Pentingnya Mahasiswa KKN Memedomani Penulisan Rilis

SHARE:  

Humas Unimal
Ayi Jufridar, wartawan dan dosen jurnalistik saat memberikan paparan tentang pembuatan rilis berita kepada mahasiswa KKN. Foto: Riyandhi Praza

Di setiap pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN), mahasiswa diwajibkan memberitakan kegiatan mereka di media massa. Pemberitaan merupakan salah satu output yang menjadi ukuran keberhasilan program dan kegiatan yang dilakukan mahasiswa. Selain itu, pemberitaan di media, terutama media siber, meninggalkan jejak digital tentang kegiatan mahasiswa. 

Untuk tujuan itu, mahasiswa diharuskan menulis siaran pers untuk dikirimkan kepada wartawan. Tahun lalu, Kepala UPT Bahasa, Kehumasan, dan Penerbitan Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya, memberikan pelatihan kepada mahasiswa secara daring bersama Ayi Jufridar, wartawan sekaligus dosen jurnalistik. Waktu itu, pembekalan diberikan secara daring karena masih dalam pandemi Covid-19. 

Namun dalam pembekalan mahasiswa KKN tahun 2022 ini, Ayi Jufridar memberikan pelatihan secara langsung di Aula ACC Universitas Malikussaleh Kampus Uteunkot, Lhokseumawe, beberapa waktu lalu. Pelatihan ini diikuti 302 peserta yang terbagi 184 perempuan dan 118 laki-laki. Mereka berasal dari Fakultas Teknik 122 orang, FKIP 167 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 5 orang, Fakultas Kedokteran 3 orang, Fakultas Hukum 1 orang, FISIP ada 3 orang, dan Fakultas Pertanian 1 orang.

Ayi Jufridar antara lain menjelaskan apa itu siaran pers dan mengapa perlu dibuat. Siaran pers adalah bahan tulisan atau rekaman yang memiliki nilai berita dari pihak tertentu untuk dipublikasi di media massa. Kemudian ia menjelaskan beberapa jenis media massa dan dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk membantu wartawan dalam menyiarkan siaran pers mahasiswa.

Sebuah berita dikatakan bernilai, apabila terkait dengan kepentingan berbagai sisi kehidupan manusia. Menyentuh aspek psikologikal, keamanan/keselamatan, hubungan antarpersonal, pengakuan, dan aktualisasi diri (ingat Teori Maslow).

Berita memberikan salah satu atau empat keuntungan kepada pembaca, yakni practical benefit, intellectual benefit, emotional benefit, dan spritual benefit. 

Menurut Ayi, siaran pers itu penting untuk mengumumkan berita yang sangat penting dan mendesak diketahui publik, menjelaskan program dan atau kebijakan, memperbarui informasi atau data terbaru, mengklarifikasi hoaks atau informasi yang kurang tepat.

Kemudian, siaran pers penting karena memudahkan media memahami secara utuh tentang tema yang dibahas, membantu wartawan memahami konteks program sehingga tidak salah tulis/salah kutip, serta banyak kegiatan/acara yang formal yang menarik bagi wartawan dan media. “Tapi mereka tidak mendapat informasi yang mereka butuhkan lalu beritanya malah jadi negatif,” kata Ayi Jufridar yang juga seorang ahli pers Dewan Pers. 

Agar rilis cepat ditayangkan, ia mengingatkan mahassiwa agar memilih angle yang tepat dan memiliki nilai berita. Judul berita harus dibuat menarik, tidak monoton, jangan terlalu menonjolkan organisasi, narasumber internal, atau kegiatan seremonial. “Selama ini, rilis mahasiswa KKN juga terlalu banyak akronim yang hanya diketahui penulis rilis saja. Ingat selalu, rilis itu kita tujukan ke publik,” ujar Ayi mengingatkan.

Pada bagian lain, ia juga meminta mahasiswa menulis narasumber dengan nama lengkap, bukan nama panggilan, serta harus ada predikatnya. “Jangan lupa menulis dan komentar dosen pembimbing. Akan lebih baik posting dulu di grup dan minta dosen pembimbing mengoreksi,” papar Ayi yang juga mengharapkan dosen cepat merespons rilis mahasiswa agar bisa cepat disiarkan.

Pada bagian lain, ia meminta mahassiwa menghindari informasi klise seperti “mengucapkan terima kasih”, “pembacaan doa oleh…”, “diakhiri dengan foto bersama”, dan sejenisnya!

Untuk siaran pers mahasiswa dalam kegiatan KKN, mahasiswa dilarang mengirimkan rilis yang sama kepada satu atau dua orang di Kehumasan Universitas Malikussaleh. “Sejauh ini, masih ada yang mengirimkan rilis sama kepada beberapa orang di Humas,” ujar Ayi mengingatkan. 

Mahasiswa juga diminta harus jeli melihat angle yang menarik. Nama dan asal program studi anggota kelompok harus disebutkan dengan detail dan akurat. “Jangan menggunakan nama panggilan dalam siaran pers, kecuali kutipan langsung,” ujarnya.

Menyangkut foto pendukung, mahasiswa diminta mengirim minimal dua foto atau lebih agar bisa dipilih. Foto harus standar media massa profesional, baik angle maupun ketajamannya. Foto-foto diambil dalam posisi lanskap, bukan portrait. 

Setelah itu, mahasiswa dilarang menggabungkan foto dengan siaran pers dalam bentuk words karena menyulitkan editing foto. Teks rilis dan foto dikirim terpisah, khusus untuk foto dalam bentuk jpeg agar mudah diedit dengan photoshop.  “Intinya, mahasiswa harus sering membaca berita yang sudah tayang di Unimal News,” kata Ayi Jufridar mengingatkan. [Riyandhi Praza]


Kirim Komentar