ADE Prianggi terlihat begitu percaya diri ketika melangkah di panggung. Setelah memperkenalkan diri dengan pantun yang langsung menarik perhatian penonton, mahasiswa Teknik Industri Universitas Malikussaleh itu pun memulai kisah tentang perjuangan tokoh “aku” dalam menempuh pendidikan terbaik meski terlahir dari keluarga sangat sederhana.
Gaya Ade begitu memukau. Tekanan suaranya sesuai dengan kebutuhan naskah. Dia tahu kapan saatnya memotong kalimat, menggantungkannya, atau membacakannya dalam tempo cepat. Penguasaan panggung pun tidak berlebihan. Mahasiswa dari Aceh Tamiang yang sering meraih juara lomba menulis itu bergerak dengan wajar dari satu titik ke titik lain. Dia pun memberikan kesempatan penonton bertepuk tangan di bagian tertentu, dan seolah dia tahu reaksi penonton setelah ia menyelesaikan satu kalimat dalam naskah yang berjudul _Pejuang Muda dari Bumi Muda Sedia._
Tapi semua kelebihan itu belum cukup untuk mengantarkan Ade Prianggi menjadi juara pertama dalam Lomba Kisah Inspiratif dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa Nasional Unimal Bidikmisi/KIP Kuliah Competitions (PKMN UBC 2022) yang berlangsung 14 – 16 Juli. Penampilan panggung bukan satu-satunya aspek penilaian. Ade akhirnya meraih juara kedua.
Penampilan Muhammad Azkal Daikal juga tidak kalah memukau. Mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Malikussaleh itu juga beberapa kali mendapat _applause_ penonton. Dia memiliki karakter suara khas, dengan kalimat sastrawi meluncur lancar sehingga penonton seperti melihat setiap adegan dalam setiap babak. Kisah _Mutiara di Perbatasan Negeri_ terlihat hidup dengan dialog ringkas di beberapa bagian. Dengan penampilan sempurna, Azkal mampu menarik perhatian penonton secara konsisten dalam 10 menit penampilannya.
Tidak heran jika ketiga juri memberikan nilai tinggi untuk Azkal dan bersaing ketat dengan Ade Prianggi. Namun, penampilan itu pun tidak mampu mengantar Azkal menduduki peringkat terbaik. Muhammad Azkal Daikal meraih juara Harapan Pertama. Prestasi yang membanggakan karena sudah berhasil menyingkirkan ratusan pesaing dari seluruh Indonesia.
Ketentuan penjurian memang tidak hanya pada penampilan di atas panggung. Jika hanya itu, maka dua mahasiswa Universitas Malikussaleh di atas sangat layak menjadi juara pertama. Posisi juara pertama memang masih berada di tangan mahasiswa Universitas Malikussaleh. Dia adalah Siti Haliza, mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Meski tampil tak terlalu memukau, naskah Siti Haliza yang berjudul Jangan Karam Semangat, Menjemput Impi, meraih nilai tertinggi dari aspek penulisan.
Dewan juri yang terdiri dari Dr Malahayatie dari IAIN Lhokseumawe, Juni Ahyar, M. Pd dari Universitas Malikussaleh, serta Ayi Jufridar (penulis dan jurnalis), tidak mudah dalam memutuskan juara. Ada peserta yang memiliki tulisan bagus, tetapi lemah saat menyampaikan kisahnya di panggung.
“Ada juga yang bagus di panggung, tapi banyak nilainya rendah dalam penulisan,” ungkap Juni Ahyar, dosen Bahasa Indonesia di Universitas Malikussaleh. Di babak final, Juni mengkritisi banyaknya kesalahan mendasar dalam penulisan seperti tanda baca dan editing yang lemah.
Hal ini diakui Anatul Afifah yang berhasil meraih juara harapan ketiga. Mahasiswi UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Jawa Tengah, itu fokus pada tulisan sehingga dia mendapatkan nilai tinggi untuk artikelnya yang berjudul Prolog Mimpiku. Sayangnya, di panggung Anatul tampil datar, baik dalam ekspresi, penguasaan panggung, maupun intonasi. “Saya memang hanya fokus ke artikel,” ujar mahasiswi Prodi Pengembangan Masyarakat Islam tersebut.
Setelah melalui perdebatan alot untuk mengupas kelebihan dan kekurangan peserta baik dalam artikel maupun panggung, dewan juri akhirnya memilih Siti Haliza (Universsitas Malikussaleh) sebagai juara pertama, Ade Prianggi (Universitas Malikussaleh) sebagai juara kedua, dan Izzan Muhammad Furkan (Universitas Negeri Padang) sebagai juara ketiga. Izzan yang kuliah di Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, berani menampilkan artikel berjudul Pelacur Tua yang mengisahkan kehidupan seorang pekerja seks komersial.
Juara harapan pertama sampai keempat masing-masing diraih Muhammad Azkal Daikal dari Universitas Malikussaleh, Bambang Tri Wahyudi dari Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia, Anatul Afifah dari Prodi Pengembangan masyarakat Islam UIN Prof KH Saifuddin Zuhri, dan Septi Marudin Siregar dari Prodi Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat.
Dalam kompetisi selalu ada yang menang dan kalah, kebahagiaan dan kekecewaan. Tapi di baliknya selalu ada inspirasi yang menjadi energi meraih mimpi yang lebih besar. [Ayi Jufridar]
Baca juga: Formadiksi Unimal Sukses Gelar PKMN UBC 2022