KONDISI sulit akibat pandemi Covid-19 yang menghantam semua sektor termasuk pendidikan, memberikan banyak pilihan bagi mahasiswa. Ada yang mengeluh karena kebijakan berubah akibat perubahan status pandemi di daerah. Ada juga yang berdiam diri sambil menunggu kondisi berubah.
Namun bagi Al-Hafiz, kondisi pandemi menjadi momen untuk mengasah kreativitas dan memanfaatkan kerinduannya terhadap kampus secara kreatif. Mahasiswa Fakultas Hukum itu melihat dengan kaca mata berbeda. Dari situasi yang sulit itu, lahirkan sebuah novel berjudul Ada Rindu di Universitas Malikussaleh, yang diterbitkan Ad-Meera Publishing, Garut, Jawa Barat.
Karya sastra itu lahir ketika pandemi Covid-19 pada 2020 membuat perkuliahan harus dilaksanakan secara daring. Hafiz yang berasal dari Desa Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, harus pulang kampung seperti mahasiswa lainnya. Kuliah secara daring menumbuhkan rasa rindu di hatinya terhadap suasana kampus Universitas Malikussaleh.
Maka sejak 2020, Hafiz menulis novel Ada Rindu di Universitas Malikussaleh setebal 367 halaman. Ketekunan dan kegigihannya menulis membuat ia mampu menulis yang terbilang tebal untuk sebuah karya penulis muda. Dan pada 2021, Ada Rindu di Universitas Malikussaleh pun diluncurkan. “Saya terinspirasi dengan kondisi pandemi yang membuat saya tidak bisa keluar,” ungkap Hafiz, akhir Agustus 2021 lalu.
Novel Ada Rindu di Universitas Malikussaleh mengisahkan tentang motivasi dalam mencapai tujuan kehidupan dengan latar belakang sejarah. Hafiz tidak menampik sebagian besar kisah dalam buku fiksi ini berdasarkan pengalaman pribadinya selama kuliah di Universitas Malikussaleh. “Kalau membaca, akan terlihat beberapa lokasi menggambarkan suasana kampus Bukit Indah,” ungkapnya berpromosi.
Mahasiswa angkatan 2020 itu mengungkapkan kerinduannya terhadap suasana kampus dalam novel Ada Rindu di Universitas Malikussaleh. Ia mengaku sudah jatuh hati dengan keindahan kampus Bukit Indah ketika mendengar dari kakak kelasnya yang juga kuliah di Universitas Malikussaleh.
Tidak hanya menggambarkan kerinduan terhadap suasana kampus, novel itu juga mengungkapkan emosi seorang mahasiswa terhadap kondisi negeri ini. Penulisnya melihat kondisi negeri dari sisi yang sangat personal, tetapi bisa mewakili emosi generasi muda pada umumnya.
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Malikussaleh, Dr Baidhawi, mengapresiasi kreativitas Al-Hafiz yang memanfaatkan masa pandemi untuk melahirkan karya. “Buku ini merupakan bukti sebuah pemanfaatan kondisi yang tidak menguntungkan semua pihak untuk berkreasi. Buku fiksi ini juga menjadi media promosi bagi Universitas Malikussaleh,” ujar Baidhawi.
Ia mengharapkan, kerja kreatif Al-Hafiz bisa menginspirasi mahasiswa lain untuk berkarya di masa sulit dalam bidang masing-masing. Masih banyak hal yang dilakukan di masa pandemi agar bisa menghasilkan sebuah karya yang menginspirasi semua orang.
Begitulah cara kerja Al-Hafiz dalam bidang literasi dalam melahirkan karya fiksi. Dengan kerja kreatif itu, jejak literasi Hafiz akan selalu dikenang.[Ayi Jufridar]
Baca juga: Mitos dan Fakta Pengobatan Tradisional dalam Buku Karangan Dosen Kedokteran Unimal