Meneladani Jiwa Kewirausahaan Para Rasul

SHARE:  

Humas Unimal
Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Dr H Mohd Heikal ketika menjadi narasumber gelar wicara Gebyar Ramadhan Nusantara yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh, Rabu (20/4/2022). Foto: Ist.

GENERASI milenial yang merupakan kelompok umur terbesar dalam populasi penduduk utamanya di Indonesia, perlu meneladani jiwa kewirausahaan Nabi Muhammad dan Rasul lainnya dalam memahami literasi keuangan. Dalam sejarah para Rasul dan pemuda Ash-habul Kahfi,  mengandung banyak kisah yang menginspirasi tentang kepribadian yang kuat untuk mampu menghadapi tantangan sebagai seorang entrepreneur.

Para Nabi dan Rasul mampu membangun kompetensi, dedikasi, loyalitas, dan pengabdian sebagaimana Nabi Musa. Sementara nilai idealisme, nilai-nilai kejuangan, dan kepeloporan bisa dicontoh dari Nabi Ibrahim. Selanjutnya keteguhan dan komitmen yang dicontohkan dari para pemuda Ash-habul Kahfi

“Dan tentunya juga sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad Saw melalui pengorbanan menuju puncak prestasi, sebagaimana termaktub pada beberapa surah dalam kitab suci Al-Qur’an,” papar dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Dr H Mohd Heikal ketika menjadi narasumber gelar wicara Gebyar Ramadhan Nusantara yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh, Rabu (20/4/2022).

Dalam gelar wicara yang berlangsung secara serentak se-Indonesia yang dilaksanakan secara hybrid tersebut,  Heikal menjelaskan pola investasi Rasulullah melalui pengelolaan kebun kurma (sewa lahan/properti) di Khaibar yang diserahkan kepada kaum Yahudi dengan dibiayai oleh mereka. “Keuntungannya dibagi secara adil atau mudharabah dengan Rasulullah SAW, sebagaimana yang terdapat dalam salah satu hadis,” kata Heikal dalam acara yang dipandu Moishe D. Sofian A.S.

Heikal juga menjelaskan semangat para wirausahawan Aceh di masa lalu patut dijadikan contoh bagi generasi milenial hari ini. Orientasi pengusaha Aceh masa lalu tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi ada yang lebih bernilai yaitu keberkahan sebagai kompensasi psikologis.

“Nilai-nilai penting lainnya adalah bagaimana membangun hubungan yang didasari pada persaudaraan dengan konsumen kita dan membangun rasa saling menghargai dengan pesaing sehingga terbangun kolaborasi dan saling melengkapi dalam bisnis,” jelasnya.

Menurut Heikal, kondisi tersebut sejalan dengan sifat-sifat generasi millenial yang antikemapanan, transparan, kolaboratif, memiliki kesadaran keuangan dan kesadaran spiritual, adaptif dengan perubahan serta kreatif dalam mengelola peluang.

Acara yang mengusung tema “Menuju Millenial Cerdas Mengelola Keuangan secara Syariah”, juga menghadirkan narasumber Ratu Nur Annisa, founder Bitata yang menceritakan pengalamannya dalam memulai bisnis dengan suka duka dan drama yang semua itu menjadi faktor penting dalam membangun karakter dan kesungguhannya untuk menjadi wirausahawan sejati.

Sedangkan dr Mahathir Muhammad, founder Medikos Investment, membagikan semangatnya sebagai seorang mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang kini telah menjadi dokter namun bergelut dalam teknologi finansial.

Para peserta terlihat antusias mengikuti gelar wicara yang berlangsung selama 2,5 jam tersebut. Mereka antara lain mendapatkan pencerahan untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan guna melakukan investasi yang berbasis pengetahuan (financial knowledge), bukan melalui cara-cara instan untuk menjadi cepat kaya tetapi akhirnya binasa. [Ayi Jufridar]

 


Kirim Komentar