H, semua dosen dan tendik sudah memeriksakan diri,” ucap Rektor.
Saat ini Unimal memiliki dua alat GeNose, satu berada di Klinik Kesehatan dan satunya berada di Fakultas Kedokteran, yang digunakan oleh Satgas Covid-19 Unimal. “Berdasarkan informasi yang kita terima dari distributor alat tersebut, Unimal merupakan kampus pertama di Aceh yang memiliki alat tersebut,” terang Herman.
Herman Fithra sendiri melakukan pemeriksaan GeNose di Klinik Kesehatan Unimal pada Pukul 14.00 WIB. Turut hadir bersamanya Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan; Dr Mukhlis, serta Ketua Program Studi Magister Teknologi Informasi; Dr Dahlan Abdullah.
Dari pemeriksaan yang dilakukan didapati hasil untuk Rektor Unimal adalah negatif, sama halnya untuk hasil pemeriksaan Mukhlis dan Dahlan Abdullah.
GeNose adalah Gadjah Mada Electronic Nose COVID-19 (GeNose C19) merupakan alat tes diagnostik cepat berbasis kecerdasan buatan untuk mendeteksi COVID-19 melalui embusan napas yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada. Orang yang menggunakan alat ini cukup mengembuskan napas ke kantong sekali pakai untuk kemudian dianalisis oleh GeNose dalam waktu tiga menit. GeNose mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 dengan nomor RI AKD 20401022882.
Menurut dr Fajriya Wahyuni, salah seorang dokter yang melayani pemeriksaaan GeNose di Klinik Kesehatan Unimal, berdasarkan buku pedoman alat tersebut disebutkan bahwa GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC), yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 dan keluar bersama udara melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Setelah itu, hembusan nafas diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan Artificial Intelligence (AI).
“Pada pemeriksaan melalui GeNose ini, apabila dalam pemeriksaan (embusan nafas) pertama seseorang mendapatkan hasil positif, maka dilakukan kembali pemeriksaan dengan jeda waktu 30 menit, jika kemudian mendapatkan hasil negatif, maka akan diulangi kembali pemeriksaan untuk ketiga kalinya, juga setelah jeda waktu 30 menit. Hasil pemeriksaan ketiga tadilah yang nantinya akan dijadikan sebagai patokan bagi orang yang mengalami pemeriksaan. Apabila pada pemeriksaan ketiga hasilnya positif, maka orang itu akan diminta untuk melakukan pemeriksaan PCR,” jelas Fajriya.
“Pemeriksaan melalui GeNose dan tes swab antigen memiliki sensitifitas yang sama, jika seseorang dideteksi positif dalam pemeriksaan GeNose, maka orang tersebut tidak lagi menjalani pemeriksaan dengan tes swab antigen, melainkan langsung menjalani tes PCR,” pungkasnya.[ryn]