UNIMALNEWS | Lhoksukon - Mahasiswa (KKN-PPM) 75 Universitas Malikussaleh melakukan pembuatan sabun cuci piring, kegiatan ini diberikan kepada para ibu-ibu didesa Bungong Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Jum’at (25/11/2022).
Helza Meutia, salah satu anggota kelompok mengutarakan, Desa Bungong sebenarnya memiliki sumber daya manusia cukup baik. Namun, tingkat inovasi dan cara warga melihat peluang masih tergolong rendah. Selain itu, warga juga dihadapkan dengan terbatasnya media atau sarana belajar untuk lebih mengekspoler keahlian mereka. “kami selaku mahasiswa KKN 75 Desa Bungong berharap dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat dalam menambah pengetahuan. Kami juga menginginkan kegiatan ini tidak hanya menjadi program Mahasiswa KKN, tetapi dapat dijadikan peluang usaha bagi para ibu, sebagai sarana menambah penghasilan”. Kata Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi.
Pada 25 November 2022, Kegiatan penyuluhan mulai dilakukan dimeunasah Bungong. Penyuluhan diawali dengan pengenalan mengenai alat dan bahan yang digunakan dilanjutkan penjelasan fungsi sekaligus proses pembuatan, kemudian menyampaikan materi agar menambah pemahaman kepada ibu – ibu mengenai bagaimana cara Menentukan Harga Suatu Produk yang kita hasilkan Serta Cara Pemasaran yang Tepat.
Ardi firmansyah menyampaikan “Pengenalan mengenai alat dan bahan serta proses pembuatan ini disampaikan oleh salah satu anggota kelompok yaitu Nabila Adisty Nasution fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, sedangkan Pemateri dalam kegiatan ini disampaikan oleh : Nanda Putri Safwani dari Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi, dan Ravena Adisty Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen. Objek dalam pembahasan ini adalah Sabun Cuci Piring Yang dimana Akan di jelaskan mengenai bagaimana cara memberikan harga yang pantas untuk suatu produk yang kita hasilkan serta pemasarannya”. tuturnya.
Adapun bahan pembuatan sabun cuci piring yang dikenalkan yakni, Texaphon (untuk mengangkat lemak dan kotoran), NaCl (sebagai pengental sabun), Sodium Sulfat (untuk mempercepat pengangkatan lemak) EDTA (sebagai pengawet), Camperlan (mengangkat lemak membandel dan sebagai penambah busa), Foam Booster (sebagai penambah busa), Anti Bakteri (untuk membunuh bakteri), Gliserin (untuk melembutkan dan memberikan rasa licin), pewangi (untuk memberikan bau harum pada sabun), Pewarna (untuk memberi warna pada sabun), dan Air (sebagai pelarut). Setelah seluruh proses pembuatan selesai dilakukan, cairan sabun cuci piring dikemas dalam botol. Cairan tersebut kemudian didiamkan selama 1 hari hingga busa mengendap dan berbentuk cairan kental seperti sabun cuci piring pada umumnya, dimana pembuatan sabun cuci pring ini menghasilkan 30 botol yang masing - masingnya berisikan 600 ml. Sabun cuci piring hasil karya KKN 75 diberikan kepada masyarakat.
Nanda Putri Safwani mengatakan bahwa “selain kita bisa membuat produk seperti sabun cuci piring ini kita juga harus tau bagaimana dalam menentuan harga produk yang kita hasilkan, berikut langkahnya: kita harus merincikan terlebih dahulu berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat suatu produk, setelah mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan maka langkah selanjutnya menghitung berapa harga perolehan dalam satu botol sabun cuci piring jika yang dihasilkan berjumlah 30 botol, setelah mendapatkan harga per botol maka selanjutnya menentukan harga jual per botol dimana penentuan harga produk ini saya menggunakan “metode Mark up” yaitu persentase diatas biaya dengan kata lain harga tambahan diatas total biaya barang atau jasa yang akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. metode ini paling banyak digunakan oleh para pelaku usaha Dengan demikian penjual mendapatkan keuntungan yang di inginkan agar harga satu botol sabun cuci piring berukuran 600 ml itu tidak terlalu mahal maupun terlalu murah dan jangan lupa memperhatikan harga pasar yang ada agar tidak salah dalam menentukan harga”. Kata Mahasiswi Jurusan Akuntansi.
Tak lupa juga dijelaskan cara pemasaran produk yang dijelaskan oleh Ravena Adisty mahasiswi Manajemen yang Mengatakan “agar suatu produk yang kita hasilkan dapat dikenal oleh banyak orang maka yang harus kita lakukan adalah tentunya kita harus membuat kemasan produk semenarik mungkin, menentukan harga yang terjangkau lebih murah sedikit dibandingkan dengan produk lainnya namun tidak merugikan kita / sebagai pelaku usaha dan yang paling utama memasarkan produk dengan mencari tempat yang strategis misalnya : di sosial media seperti yang kita ketahui adanya shopee, tiktok, instagram, facebook, Marketplace maupun jejaring sosial lainnya”
Aderistia, salah satu warga yang menghadiri kegiatan ini mengatakan bahwa “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami menambah pengetahuan kami dalam pembuatan sabun cuci piring dan sekaligus menambah pemahaman kami dalam menentukan harga yang baik serta cara memasarkannya dan membuka fikiran kami untuk berkreatifitas.(mcl)