Mahasiswa KKN 253 Belajar Mambayu di Desa Aek Bargot

SHARE:  

Humas Unimal
Mahasiswa KKN 253 Belajar Mambayu di Desa Aek Bargot

UNIMALNEWS | Padang Lawas Utara - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Kelompok 253  Universitas Malikussaleh , Kamis (04/11/2021) belajar mambayu dengan masyarakat Desa Aek Bargot, Kecamatan Padang Bolak Julu, Padang Lawas Utara. 

Mahasiswa yang bergabung dalam kelompok 253 adalah Pandapotan(Ilmu Politik), Lina Mardiana Harahap (Teknik Informatika),Resti Ani Hutagalung (Administrasi Publik), Yulina Sari(Administrasi Publik),Nur Azizah Hasibuan(Administrasi Publik),Ali Husin Mubaroq Hsb(Ilmu Politik),Aisyah Bulkeis Harahap(Teknik Informatika),Abdon Nawari Nasution(Teknik Elektro),Muhammad Ari Pernanda Rizki(Ekonomi Pembangunan),Ikhsan Taufiq Siregar (Agribisnis). Mereka semua di bawah naungan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Wulandari Mpd.

Perwakilan mahasiswa KKN, Pandapotan mengatakan, belajar mambayu tersebut diajarkan oleh salah satu ibu-ibu dan tetua desa yaitu Romlah Siregar. Belajar mambayu yang diajarkan pada saat itu adalah cara membuat keranjang belanja.

Lanjutnya, mambayu merupakan tradisi kerajinan yang dilakukan ibu-ibu di Tapanuli Utara yang mereka pelajari ketika masih anak gadis (bujing-bujing). Tradisi ini ada untuk memenuhi kebutuhan hidup warga desa pada zaman dahulu.

“Dahulukan belum ada pabrik yang memenuhi kebutuhan seperti pabrik pengolahan karet dan plastik, jadi orang tua zaman dulu buat kerajinan tangan sendiri untuk kebutuhannya” kata Romlah yang dikutip Pandapotan.

Pandapotan Menyebutkan, kerajinan tangan mambayu merupakan tradisi yang masih dipegang erat oleh masyarakat aek bargot. Kerajinan yang biasa dibuat dari mambayu adalah membuat tas, atap, dinding, tikar rumah dan lain-lain.

“Cara mambayu sendiri iyalah dengan mengeringkan daun yang memiliki ukuran panjang seperti kelapa, sawit, ataupun bargot dengan menjemurnya di bawah sinar matahari dan kemudian menggabungnya dengan selang seling hingga membentuk pola yang diinginkan. Mambayu sendiri memiliki waktu pengerjaan yang variatif tergantung mambayu ingin membuat apa yang diinginkan,” sebutnya

Kepala desa Aek Bargot, Asrul Efendi menyampaikan, pelajaran dasar mambayu adalah membuat bungkus alame atau dodol. alasan  pembuatan bungkus alame ini sebagai dasar adalah selain ukurannya kecil tetapi juga budaya alam yang selalu dilakukan masyarakat Aek Bargot Bahkan seluruh Tapanuli Bagian selatan untuk menyambut hari raya Idul Fitri setiap tahunnya.

“Budaya mambayu merupakan budaya yang sangat bagus untuk dilestarikan. Selain budaya terjaga tetapi juga bisa mengurangi pemakaian plastik yang menghasilkan limbah dan dapat memiliki nilai jual jika ditempatkan pada tempat yang tepat seperti pada festival ataupun toko kerajinan dan oleh-oleh,” tutupnya.[tmi]


Berita Lainnya

Kirim Komentar