UNIMALNEWS | Bukit Indah - Melepaskan status siswa dengan kebiasaan masa di sekolah itu memang sulit, tetapi kehidupan kampus jauh berbeda dengan sekolah, karena nantinya akan mendapatkan teman baru, cara belajar yang berbeda, serta tantangan mental untuk bisa menggapai ilmu pengetahuan dan belajar untuk lebih mandiri.
Menjadi mahasiswa yang berprestasi itu dipengaruhi oleh banyak hal, baik dari sistem perkuliahan di perguruan tinggi, dosen, lingkungan, keluarga, pergaulan, serta kemauan dari diri sendiri. Mahasiswa tidak hanya mengejar prestasi bidang akademik, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan melatih pola pikir.
Baca: FISIP Universitas Malikussaleh Gelar PKKMB secara Daring
Hal tersebut itu disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh, Dr M. Nazaruddin saat ditemui Unimalnews di ruang kerjanya, Jumat (3/9/2021).
“Harapan kita dari keluarga besar FISIP ini pada Malikussaleh Muda yang akan bergabung di Unimal yang pertama mereka harus mampu menjaga amanah orang tua, yang pastinya setiap orang tua menitipkan anaknya di Unimal untuk belajar,” katanya.
Belajar itu harus punya target, setidaknya tepat waktu dan tidak lebih dari empat tahun. Kemudian mahasiswa harus memanfaatkan waktu dan peluang belajar ini semaksimal mungkin, karena ini kesempatan untuk belajar dan harus betul-betul dimanfaatkan dengan baik.
Kemudian, dengan belajar itu harus membuka pikiran sehingga semua ilmu pengetahuan, semua perspektif yang bermacam-macam bisa didapatkan, bisa diserap, bisa dipahami dan bisa dipraktekan.
Nazaruddin menyebutkan, sebagai calon ilmuwan muda, tentunya harus memiliki wawasan akademik yang lebih luas, mulai dari pemahaman teoritis sampai metodologi. Selanjutnya mahasiswa harus mampu membangun pemikiran-pemikiran yang konstruktif , formulatif, solutif, dan pemikiran yang kritis. Karena salah satu dimensi dari pengembangan ilmu pengetahuan itu adalah kritis.
“Karena dengan kritis, ilmu pengetahuan itu berkembang, makanya kita kenal dalam dunia akademik di FISIP itu ada teori kritis,” jelasnya.
Kemudian terkait dengan lingkungan, Nazar menyebutkan, setelah pandemi berakhir, bagi mahasiswa yang berada jauh dari kampus khususnya di luar Aceh nantinya akan tinggal di lingkungan kampus untuk mengikuti pendidikan secara normal.
“Setelah pandemi Covid-19 ini berakhir, mahasiswa akan kembali belajar dengan bertatap muka atau normal seperti biasanya. Nanti mahasiswa dari Sabang sampai Merauke akan tinggal di seputaran kampus, khususnya yang berada di luar Aceh. Maka salah satunya yang harus disesuaikan oleh mahasiswa adalah aspek islami, sosial budaya, dan adat istiadat yang ada di lingkungan mahasiswa tinggal nantinya,” ungkapnya.
Yang perlu diperhatikan bahwa FISIP itu berada di Negeri Pase atau Negeri Malikussaleh, oleh karena itu bagi mahasiswa FISIP khususnya diharapkan nantinya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal.
“Khusus mahasiswa FISIP, ini yang belajar ilmu sosial dan politik, artinya kita disamping tadi sudah belajar di perguruan tinggi, ilmu tersebut juga bisa dipraktekan dalam masyarakat. Kemudian mahasiswa tidak hanya belajar di perguruan tinggi, tapi juga belajar dari lingkungan. Dimana tempat kita tinggal itu disanalah kita memulai untuk menyerap ilmu,” pesan Dekan FISIP, Dr Nazaruddin.[tmi]