Ancaman Krisis Energi Kian Nyata, Saatnya Beralih ke Bioenergi dari Biota Laut

SHARE:  

Humas Unimal
Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Malikussaleh, Jullimursyida PhD memberikan sambutan dala kegiatan webinar yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Unimal. Foto: Ist

UNIMALNEWS | Reuleut - Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh menggelar Web Seminar (Webinar) ketahanan energi dan potensi bioenergi dari biota laut dalam mewaspadai adanya ancaman krisis energi yang kian terjadi. Kegiatan yang dilaksanakan beberapa waktu lalu itu dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Jullimursyida PhD.

Webinar yang mengambil tema “Menuju Kemandirian Energi: Ketahanan Energi dan Potensi Bioenergi dari Biota Laut” tidak saja diikuti oleh dosen dan mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan saja, namun juga ada dari masyarakat umum dan juga dari beberapa instansi yang terkait dengan pemaanfaatan biota laut sebagai bahan bioenergi.

Webinar itu menghadirkan tiga orang narasumber yakni Fatrial Bahesti MT dari PT Pertamina EP yang menyampaikan materi tentang ketahanan energi nasional, Dr Eng Obie Farobie dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang menyampaikan materi tentang pemanfaatan makroalga laut khas Indonesia untuk bioenergy, dan Erlangga MSi yang merupakan dosen Prodi Ilmu Kelautan Unimal dengan materi yang disampaikan tentang pemanfaatan mikroalga laut untuk bioenergi.

Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Malikussaleh, Dr Erniati berharap webinar tersebut dapat memberikan edukasi serta memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia.

Sementara itu, Jullimursyida dalam sambutannya mengatakan potensi laut yang besar di Indonesia dapat memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam menghasilkan energi terbarukan, namun potensi sumber daya laut tersebut belum termanfaatkan secara maksimal, salah satunya di Provinsi Aceh.

“Universitas Malikussaleh khususnya Prodi Ilmu Kelautan sudah sewajarnya dan sepatutnya memberi kontribusi terhadap pengembangan sektor kelautan Indonesia dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang mensejahterkan seluruh rakyat Indonesia,” ujar Julli.

Seperti diketahui, ketahanan energi mulai menjadi isu global ketika Arab Saudi menghentikan ekspor minyak mentahnya ke negara-negara industri pada awal dekade 70-an. Pada era tersebut, minyak merupakan sumber energi yang paling vital bagi negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, sedangkan Arab Saudi merupakan eksportir utama. Tindakan sepihak Arab Saudi tersebut praktis mengganggu aktivitas perekonomian negara-negara importir minyak; yang waktu itu hanya bergantung pada minyak Saudi Arabia.

Julli mengharapkan pelaksanaan webinar ini dapat memberikan solusi-solusi bermanfaat kepada pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, dan masyarakat umum dalam memanfaatkan sumber daya alam laut Indonesia yang melimpah secara maksimal khususnya pada bidang energi terbarukan dari biota laut, sehingga kemakmuran rakyat dapat terwujud. [ryn]


Kirim Komentar