Merespons Perubahan Iklim, Unimal Ikut Hadiri IUCC

SHARE:  

Humas Unimal
Dr Sapna Biby sebagai peserta luring yang hadir pada pertemuan IUCC di Jakarta. Foto : Ist

Universitas Malikussaleh mengikuti Indonesia Universities Climate Conference (IUCC) di Jakarta, 28 – 30 Maret 2022. Kegiatan ini diadakan oleh Foreign Policy Community Of Indonesis (FPCI) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Inggris di Indonesia. IUCC dihadiri oleh 60 delegasi dari universitas yang ada di Indonesia.

Kegiatan ini menjadi perhelatan pertama yang mempertemukan perwakilan dari beberapa univeristas yang terpilih di Indonesia. IUCC bertujuan untuk menggerakan sektor akademisi baik dari universitas dan institusi riset untuk membahas solusi adaptasi, mitigasi, dan pendanaan iklim Indonesia.

Pada kegiatan ini, peserta perwakilan dari Unimal adalah Teuku Kemal Fasya, MHum sebagai ketua perwakilan, dan Dr Sapna Biby dan Bobby Rahman, MSi sebagai anggota. Tim dari Unimal membawa position paper berjudul “Penyelamatan Hutan dari Deforestasi dan Sawitisasi sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim Global”.

Pembicara pada konferensi ini adalah Prof Emil Salim. Ia menyatakan bahwa universitas harus berperan melindungi bumi ini dengan riset-riset yang dilakukan. “Kita harus menjadikan isu lingkungan dekat dengan universitas dan menjadi upaya konservasi dan pertahanan ilmiah di tengah upaya deforestasi yang mengancam”, ungkap mantan Menteri Lingkungan Hidup tiga periode di era Orde Baru.

Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan luring. Adapun yang mengikuti secara luring dari Unimal adalah Sapna Biby. Menurut Sapna perguruan tinggi dapat memainkan peran sebagai agen perubahan. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang paling dekat dengan masyarakat. Melalui peran pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, pusat inovasi dan pengembangan teknologi, dan simpul aktivisme lingkungan mahasiswa, perguruan tinggi dapat berkontribusi pada pencapaian ambisi iklim Indonesia. Selain itu, telah banyak inovasi yang telah dilakukan untuk mengurangi jejak emisi karbon (carbon footprint) di lingkungan kampus.

Dalam pertemuan itu isu pendidikan sangat berperan dalam upaya percepatan perbaikan iklmim global. Pendidikan merupakan sektor yang berpotensi mendukung percepatan terwujudnya ambisi iklim Indonesia. Kurikulum dan materi pendidikan terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perubahan perilaku sehari-hari, sejak usia dini. Keselarasan antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan hidup perlu ditanamkan melalui program maupun materi-materi pendidikan di perguruan tinggi yang akan mencetak para pembuat kebijakan, pelaku industri, pendidik dan peneliti, dan pegiat masyarakat yang sadar iklim. 

Tema-tema perubahan iklim dan lingkungan hidup dapat ditanamkan atau diperkuat pada program- program perguruan tinggi. Program-program di perguruan tinggi, seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), Praktek Kerja Lapangan (PKL), pengabdian masyarakat, dapat mengambil tema-tema terkait pelestarian lingkungan, misalnya, pemanfaatan dan konservasi sumber daya air, energi terbarukan, pengelolaan sampah, budidaya tanaman dan ternak yang ramah lingkungan, dan sebagainya. “Baik mahasiswa maupun dosen dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dan mencegah dampak perubahan iklim,” tambah doktor ekonomi lulusan USU tersebut. [tkf]

 


Berita Lainnya

Kirim Komentar